Menurut penilaian Jepang, para pemuda apalagi pemuda desa, belum terpengaruh dunia luar (alam pikiran Barat). Para pemuda Indonesia secara fisik kuat, semangat dan pemberani. Di samping itu, pemuda Indonesia kala itu jumlahnya cukup besar sehingga memegang peranan penting terhadap Indonesia.
Atas dasar berbagai pertimbangan tersebut, maka pemuda dimanfaatkan dan dijadikan sasaran utama propaganda Jepang. Berbagai semboyan seperti Jepang saudara tua, Indonesia sama saja dan Gerakan 3 A memang cukup menarik kalangan pemuda. Pernyataan Jepang akan persamaan dinilai sebagai bentuk perubahan dari keadaan masa Belanda yang begitu diskriminatif dan kejam.
Jepang memang sangat cerdik, sebelum membentuk organisasi semi-militer dan militer secara resmi, mereka terlebih dahulu melatih para pemuda dengan pendidikan guna meningkatkan kedisiplinan, semangat juang dan jiwa kesatria para pemuda.
Cara untuk menanamkan nilai tersebut diantaranya dengan pendidikan umum (sekolah dasar dan menengah) dan pendidikan khusus (pelatihan oleh Jepang). Adapun bentuk pelatihan oleh Jepang diantaranya yaitu : BPAR (Barisan Pemuda Asia Raya). San A Seinen Kutensho di bawah Gerakan 3A.
B. ORGANISASI SEMI-MILITER
#1. SEINENDAN
Seinendan (Korps Pemuda) adalah organisasi yang dibentuk Jepang dengan beranggotakan para pemuda berusia 14-22 tahun. Seinendan didirikan tepatnya pada tanggal 29 April 1943 dengan beranggotakan sekiranya 3500 orang pemuda dari seluruh Jawa.
Tujuan Seinendan
Tujuan Jepang membentuk Seinendan untuk mendidik dan melatih para pemuda agar dapat menjaga dan mempertahankan tanah airnya dengan kekuatan sendiri.
Namun dibalik itu, ada tujuan lain dengan dibentuknya Seinendan ini. Jepang melatih para pemuda Indonesia juga dimaksudkan untuk memperoleh tenaga cadangan dari pemuda guna memenangkan peperangan Asia Timur Raya melawan Sekutu.
Fungsi Seinendan
Dalam pertahanan peperangan, Seinendan difungsikan sebagai barisan cadangan yang mengamankan barisan belakang.
Agar lebih efektif dan efisien, pengkoordinasian Seinendan diserahkan kepada penguasa setempat. Misalnya di daerah tingkat syu, diketuai syucokan. Begitu juga di daerah ken, ketuanya kenco dan seterusnya.
Keanggotaan Seinendan
Untuk memperbanyak anggota, Seinendan juga menggerakkan Seinendan bagian puteri (Josyi Seinendan). Seiring berjalannya waktu, jumlah Seinendan terus bertambah hingga akhir pendudukan Jepang di Indonesia. Jumlahnya kala itu bahkan mencapai 500 ribu pemuda.
Adapun tokoh perjuangan Indonesia yang pernah menjadi anggota Seinendan antara lain, Latif Hendraningrat dan Sukarni.
#2. KEIBODAN
Keibodan (Korps Kewaspadaan) adalah organisasi semimiliter yang anggotanya adalah pemuda berusia antara 25 sampai 35 tahun. Organisasi ini dibentuk pada tanggal 29 April 1943 dengan tujuan untuk membantu Polisi Jepang pada masa penjajahan di Indonesia.
Keibodan juga memiliki ketentuan utama agar setiap orang yang dapat masuk harus memiliki badan yang sehat dan berkepribadian baik. Jika dilihat dari usia anggotanya, keibodan lebih siap dan matang untuk membantu tentara Jepang dalam keamanan dan ketertiban.
Contoh kegiatan dalam membantu poisi yaitu mengatur lalu lintas dan pengamanan desa.
Organisasi Seinendan dan Keibodan didirikan di seluruh daerah Indonesia, meski namanya berbeda-beda. Misalnya di Sumatera dikenal dengan Bogodan dan di Kalimantan disebut dengan Borneo Konan Kokokudan/Sameo Konen Hokokudan. Selain di Indonesia, penduduk Cina juga mengenal organisasi ini dengan sebutan Kakyo Keibotai.
#3. FUJINKAI
Fujinkai (Perkumpulan Wanita) adalah organisasi semi militer Jepang yang beranggotakan para wanita, dibentuk pada bulan Agustus 1943. Pembentukan organisasi ini di prakarsai oleh para istri pegawai daerah dan diketuai oleh isteri-istri kepala daerah tersebut.
Untuk anggota dari Fujinkai itu sendiri minimal harus berusia 15 tahun. Tugas utama Fujinkai ini yaitu meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan masyarakat melalui kegiatan pendidikan dan kursus-kursus.
