Mengapa pusat kerajaan tarumanegara berpindah pindah?
salshabillabdlmasyarakat Tarumanagara tak jauh beda dengan Kutai. Menurut sebuah prasasti, kehidupan sosialnya telah berkembang baik, terlihat dari penggalian kanal (sungai yang digali) Gomati dan Candrabhaga secara gotong-royong. Tenaga kerja yang diperintah menggali kanal tersebut biasanya dari golongan budak dan kaum sudra. Pembangunan kanal Gomati dan Candrabaga begitu bermakna bagi perekonomian Tarumanagara. Selain sebagai sarana pencegah banjir, juga dapat dipergunakan sebagai sarana transportasi (lalu lintas) air dan perdagangan antara pedagang Tarumanagara dengan pedagang daerah lain. Hasil bumi merupakan komoditas utama. (Baca juga : Kerajaan Tarumanegara) Melalui perdagangan, masyarakat Tarumanagara dapat memperoleh barang yang tidak dihasilkan di kerajaannya. Kehidupan ekonomi Tarumanagara bertumpu pada hasil ladang dan kebun. Barang yang ditawarkan adalah beras dan kayu jati. Mayoritas rakyat Tarumanagara adalah peladang. Karena masyarakat peladang selalu berpindah-pindah tempat. Ini berbeda dengan masyarakat petani yang selalu menetap di satu tempat, misalnya di Jawa Tengah dan Timur. Catatan Sejarah : Menurut Jacob Sumardjo, masyarakat peladang adalah masyarakat yang hidup di daerah dataran tinggi dan pegunungan, hidup dengan berladang karena itu mereka berpindah-pindah. Bila hasil panen ladang telah habis, mereka berpindah tempat untuk mencari lahan baru untuk ditanami buah-buahan, sayur, mayur, ubi-ubian, serta padi. Maka dari itu, di Jawa Barat jarang ditemukan bekas-bekas peninggalan kerajaan karena baik pemimpin maupun rakyatnya cenderung berpindahpindah tempat, tidak berdiam untuk tempo yang cukup lama. Ini mengingat tanah di daerah dataran tinggi tidak terlalu baik untuk dijadikan lahan pertanian. Sebaliknya, tradisi pertanian hidup di dataran rendah seperti di Jawa Tengah dan Jawa Timur yang lebih banyak meninggalkan artefak dan benda bersejarah.
Melalui perdagangan, masyarakat Tarumanagara dapat memperoleh barang yang tidak dihasilkan di kerajaannya. Kehidupan ekonomi Tarumanagara bertumpu pada hasil ladang dan kebun. Barang yang ditawarkan adalah beras dan kayu jati. Mayoritas rakyat Tarumanagara adalah peladang. Karena masyarakat peladang selalu berpindah-pindah tempat. Ini berbeda dengan masyarakat petani yang selalu menetap di satu tempat, misalnya di Jawa Tengah dan Timur.
Catatan Sejarah :
Menurut Jacob Sumardjo, masyarakat peladang adalah masyarakat yang hidup di daerah dataran tinggi dan pegunungan, hidup dengan berladang karena itu mereka berpindah-pindah. Bila hasil panen ladang telah habis, mereka berpindah tempat untuk mencari lahan baru untuk ditanami buah-buahan, sayur, mayur, ubi-ubian, serta padi. Maka dari itu, di Jawa Barat jarang ditemukan bekas-bekas peninggalan kerajaan karena baik pemimpin maupun rakyatnya cenderung berpindahpindah tempat, tidak berdiam untuk tempo yang cukup lama. Ini mengingat tanah di daerah dataran tinggi tidak terlalu baik untuk dijadikan lahan pertanian. Sebaliknya, tradisi pertanian hidup di dataran rendah seperti di Jawa Tengah dan Jawa Timur yang lebih banyak meninggalkan artefak dan benda bersejarah.