Mengapa kemajuan IPTEK dapat memudarkan kearifan lokal
novitatisya54
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) telah mengubah segala bidang kehidupan. Kalimat itulah yang sering kita temui dalam media cetak. Hal itu memang benar, tak dapat dipungkiri lagi bahwa dampak kemajuan IPTEK memang berpengaruh besar bagi kelangsungan hidup manusia secara global. Sikap, perilaku, bahkan pola pikir manusia pun mampu dirubahnya. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) telah mengubah segala bidang kehidupan. Kalimat itulah yang sering kita temui dalam media cetak. Hal itu memang benar, tak dapat dipungkiri lagi bahwa dampak kemajuan IPTEK memang berpengaruh besar bagi kelangsungan hidup manusia secara global. Sikap, perilaku, bahkan pola pikir manusia pun mampu dirubahnya. Kecanggihan berbagai teknologi yang berkembang telah menggeser posisi budaya yang telah kita miliki. Seakan budaya daerah setempat tidak memiliki daya tarik lagi, dan semua perhatian tertuju pada teknologi canggih. Tak ada lagi tempat dan waktu untuk membahas tentang budaya bangsa yang adi luhur. Apakah dengan telah tersedianya teknologi canggih kita dapat melupakan budaya luhur bangsa kita begitu saja? Tentu saja tidak. Justru di tengah keberadaan teknologi yang beragam canggihnya, kekayaan yang satu inilah keberadaannya sangat diperlukan sebagai penetralisir dampak negatif yang ditimbulkan. Segala sesuatu yang berlebihan memerlukan penetral agar terbentuk keseimbangan. Salah satu diantara bermacam dampak negatif yang dapat ditimbulkan karena tidak dinetralisasikannya moral dengan pendidikan kesusilaan yaitu tindak kekerasan dan keanarkisan di masyarakat. Terutama di kalangan pemuda yang kondisi jiwanya sedang labil sehingga dengan mudah terpengaruh oleh hal-hal yang menjadi budaya baru di zaman sekarang. Tanpa perlu menganalisa dan membijaksanainya terlebih dahulu apakah budaya tersebut bernilai positif atau negatif. Tidak diimbanginya dampak kemajuan teknologi tersebut dengan pendidikan kesusilaan mengakibatkan dampak negatif itu semakin mudah membudaya dalam kehidupan masyarakat, karena kurangnya kekuatan moral untuk mengangkal masuknya pengaruh negatif dalam diri setiap orang. Tindak kekerasan dan anarkisme pun juga saat ini telah membudaya di Indonesia. Tidak hanya dalam kehidupan pergaulan, keterlibatan sikap dan tindak anarkis juga mewarnai aksi para pemuda dalam menyampaikan aspirasinya kepada pemerintah. Tak cukup dengan berteriak-teriak mengoceh dan mengkritik pemerintah, namun sikap brutal dan arogan pun turut menyertai aksi mereka. Hal ini tentu sangat memprihatinkan. Bahkan yang lebih mengherankan lagi sebagian besar aksi demo disertai tindak anarkis diprovokasi oleh generasi muda intelektual yakni para mahasiswa. Tanda tanya besar bagi orang-orang, mengapa hal itu justru terjadi di kalangan orang berpendidikan tinggi. Padahal mereka adalah orang-orang terdidik, berwawasan luas dan juga mengetahui lebih banyak bagaimana cara berunjuk rasa yang taat aturan . Seharusnya mereka menjadi tauladan di masyarakat, khususnya bagi generasi remaja yang lebih muda dari mereka. Terkadang, aksi demo seperti itu juga melibatkan anak-anak di bawah umur. Sedemikian besarnya masalah yang timbul akibat kemerosotan moral dan etika bangsa. Dengan timbulnya masalah seperti itu, yang menjadi persoalan penting disini ialah bagaimana caranya memulihkan kembali keluhuran kultur bangsa kita sehingga dapat mewujudkan kehidupan demokrasi Pancasila yang sesungguhnya serta dapat mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia.
Kecanggihan berbagai teknologi yang berkembang telah menggeser posisi budaya yang telah kita miliki. Seakan budaya daerah setempat tidak memiliki daya tarik lagi, dan semua perhatian tertuju pada teknologi canggih. Tak ada lagi tempat dan waktu untuk membahas tentang budaya bangsa yang adi luhur.
Apakah dengan telah tersedianya teknologi canggih kita dapat melupakan budaya luhur bangsa kita begitu saja? Tentu saja tidak. Justru di tengah keberadaan teknologi yang beragam canggihnya, kekayaan yang satu inilah keberadaannya sangat diperlukan sebagai penetralisir dampak negatif yang ditimbulkan. Segala sesuatu yang berlebihan memerlukan penetral agar terbentuk keseimbangan.
Salah satu diantara bermacam dampak negatif yang dapat ditimbulkan karena tidak dinetralisasikannya moral dengan pendidikan kesusilaan yaitu tindak kekerasan dan keanarkisan di masyarakat. Terutama di kalangan pemuda yang kondisi jiwanya sedang labil sehingga dengan mudah terpengaruh oleh hal-hal yang menjadi budaya baru di zaman sekarang. Tanpa perlu menganalisa dan membijaksanainya terlebih dahulu apakah budaya tersebut bernilai positif atau negatif.
Tidak diimbanginya dampak kemajuan teknologi tersebut dengan pendidikan kesusilaan mengakibatkan dampak negatif itu semakin mudah membudaya dalam kehidupan masyarakat, karena kurangnya kekuatan moral untuk mengangkal masuknya pengaruh negatif dalam diri setiap orang. Tindak kekerasan dan anarkisme pun juga saat ini telah membudaya di Indonesia.
Tidak hanya dalam kehidupan pergaulan, keterlibatan sikap dan tindak anarkis juga mewarnai aksi para pemuda dalam menyampaikan aspirasinya kepada pemerintah. Tak cukup dengan berteriak-teriak mengoceh dan mengkritik pemerintah, namun sikap brutal dan arogan pun turut menyertai aksi mereka. Hal ini tentu sangat memprihatinkan.
Bahkan yang lebih mengherankan lagi sebagian besar aksi demo disertai tindak anarkis diprovokasi oleh generasi muda intelektual yakni para mahasiswa. Tanda tanya besar bagi orang-orang, mengapa hal itu justru terjadi di kalangan orang berpendidikan tinggi. Padahal mereka adalah orang-orang terdidik, berwawasan luas dan juga mengetahui lebih banyak bagaimana cara berunjuk rasa yang taat aturan . Seharusnya mereka menjadi tauladan di masyarakat, khususnya bagi generasi remaja yang lebih muda dari mereka.
Terkadang, aksi demo seperti itu juga melibatkan anak-anak di bawah umur.
Sedemikian besarnya masalah yang timbul akibat kemerosotan moral dan etika bangsa. Dengan timbulnya masalah seperti itu, yang menjadi persoalan penting disini ialah bagaimana caranya memulihkan kembali keluhuran kultur bangsa kita sehingga dapat mewujudkan kehidupan demokrasi Pancasila yang sesungguhnya serta dapat mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia.