SabrinArfanindiaDevi
Menceritakan tentang seorang anak yang durhaka pada ibunya. Sedikit cerita yah,Jadi pada awalnya itu Malin Kundang orangnya baik,namun karena harta kekayaab dia menjadi sombong dan angkung serta melupakan janjinya kepada ibunya,hingga pada akhirnya ibunya marah karena tak sanggup menahan sikap Malin tersebut,dia mengutuknya menjadi Batu.
#GoodLuck Makasih
3 votes Thanks 7
skylenn
Pada suatu hari, hiduplah sebuah keluarga kecil di wilayah Sumatra Barat. Sang ayah pergi melaut untuk mencari nafkah. Ibu dan sang anak tinggal di gubug. Sang anak bernama Malin. Ayah Malin tidak kunjung pulang sehingga Ibu harus tutur mencari nafkah. Malin adalah anak yang pandai, mseki ia sedikit nakal. Ia senang mengejar ayam dan memukul ayam itu dengan sapu. Hingga pada suatu ketika ia jatuh ketika mengejear ayam dan terdapat luka di lengannya yang tidak bisa hilang. Ketika dewasa, Malin merasa sedih melihat ibuya bekerja keras. Ia merasa kasihan dan akhirnya memutuskan untuk mencari nafkah ke negeri seberang dan berharap menjadi orang kaya raya. Kemudian, ia mengikuti seorang nakhoda kapal untuk pergi berlayar. Meski awalnya tidak setuju, ibu Malin mengizinkan Malin pergi merantau dengan berat hati. Sang ibu mengatar Malin dengan linangan air mata. Ibu berpesan agar Malin tidak melupakannya apabila ia sudah jadi orang kaya raya. Malin pergi berlayar dan ia banyak belajar serta mendapatkan pengalaman. Di tengah perjalanan, kapal yang ditumpangi Malin dirampok sekawanan bajak laut dan awak kapal lain dibunuh. Beruntungnya Malin bisa selamat karena ia bersembunyi di ruang kecil yang tertutp kayu. Malin terkatung-katung ditengah lautan hingga ia terdampar di sebuah pantai. Malin berjalan ke dalam pulau tersebut dan menemukan ada desa di sana. Ia meminta pertolongan warga desa tersebut. Akhirnya Malin tinggal di desa yang subur. Di sana, Malin bekerja dengan giat hingga ia menjadi kaya raya. Karena ia sudah menjadi kaya raya, Malinpun menikahi gadis di desa itu.
Cerita tentang kesuksesan dan pernikahan Malin terdengar oleh ibunya di kampong halaman. Sang ibu merasa bahagia dan bersyukur karena anaknya sudah sukses. Ibu Malin pun setia menunggu kepulangan anaknya di dermaga setiap hari. Ia berharap anaknya pulang ke kampong halaman dan bertemu dengannya. Beberapa lama kemudian setelah ia menikah, Malin dan istrinya melakukan perjalanan dengan kapal pesiar. Saat itu, ibu Malin melihat kapal yang indah itu dari dermaga. Sang ibu melihatada dua orang di kapal tersbeut dan ia yakin jika itu adalah Malin dan istrinya. Ketika turun dari kapal, sang ibu menyambut Malin. Ia melihat bekas luka di lengan Malin sehingga ia yakin betul bahwa itu adalah anaknya Malin yang sudah beberapa lama pergi merantau. Sang ibu lalu memeluk Malin. Namun, Malin malah melepaskan pelkan itu dan mendorong sang ibu sampai jatuh. Malin memaki sang ibu dan mengelarkan kata-kata yang melukai hati ibunya. Bahkan ketika istrinya bertanya apakah benar itu ibunya, Malin pun tidak mengakuinya. Ia mengatakan bahwa orang itu hanyalah pengemis yang mengaku-mengaku sebagai ibunya demi mendapatkan harta nya. Mendengar hal tersebut, ibu Malin murka. Ia merasa diperlakukan semena-mena oleh anaknya. Ia terkejut bahwa anaknya kini menjadi durhaka. Dengan amarah, ibu Malin berdoa kepada Tuhan untu mengutuk pria itu menjadi batu jika benar ia adalah anaknya, Malin Kundang. Seleang beberapa menit, terdengar suara gemuruh angin kencang dan badai yang menghancurkan kapal Malin. Pelahan-lahan tubuh Malin menjadi kaku dan membentuk batu. Itulah ringkasan cerita tentang Malin Kundang yang dapat memberi kita pesan moral yang sangat berharga bahwa kita tidak boleh menjadi anak yang durhaka. Kita tidak boleh melupakan ibu yang telah melahirkan kita. Sekian.
