adellpaBerbakti Kepada Orangtua Adik-adik, sekarang coba deh bayangin wajah kedua orangtuamu. Dulu waktu kita belum melihat dunia…kita tahu pasti ibu kita kesusahan waktu membawa-bawa berat badan kita di perutnya selam 9 bulan. Dengan payah dan penderitaan saaat melhirkan kita, tetapi ibu kita terobati rasa sakitnya dengan suara tangisan kita. Alhamdulillah …akhirnya kita lahir …!! Terus dengan sabar dan gembira kedua orangtua kita membesarkan, mendidik kita sampai sebesar ini. Pokoknya kalau dihitung-hitung jasa dan kebaikan mereka tidak akan pernah terbalas deh! Percaya, kan? Sekarang coba kita lhat orang-orang shaleh terdahulu sangat berbakti keapda kedua orangtuanya. Contohnya yaitu Sayyidina Ali Zainal Abidin ra, ia sangat berbakti kepada kedua orangtuanya sampai sahabatnya berkata kepadanya, “Engkau adalah orang yang paling berbakti kepada ibumu. Tatpi mengapa kami tidak pernah melihat engkau makan bersama dengannya. Beliau menjawab, “Ya, karena saya khawatir tanganku mendahului mengambil makan yang telah dilihat dan hendak dirasakannya sehingga akupun mendurhakainya”. Subhanallah sampai seperti itu hati-hatinya Sayyidina Ali dalam menjaga adab kedapa orangtuanya. Contoh lainnya yaitu bagaimana Sayyidina Ismail putra Nabi Ibrahim as adalah seorang yang sangat barbakti kepada kedua orangtuanya. Ketikam encapai umur 13 tahun, Ibrahim ayahnya berkata, “Wahai anakku sesungguhnya dalam tidurku, aku bermimpi menyembelihmu. Coba pikirkan bagaimana pendapatmu! Ia menjawab< “Wahai ayahku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, Insya Allah ayah akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”. (QS. As Shaffat: 102) Maka Nabi Ibrahim mematuhi perintah Allah dan hendak menyembelih puteranya. Dalam suasana mencekam itu Sayyidina Ismail teringat akan ibunya. Dan berkata kepada ayahnya, ” Wahai ayahku ikatlah aku erat-erat agar tidak goyah dan lepaskan bajuku supaya tidak terkena darahku sehingga apabila ibuku melihatnya akan menambah kesedihannya. Sampaikan salamku kepada ibu. Jika ayah hendak mengembalikan bajuku kepada ibu, maka lakukanlah karena hal itu akan dapat menghibur hatinya dan sebagai kenangan kepada anaknya.” Berkat kesabaran Ismail dan Nabi Ibrahim, maka Allah yang sedang menguji keduanya menggantikan Ismail dengan seekor domba untuk disembelih. Nah, kalian bisa lihat kan betapa bakti dan kesabaran Sayyidina Ismail dan bagaimana kepatuhan Nabi Ibrahim terhadap perintah Allah, padahal Ismail adalah putera yang sangat dicintainya. Keduanya sabar dalam menghadapi ujian dari Allah. Dari cerita tersebut maka kita wajib mengikuti perintah orangtua yang memang tidak melanggar perintah Allah, tetapi jika kita diperintah melakukan perbuatan yang melanggar perintah Allah oleh kedua orangtua, maka kita tidak boleh mengikutinya. Perintah ihsan (baik) pada orangtua ada dalam Al Quran dan Hadist, berarti kita diperintah Allah untuk melakukannya (QS 2:83, 6:151, 4:36) Dalam hadist riwayat Bukhari dan Muslim: Dari Abdurrahman bin Mas`ud ra, ia berkata, “Saya bertanya kepada Nabi saw, ‘Amal apa yang paling disukai oleh Allah Ta`ala? Beliau menjawab, “Sholat pada waktunya”. Saya bertanya lagi, “Kemudian apa?” Beliau menjawab, “Berbuat baiklah pada orang tua”. Saya bertanya lagi, “Kemudian apa?” Beliau menjawab, “Berjuang (berjihad) di jalan Allah”. Rasul saw meletakkan durhaka pada orang tua sebagai dosa besar kedua setelah syirik. “Dari Abdullah bin `Amr bin Al `Ash ra, dari Nabi saw, beliau bersabda, “Dosa-dosa besar adalah menyekutukan Allah, mendurhakai orang tua, membunuh orang dan sumpah palsu”. (HR Bukhari) Rasulullah saw mengaitkan keridhaan dan kemarahan Allah swt dengan keridhaan dan kemarahan orang tua. “Ridlallah fi ridla walidain…” (HR Tirmidzi) Jadi jangan sampai orang tua kita marah kepada kita, karena doa mereka cepat sekali dikabulkan Allah (ingat nggak kisah Malin Kundang).