Saat situasi semakin memanas, Fujinkai dilatih militer sederhana, bahkan pada tahun 1944 dibentuk “Pasukan Srikandi” guna membantu perang melawan
Menurut penilaian Jepang, para pemuda apalagi pemuda desa, belum terpengaruh dunia luar (alam pikiran Barat). Para pemuda Indonesia secara fisik kuat, semangat dan pemberani. Di samping itu, pemuda Indonesia kala itu jumlahnya cukup besar sehingga memegang peranan penting terhadap Indonesia.
Atas dasar berbagai pertimbangan tersebut, maka pemuda dimanfaatkan dan dijadikan sasaran utama propaganda Jepang. Berbagai semboyan seperti Jepang saudara tua, Indonesia sama saja dan Gerakan 3 A memang cukup menarik kalangan pemuda. Pernyataan Jepang akan persamaan dinilai sebagai bentuk perubahan dari keadaan masa Belanda yang begitu diskriminatif dan kejam.
Jepang memang sangat cerdik, sebelum membentuk organisasi semi-militer dan militer secara resmi, mereka terlebih dahulu melatih para pemuda dengan pendidikan guna meningkatkan kedisiplinan, semangat juang dan jiwa kesatria para pemuda.
Cara untuk menanamkan nilai tersebut diantaranya dengan pendidikan umum (sekolah dasar dan menengah) dan pendidikan khusus (pelatihan oleh Jepang). Adapun bentuk pelatihan oleh Jepang diantaranya yaitu :
BPAR (Barisan Pemuda Asia Raya).
San A Seinen Kutensho di bawah Gerakan 3A.
B. ORGANISASI SEMI-MILITER
#1. SEINENDAN
Seinendan (Korps Pemuda) adalah organisasi yang dibentuk Jepang dengan beranggotakan para pemuda berusia 14-22 tahun. Seinendan didirikan tepatnya pada tanggal 29 April 1943 dengan beranggotakan sekiranya 3500 orang pemuda dari seluruh Jawa.
Tujuan Seinendan
Tujuan Jepang membentuk Seinendan untuk mendidik dan melatih para pemuda agar dapat menjaga dan mempertahankan tanah airnya dengan kekuatan sendiri.
Namun dibalik itu, ada tujuan lain dengan dibentuknya Seinendan ini. Jepang melatih para pemuda Indonesia juga dimaksudkan untuk memperoleh tenaga cadangan dari pemuda guna memenangkan peperangan Asia Timur Raya melawan Sekutu.
Fungsi Seinendan
Dalam pertahanan peperangan, Seinendan difungsikan sebagai barisan cadangan yang mengamankan barisan belakang.
Agar lebih efektif dan efisien, pengkoordinasian Seinendan diserahkan kepada penguasa setempat. Misalnya di daerah tingkat syu, diketuai syucokan. Begitu juga di daerah ken, ketuanya kenco dan seterusnya.
Keanggotaan Seinendan
Untuk memperbanyak anggota, Seinendan juga menggerakkan Seinendan bagian puteri (Josyi Seinendan). Seiring berjalannya waktu, jumlah Seinendan terus bertambah hingga akhir pendudukan Jepang di Indonesia. Jumlahnya kala itu bahkan mencapai 500 ribu pemuda.
Adapun tokoh perjuangan Indonesia yang pernah menjadi anggota Seinendan antara lain, Latif Hendraningrat dan Sukarni.
#2. KEIBODAN
Keibodan (Korps Kewaspadaan) adalah organisasi semimiliter yang anggotanya adalah pemuda berusia antara 25 sampai 35 tahun. Organisasi ini dibentuk pada tanggal 29 April 1943 dengan tujuan untuk membantu Polisi Jepang pada masa penjajahan di Indonesia.
Keibodan juga memiliki ketentuan utama agar setiap orang yang dapat masuk harus memiliki badan yang sehat dan berkepribadian baik. Jika dilihat dari usia anggotanya, keibodan lebih siap dan matang untuk membantu tentara Jepang dalam keamanan dan ketertiban.
Contoh kegiatan dalam membantu poisi yaitu mengatur lalu lintas dan pengamanan desa.
Organisasi Seinendan dan Keibodan didirikan di seluruh daerah Indonesia, meski namanya berbeda-beda. Misalnya di Sumatera dikenal dengan Bogodan dan di Kalimantan disebut dengan Borneo Konan Kokokudan/Sameo Konen Hokokudan. Selain di Indonesia, penduduk Cina juga mengenal organisasi ini dengan sebutan Kakyo Keibotai.
#3. FUJINKAI
Fujinkai (Perkumpulan Wanita) adalah organisasi semi militer Jepang yang beranggotakan para wanita, dibentuk pada bulan Agustus 1943. Pembentukan organisasi ini di prakarsai oleh para istri pegawai daerah dan diketuai oleh isteri-istri kepala daerah tersebut.
Untuk anggota dari Fujinkai itu sendiri minimal harus berusia 15 tahun. Tugas utama Fujinkai ini yaitu meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan masyarakat melalui kegiatan pendidikan dan kursus-kursus.
Saat situasi semakin memanas, Fujinkai dilatih militer sederhana, bahkan pada tahun 1944 dibentuk “Pasukan Srikandi” guna membantu perang melawan