Kartini lahir pada tanggal 21 April 1879 dari kalangan bangsawan. Ayahnya bernama Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, merupakan Bupati Jepara. Sementara itu, ibunya bernama M.A. Ngasirah merupakan warga biasa.
Karena statusnya yang merupakan warga biasa tersebut, Ngasirah bukanlah istri utama dari Ario Sosroningrat. Meski, Ngasirah merupakan istri pertamanya. Sebagai gantinya, Ario Sosroningrat menyunting Raden Adjeng Woerjan dari Madura sebagai istri utama.
Hal tersebut dilakukan oleh Ario Sosroningrat sebagai langkah untuk menaikkan status jabatannya. Aturan Pemerintah Kolonial mengharuskan seorang bupati yang memiliki istri seorang bangsawan. Setelah menikah dengan RA Woerjan, Ario Sosroningrat pun secara resmi menjabat sebagai Bupati Jepara menggantikan posisi ayah mertuanya, R.A.A. Tjitrowikromo.
Kartini adalah anak perempuan tertua dari ibu Ngasirah, dan merupakan anak ke-11 dari seluruh keturunan Ario Sosroningrat. Hidup di kalangan bangsawan, Kartini pun memperoleh pendidikan di Europeesche Lagere School (ELS) – sekolah dasar pada masa penjajahan Belanda.
ELS berdiri pertama kali pada 1817 dengan durasi pendidikan selama 7 tahun. Tidak semua orang bisa mengenyam pendidikan di sini. ELS hanya menjadi tempat belajar kaum pribumi bangsawan, keturunan orang-orang Asia Timur, serta keturunan Eropa.
Sekolah ini menggunakan pengantar bahasa Belanda. Tidak heran kalau Kartini yang menempuh pendidikan di ELS hingga usia 12 tahun bisa berbahasa Belanda dengan lancar. Setelah itu, dia pun harus menghabiskan hari-harinya di dalam rumah, mengikuti kebiasaan masyarakat Jawa saat itu yang mengharuskan para wanita untuk dipingit.
Masa Kecil RA Kartini
Kartini lahir pada tanggal 21 April 1879 dari kalangan bangsawan. Ayahnya bernama Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, merupakan Bupati Jepara. Sementara itu, ibunya bernama M.A. Ngasirah merupakan warga biasa.
Karena statusnya yang merupakan warga biasa tersebut, Ngasirah bukanlah istri utama dari Ario Sosroningrat. Meski, Ngasirah merupakan istri pertamanya. Sebagai gantinya, Ario Sosroningrat menyunting Raden Adjeng Woerjan dari Madura sebagai istri utama.
Hal tersebut dilakukan oleh Ario Sosroningrat sebagai langkah untuk menaikkan status jabatannya. Aturan Pemerintah Kolonial mengharuskan seorang bupati yang memiliki istri seorang bangsawan. Setelah menikah dengan RA Woerjan, Ario Sosroningrat pun secara resmi menjabat sebagai Bupati Jepara menggantikan posisi ayah mertuanya, R.A.A. Tjitrowikromo.
Kartini adalah anak perempuan tertua dari ibu Ngasirah, dan merupakan anak ke-11 dari seluruh keturunan Ario Sosroningrat. Hidup di kalangan bangsawan, Kartini pun memperoleh pendidikan di Europeesche Lagere School (ELS) – sekolah dasar pada masa penjajahan Belanda.
ELS berdiri pertama kali pada 1817 dengan durasi pendidikan selama 7 tahun. Tidak semua orang bisa mengenyam pendidikan di sini. ELS hanya menjadi tempat belajar kaum pribumi bangsawan, keturunan orang-orang Asia Timur, serta keturunan Eropa.
Sekolah ini menggunakan pengantar bahasa Belanda. Tidak heran kalau Kartini yang menempuh pendidikan di ELS hingga usia 12 tahun bisa berbahasa Belanda dengan lancar. Setelah itu, dia pun harus menghabiskan hari-harinya di dalam rumah, mengikuti kebiasaan masyarakat Jawa saat itu yang mengharuskan para wanita untuk dipingit.