Jawaban:
Barus sebagai Titik Nol Islam Nusantara:
Tinjauan Sejarah dan Perkembangan Dakwah
Uky Firmansyah Rahman Hakim
Program Pascasarjana Prodi Komunikasi Penyiaran Islam
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Korespodensi dengan Penulis:
Uky Firmansyah Rahman Hakim: Telp: 085363489011
E-mail: [email protected]
Abstract
Keywords:
Da’wah,Nusanta
ra Islamic
History,
Indonesia, Barus.
The decision to establish Barus City in Center of Tapanuli as the zero point of
Islam Nusantra caused a mixed reaction from the Indonesian Historian. During
this time the public knows that Islam first entered Indonesian territory in Aceh.
But long before that the teachings of Islam already existed in Barus. This paper
will provide an overview of the traces of the entry of Islamic teachings and
evidence of the establishment of the Islamic Archipelago and the development of
da'wah in Barus. Islam before being preached to Barus about the fifth century
BC in Barus as evidence is the site of Mahligai, Papan Tinggi, Makham Tuan
Makhdum whose gravestone reads kaligarafi verses of the Koran. Sheikh
Mahmud played a major role in providing Islamic teachings through trade in
the city of Barus. At present the lack of preachers makes the glory of Islam in the
City of Barus decline, recitation is also rarely done and adolescent association is
also mixed. This study further explains the impact of the development of Barus
in the present.
Abstrak
Kata kunci:
Dakwah, Sejarah
Islam Nusantara,
Indonesia, Barus
Keputusan penetapan Barus di Tapanuli Tengah sebagai titik nol Islam
Nusantara menimbulkan reaksi beragam dari sejarawan Indonesia.
Selama ini yang masyarakat mengetahui Islam pertama kali masuk
wilayah Indonesia adalah di Aceh. Tulisan ini memberikan penjelasan
mengenai jejak masuknya ajaran Islam dan bukti penetapan Islam
Nusantara serta perkembangan dakwah di Barus. Islam sebelum
didakwahkan ke Barus kira-kira abad kelima masehi di Barus sebagai
buktinya adalah situs Mahligai, Papan Tinggi, Makham Tuan Makhdum
yang nisannya bertuliskan kaligarafi Alquran. Syekh Mahmud berperan
besar dalam memberikan ajaran Islam melalui perdagangan di Kota
Barus. Saat ini kurangnya pendakwah membuat kejayaan Islam di Kota
Barus mengalami kemunduran, pengajian juga jarang dilakukan dan
pergaulan remaja juga juga campur-baur. Studi ini lebih lanjut
menjelaskan dampak perkembangan Barus di masa sekarang.
PENDAHULUAN
Sejak zaman prasejarah, penduduk kepuluan Indonesia dikenal sebagai pelayar-pelayar
yang sanggup mengarungi lautan lepas. Sejak awal abad masehi sudah ada rute-rute pelayaran
dan perdagangan antara kepulauan Indonesia dengan berbagai daerah Asia
tenggara.1Perdagangan tersebut juga sebagai jalan dakwah ke Indonesia. Dakwah merupakan
aktivitas yang sangat penting dalam Islam. Dengan dakwah, Islam dapat tersebar dan diterima
oleh manusia. Sebaliknya, tanpa dakwah Islam akan semakin jauh dari masyarakat dan
selanjutnya akan lenyap dari permukaan bumi. Dalam kehidupan masyarakat dakwah
berfungsi menata kehidupan yang agamis menuju terwujudnya masyarakat yang harmonis dan
bahagia.2 Identitas Kultural suatu wilayah dan negara merupakan hal penting bagi ekstensi
dan pengembangan dari wilayah tersebut.3 Sejarah dakwah membawa Islam ke Indonesia
melalui pelayaran di lautan. Sejarah Islam di Indonsia perlu dipahami dan dimaknai oleh setiap
masyarakat nusantara agar dapat belajar dari perjuanagan dakwah pada masa lampau.4
Pembangunan di masa lalu memberikan suatu penjelasan kepada kita bahwa
pembagunan bukan mengahasilkan masyarakat desa yang sejahtera, adil dan makmur materil,
dan spiritual, melainkan baru menghasilkan beberapa anggota sejatera adil dan
makmur.5Dakwah perjalanan dakwah sejak zaman Rasulullah SAW sampai sekarang telah
melalui suatu proses yang sangat panjang dengan segala peristiwa yang melatarinya. Dakwah
mempunyai dimensi yang penting untuk merealisasikan kondisi umat kearah yang diridhoi
oleh Allah SWT yaitu, dimensi teosentris sekaligus antroposentris atau dalam bahasa agama
1 Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto (ed), “Sejarah Nasional Indonesia II”,
(Jakarta: Balai Pustaka, 1984), hlm 2.