Sedikit cerita yah,Jadi pada awalnya itu Malin Kundang orangnya baik,namun karena harta kekayaab dia menjadi sombong dan angkung serta melupakan janjinya kepada ibunya,hingga pada akhirnya ibunya marah karena tak sanggup menahan sikap Malin tersebut,dia mengutuknya menjadi Batu.
#GoodLuck
Makasih
Ketika dewasa, Malin merasa sedih melihat ibuya bekerja keras. Ia merasa kasihan dan akhirnya memutuskan untuk mencari nafkah ke negeri seberang dan berharap menjadi orang kaya raya. Kemudian, ia mengikuti seorang nakhoda kapal untuk pergi berlayar. Meski awalnya tidak setuju, ibu Malin mengizinkan Malin pergi merantau dengan berat hati. Sang ibu mengatar Malin dengan linangan air mata. Ibu berpesan agar Malin tidak melupakannya apabila ia sudah jadi orang kaya raya.
Malin pergi berlayar dan ia banyak belajar serta mendapatkan pengalaman. Di tengah perjalanan, kapal yang ditumpangi Malin dirampok sekawanan bajak laut dan awak kapal lain dibunuh. Beruntungnya Malin bisa selamat karena ia bersembunyi di ruang kecil yang tertutp kayu. Malin terkatung-katung ditengah lautan hingga ia terdampar di sebuah pantai. Malin berjalan ke dalam pulau tersebut dan menemukan ada desa di sana. Ia meminta pertolongan warga desa tersebut. Akhirnya Malin tinggal di desa yang subur. Di sana, Malin bekerja dengan giat hingga ia menjadi kaya raya. Karena ia sudah menjadi kaya raya, Malinpun menikahi gadis di desa itu.
Cerita tentang kesuksesan dan pernikahan Malin terdengar oleh ibunya di kampong halaman. Sang ibu merasa bahagia dan bersyukur karena anaknya sudah sukses. Ibu Malin pun setia menunggu kepulangan anaknya di dermaga setiap hari. Ia berharap anaknya pulang ke kampong halaman dan bertemu dengannya.
Beberapa lama kemudian setelah ia menikah, Malin dan istrinya melakukan perjalanan dengan kapal pesiar. Saat itu, ibu Malin melihat kapal yang indah itu dari dermaga. Sang ibu melihatada dua orang di kapal tersbeut dan ia yakin jika itu adalah Malin dan istrinya. Ketika turun dari kapal, sang ibu menyambut Malin. Ia melihat bekas luka di lengan Malin sehingga ia yakin betul bahwa itu adalah anaknya Malin yang sudah beberapa lama pergi merantau. Sang ibu lalu memeluk Malin. Namun, Malin malah melepaskan pelkan itu dan mendorong sang ibu sampai jatuh.
Malin memaki sang ibu dan mengelarkan kata-kata yang melukai hati ibunya. Bahkan ketika istrinya bertanya apakah benar itu ibunya, Malin pun tidak mengakuinya. Ia mengatakan bahwa orang itu hanyalah pengemis yang mengaku-mengaku sebagai ibunya demi mendapatkan harta nya. Mendengar hal tersebut, ibu Malin murka. Ia merasa diperlakukan semena-mena oleh anaknya. Ia terkejut bahwa anaknya kini menjadi durhaka. Dengan amarah, ibu Malin berdoa kepada Tuhan untu mengutuk pria itu menjadi batu jika benar ia adalah anaknya, Malin Kundang. Seleang beberapa menit, terdengar suara gemuruh angin kencang dan badai yang menghancurkan kapal Malin. Pelahan-lahan tubuh Malin menjadi kaku dan membentuk batu.
Itulah ringkasan cerita tentang Malin Kundang yang dapat memberi kita pesan moral yang sangat berharga bahwa kita tidak boleh menjadi anak yang durhaka. Kita tidak boleh melupakan ibu yang telah melahirkan kita. Sekian.