Peristiwa Bandung Lautan Api terjadi pada 24 Maret 1946 selama masa Perang Kemerdekaan Indonesia melawan kekuasaan kolonial Belanda. Pada saat itu, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi tindakan membumihanguskan kota Bandung oleh para pemuda sebelum mereka meninggalkan kota tersebut.
1. Strategi perang gerilya: Pada masa itu, gerakan perlawanan Indonesia menggunakan strategi gerilya untuk melawan pasukan kolonial Belanda. Salah satu taktik yang digunakan adalah membakar atau menghancurkan infrastruktur dan aset penting untuk mempersulit gerak pasukan Belanda. Dalam konteks Bandung, membumihanguskan kota tersebut dianggap sebagai upaya untuk menghalangi pasukan Belanda dalam mengejar dan menyerbu gerilyawan Indonesia.
2. Tekanan dari Belanda: Sebelum Bandung Lautan Api terjadi, Belanda melancarkan serangan besar-besaran dengan tujuan untuk merebut kembali kendali atas Bandung. Pasukan Belanda secara sistematis mengejar dan menyerbu gerilyawan Indonesia, dan kota Bandung menjadi salah satu titik fokus penyerangan mereka. Dalam situasi tersebut, untuk menghindari kekalahan, para pemuda dan gerilyawan memilih untuk melakukan taktik perang gerilya dengan membumihanguskan kota sebelum mereka meninggalkan area tersebut.
3. Pertahanan sementara: Pemuda dan gerilyawan Indonesia berusaha mempertahankan Bandung sesuai dengan kemampuan dan sumber daya yang mereka miliki. Membumihanguskan kota tersebut bisa juga dianggap sebagai tindakan terakhir untuk mencegah Belanda mendapatkan keuntungan dari sumber daya yang ada di kota tersebut. Tindakan ini bisa dianggap sebagai strategi terakhir dalam rangka mempersulit pasukan penjajah, sekaligus meninggalkan pesan bahwa mereka tidak akan menyerah begitu saja.
Namun, perlu dicatat bahwa tindakan membumihanguskan Bandung tidak dilakukan oleh seluruh pemuda secara serentak. Ada pemuda yang turut dalam taktik perang gerilya dengan ikut berjuang melawan pasukan Belanda di lapangan, sementara ada yang bertugas menghancurkan infrastruktur. Tindakan ini memiliki tujuan yang lebih strategis dalam perang gerilya daripada sekadar merusak kota secara acak atau kehendak pribadi.
Jawaban:
Peristiwa Bandung Lautan Api terjadi pada 24 Maret 1946 selama masa Perang Kemerdekaan Indonesia melawan kekuasaan kolonial Belanda. Pada saat itu, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi tindakan membumihanguskan kota Bandung oleh para pemuda sebelum mereka meninggalkan kota tersebut.
1. Strategi perang gerilya: Pada masa itu, gerakan perlawanan Indonesia menggunakan strategi gerilya untuk melawan pasukan kolonial Belanda. Salah satu taktik yang digunakan adalah membakar atau menghancurkan infrastruktur dan aset penting untuk mempersulit gerak pasukan Belanda. Dalam konteks Bandung, membumihanguskan kota tersebut dianggap sebagai upaya untuk menghalangi pasukan Belanda dalam mengejar dan menyerbu gerilyawan Indonesia.
2. Tekanan dari Belanda: Sebelum Bandung Lautan Api terjadi, Belanda melancarkan serangan besar-besaran dengan tujuan untuk merebut kembali kendali atas Bandung. Pasukan Belanda secara sistematis mengejar dan menyerbu gerilyawan Indonesia, dan kota Bandung menjadi salah satu titik fokus penyerangan mereka. Dalam situasi tersebut, untuk menghindari kekalahan, para pemuda dan gerilyawan memilih untuk melakukan taktik perang gerilya dengan membumihanguskan kota sebelum mereka meninggalkan area tersebut.
3. Pertahanan sementara: Pemuda dan gerilyawan Indonesia berusaha mempertahankan Bandung sesuai dengan kemampuan dan sumber daya yang mereka miliki. Membumihanguskan kota tersebut bisa juga dianggap sebagai tindakan terakhir untuk mencegah Belanda mendapatkan keuntungan dari sumber daya yang ada di kota tersebut. Tindakan ini bisa dianggap sebagai strategi terakhir dalam rangka mempersulit pasukan penjajah, sekaligus meninggalkan pesan bahwa mereka tidak akan menyerah begitu saja.
Namun, perlu dicatat bahwa tindakan membumihanguskan Bandung tidak dilakukan oleh seluruh pemuda secara serentak. Ada pemuda yang turut dalam taktik perang gerilya dengan ikut berjuang melawan pasukan Belanda di lapangan, sementara ada yang bertugas menghancurkan infrastruktur. Tindakan ini memiliki tujuan yang lebih strategis dalam perang gerilya daripada sekadar merusak kota secara acak atau kehendak pribadi.
Verified answer
Jawaban:
Karena mereka tidak rela kota mereka menjadi markas para tentara Sekutu.
Penjelasan:
karena pada saat itu mereka ingin merebut kota Bandung.