2Moh. Ali Aziz, “Ilmu Dakwah”, (Jakarta: Kencana, 2004), hlm. 37
3Fatimatuz Zahra, ”Jejak Sejarah Pergeseran Identitas Agamis menjadi Pun-Kultur di Pati”, Al-
A’Raf: Jurnal Pemikiran dan Filsafat, Vol. XV, No 1, 2018. hlm 80.
4Rahayu Permana, “Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia”, Artikel
http://dinus.ac.id/repository/docs/ajar/3._SEJARAH-MASUKNYA-ISLAM-KE-INDONESIA_.pdf
5Ashadi Cahyadi, “Pembangunan dan Pemberdayaan Manusia Melalui Dana Desa: Pola dari Masa Lalu
Hingga Sinergiritas yang Rancu”, Jurnal Ilmiah Syiar, Vol. 19, No. 01, 2019. hlm. 49.
disebut dengan hablum min Allahdan hablum min an-nas. Dimensi ini penting untuk diperhatikan
oleh para aktifis dakwah agar bisa berjalan secara sinergis.
" Life is not a problem to be solved but a reality to be experienced! "
© Copyright 2013 - 2024 KUDO.TIPS - All rights reserved.
Jawaban:
Barus sebagai Titik Nol Islam Nusantara:
Tinjauan Sejarah dan Perkembangan Dakwah
Uky Firmansyah Rahman Hakim
Program Pascasarjana Prodi Komunikasi Penyiaran Islam
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Korespodensi dengan Penulis:
Uky Firmansyah Rahman Hakim: Telp: 085363489011
E-mail: [email protected]
Abstract
Keywords:
Da’wah,Nusanta
ra Islamic
History,
Indonesia, Barus.
The decision to establish Barus City in Center of Tapanuli as the zero point of
Islam Nusantra caused a mixed reaction from the Indonesian Historian. During
this time the public knows that Islam first entered Indonesian territory in Aceh.
But long before that the teachings of Islam already existed in Barus. This paper
will provide an overview of the traces of the entry of Islamic teachings and
evidence of the establishment of the Islamic Archipelago and the development of
da'wah in Barus. Islam before being preached to Barus about the fifth century
BC in Barus as evidence is the site of Mahligai, Papan Tinggi, Makham Tuan
Makhdum whose gravestone reads kaligarafi verses of the Koran. Sheikh
Mahmud played a major role in providing Islamic teachings through trade in
the city of Barus. At present the lack of preachers makes the glory of Islam in the
City of Barus decline, recitation is also rarely done and adolescent association is
also mixed. This study further explains the impact of the development of Barus
in the present.
Abstrak
Kata kunci:
Dakwah, Sejarah
Islam Nusantara,
Indonesia, Barus
Keputusan penetapan Barus di Tapanuli Tengah sebagai titik nol Islam
Nusantara menimbulkan reaksi beragam dari sejarawan Indonesia.