Adik-adik, sekarang coba deh bayangin wajah kedua orangtuamu. Dulu waktu kita belum melihat dunia…kita tahu pasti ibu kita kesusahan waktu membawa-bawa berat badan kita di perutnya selam 9 bulan. Dengan payah dan penderitaan saaat melhirkan kita, tetapi ibu kita terobati rasa sakitnya dengan suara tangisan kita. Alhamdulillah …akhirnya kita lahir …!!
Terus dengan sabar dan gembira kedua orangtua kita membesarkan, mendidik kita sampai sebesar ini. Pokoknya kalau dihitung-hitung jasa dan kebaikan mereka tidak akan pernah terbalas deh! Percaya, kan?
Sekarang coba kita lhat orang-orang shaleh terdahulu sangat berbakti keapda kedua orangtuanya. Contohnya yaitu Sayyidina Ali Zainal Abidin ra, ia sangat berbakti kepada kedua orangtuanya sampai sahabatnya berkata kepadanya, “Engkau adalah orang yang paling berbakti kepada ibumu. Tatpi mengapa kami tidak pernah melihat engkau makan bersama dengannya. Beliau menjawab, “Ya, karena saya khawatir tanganku mendahului mengambil makan yang telah dilihat dan hendak dirasakannya sehingga akupun mendurhakainya”. Subhanallah sampai seperti itu hati-hatinya Sayyidina Ali dalam menjaga adab kedapa orangtuanya.
Contoh lainnya yaitu bagaimana Sayyidina Ismail putra Nabi Ibrahim as adalah seorang yang sangat barbakti kepada kedua orangtuanya. Ketikam encapai umur 13 tahun, Ibrahim ayahnya berkata, “Wahai anakku sesungguhnya dalam tidurku, aku bermimpi menyembelihmu. Coba pikirkan bagaimana pendapatmu! Ia menjawab< “Wahai ayahku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, Insya Allah ayah akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”. (QS. As Shaffat: 102)
Maka Nabi Ibrahim mematuhi perintah Allah dan hendak menyembelih puteranya. Dalam suasana mencekam itu Sayyidina Ismail teringat akan ibunya. Dan berkata kepada ayahnya, ” Wahai ayahku ikatlah aku erat-erat agar tidak goyah dan lepaskan bajuku supaya tidak terkena darahku sehingga apabila ibuku melihatnya akan menambah kesedihannya. Sampaikan salamku kepada ibu. Jika ayah hendak mengembalikan bajuku kepada ibu, maka lakukanlah karena hal itu akan dapat menghibur hatinya dan sebagai kenangan kepada anaknya.”
Berkat kesabaran Ismail dan Nabi Ibrahim, maka Allah yang sedang menguji keduanya menggantikan Ismail dengan seekor domba untuk disembelih. Nah, kalian bisa lihat kan betapa bakti dan kesabaran Sayyidina Ismail dan bagaimana kepatuhan Nabi Ibrahim terhadap perintah Allah, padahal Ismail adalah putera yang sangat dicintainya. Keduanya sabar dalam menghadapi ujian dari Allah.
Dari cerita tersebut maka kita wajib mengikuti perintah orangtua yang memang tidak melanggar perintah Allah, tetapi jika kita diperintah melakukan perbuatan yang melanggar perintah Allah oleh kedua orangtua, maka kita tidak boleh mengikutinya.
Perintah ihsan (baik) pada orangtua ada dalam Al Quran dan Hadist, berarti kita diperintah Allah untuk melakukannya (QS 2:83, 6:151, 4:36)
Dalam hadist riwayat Bukhari dan Muslim:
Dari Abdurrahman bin Mas`ud ra, ia berkata, “Saya bertanya kepada Nabi saw, ‘Amal apa yang paling disukai oleh Allah Ta`ala? Beliau menjawab, “Sholat pada waktunya”. Saya bertanya lagi, “Kemudian apa?” Beliau menjawab, “Berbuat baiklah pada orang tua”. Saya bertanya lagi, “Kemudian apa?” Beliau menjawab, “Berjuang (berjihad) di jalan Allah”.
Rasul saw meletakkan durhaka pada orang tua sebagai dosa besar kedua setelah syirik. “Dari Abdullah bin `Amr bin Al `Ash ra, dari Nabi saw, beliau bersabda, “Dosa-dosa besar adalah menyekutukan Allah, mendurhakai orang tua, membunuh orang dan sumpah palsu”. (HR Bukhari)
Rasulullah saw mengaitkan keridhaan dan kemarahan Allah swt dengan keridhaan dan kemarahan orang tua. “Ridlallah fi ridla walidain…” (HR Tirmidzi)
Jadi jangan sampai orang tua kita marah kepada kita, karena doa mereka cepat sekali dikabulkan Allah (ingat nggak kisah Malin Kundang).