Selama ini yang masyarakat mengetahui Islam pertama kali masuk
wilayah Indonesia adalah di Aceh. Tulisan ini memberikan penjelasan
mengenai jejak masuknya ajaran Islam dan bukti penetapan Islam
Nusantara serta perkembangan dakwah di Barus. Islam sebelum
didakwahkan ke Barus kira-kira abad kelima masehi di Barus sebagai
buktinya adalah situs Mahligai, Papan Tinggi, Makham Tuan Makhdum
yang nisannya bertuliskan kaligarafi Alquran. Syekh Mahmud berperan
besar dalam memberikan ajaran Islam melalui perdagangan di Kota
Barus. Saat ini kurangnya pendakwah membuat kejayaan Islam di Kota
Barus mengalami kemunduran, pengajian juga jarang dilakukan dan
pergaulan remaja juga juga campur-baur. Studi ini lebih lanjut
menjelaskan dampak perkembangan Barus di masa sekarang.
PENDAHULUAN
Sejak zaman prasejarah, penduduk kepuluan Indonesia dikenal sebagai pelayar-pelayar
yang sanggup mengarungi lautan lepas. Sejak awal abad masehi sudah ada rute-rute pelayaran
dan perdagangan antara kepulauan Indonesia dengan berbagai daerah Asia
tenggara.1Perdagangan tersebut juga sebagai jalan dakwah ke Indonesia. Dakwah merupakan
aktivitas yang sangat penting dalam Islam. Dengan dakwah, Islam dapat tersebar dan diterima
oleh manusia. Sebaliknya, tanpa dakwah Islam akan semakin jauh dari masyarakat dan
selanjutnya akan lenyap dari permukaan bumi. Dalam kehidupan masyarakat dakwah
berfungsi menata kehidupan yang agamis menuju terwujudnya masyarakat yang harmonis dan
bahagia.2 Identitas Kultural suatu wilayah dan negara merupakan hal penting bagi ekstensi
dan pengembangan dari wilayah tersebut.3 Sejarah dakwah membawa Islam ke Indonesia
melalui pelayaran di lautan. Sejarah Islam di Indonsia perlu dipahami dan dimaknai oleh setiap
masyarakat nusantara agar dapat belajar dari perjuanagan dakwah pada masa lampau.4
Pembangunan di masa lalu memberikan suatu penjelasan kepada kita bahwa
pembagunan bukan mengahasilkan masyarakat desa yang sejahtera, adil dan makmur materil,
dan spiritual, melainkan baru menghasilkan beberapa anggota sejatera adil dan
makmur.5Dakwah perjalanan dakwah sejak zaman Rasulullah SAW sampai sekarang telah
melalui suatu proses yang sangat panjang dengan segala peristiwa yang melatarinya. Dakwah
mempunyai dimensi yang penting untuk merealisasikan kondisi umat kearah yang diridhoi
oleh Allah SWT yaitu, dimensi teosentris sekaligus antroposentris atau dalam bahasa agama
1 Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto (ed), “Sejarah Nasional Indonesia II”,
(Jakarta: Balai Pustaka, 1984), hlm 2.
2Moh. Ali Aziz, “Ilmu Dakwah”, (Jakarta: Kencana, 2004), hlm. 37
3Fatimatuz Zahra, ”Jejak Sejarah Pergeseran Identitas Agamis menjadi Pun-Kultur di Pati”, Al-
A’Raf: Jurnal Pemikiran dan Filsafat, Vol. XV, No 1, 2018. hlm 80.
4Rahayu Permana, “Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia”, Artikel
http://dinus.ac.id/repository/docs/ajar/3._SEJARAH-MASUKNYA-ISLAM-KE-INDONESIA_.pdf
5Ashadi Cahyadi, “Pembangunan dan Pemberdayaan Manusia Melalui Dana Desa: Pola dari Masa Lalu
Hingga Sinergiritas yang Rancu”, Jurnal Ilmiah Syiar, Vol. 19, No. 01, 2019. hlm. 49.
disebut dengan hablum min Allahdan hablum min an-nas. Dimensi ini penting untuk diperhatikan
oleh para aktifis dakwah agar bisa berjalan secara sinergis.