Latar belakang terjadinya perubahan pada Sila Pertama dalam Piagam Jakarta yang merupakan dasar negara Indonesia berasal dari perjalanan panjang sejarah perjuangan bangsa Indonesia menuju kemerdekaan.
Pada awalnya Sila Pertama dalam Piagam Jakarta adalah "Ketuhanan Yang Maha Esa". Sila ini mencerminkan prinsip bahwa Indonesia adalah negara yang berkedaulatan Tuhan dan memegang teguh nilai-nilai spiritualitas dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Namun pada masa orde baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto beberapa perubahan dilakukan terhadap Sila Pertama. Pada tahun 1978 perubahan itu dilakukan dengan penambahan kata "dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya". Dengan tambahan tersebut Sila Pertama dalam Piagam Jakarta berubah menjadi "Ketuhanan Yang Maha Esa dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya".
Perubahan ini terkait dengan politik identitas agama yang diterapkan oleh rezim Orde Baru untuk memperkuat kekuasaan politiknya dan menekan gerakan-gerakan politik yang bertentangan dengan pemerintah. Penambahan "dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya" mengarah pada penekanan Islam sebagai agama dominan di Indonesia.
Namun setelah rezim Soeharto jatuh pada tahun 1998 terjadi perubahan politik di Indonesia yang lebih demokratis dan inklusif. Pada tahun 1999 setelah berbagai diskusi dan konsultasi dengan para tokoh agama dan masyarakat sipil Sila Pertama dalam Piagam Jakarta diubah kembali.
Perubahan tersebut dilakukan dengan mengembalikan Sila Pertama menjadi "Ketuhanan Yang Maha Esa". Hal ini mencerminkan semangat kebhinekaan dan toleransi dalam kehidupan beragama di Indonesia. Negara Indonesia diakui sebagai negara yang memperlakukan semua agama dan keyakinan dengan adil dan menghormati pluralisme agama.
Perubahan itu penting untuk menegaskan komitmen negara Indonesia dalam mendukung kebebasan beragama tanpa memihak pada satu agama tertentu. Sila Pertama ini mencerminkan semangat dan nilai-nilai dasar yang mengarah pada persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia dalam keragaman budaya dan agama.
Perubahan Sila Pertama dalam Piagam Jakarta adalah cermin dari dinamika perjalanan sejarah Indonesia dan refleksi dari semangat inklusifitas dan keadilan sosial yang ingin diwujudkan dalam negara dan masyarakat Indonesia.
Jawaban:
Latar belakang terjadinya perubahan pada Sila Pertama dalam Piagam Jakarta yang merupakan dasar negara Indonesia berasal dari perjalanan panjang sejarah perjuangan bangsa Indonesia menuju kemerdekaan.
Pada awalnya Sila Pertama dalam Piagam Jakarta adalah "Ketuhanan Yang Maha Esa". Sila ini mencerminkan prinsip bahwa Indonesia adalah negara yang berkedaulatan Tuhan dan memegang teguh nilai-nilai spiritualitas dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Namun pada masa orde baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto beberapa perubahan dilakukan terhadap Sila Pertama. Pada tahun 1978 perubahan itu dilakukan dengan penambahan kata "dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya". Dengan tambahan tersebut Sila Pertama dalam Piagam Jakarta berubah menjadi "Ketuhanan Yang Maha Esa dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya".
Perubahan ini terkait dengan politik identitas agama yang diterapkan oleh rezim Orde Baru untuk memperkuat kekuasaan politiknya dan menekan gerakan-gerakan politik yang bertentangan dengan pemerintah. Penambahan "dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya" mengarah pada penekanan Islam sebagai agama dominan di Indonesia.
Namun setelah rezim Soeharto jatuh pada tahun 1998 terjadi perubahan politik di Indonesia yang lebih demokratis dan inklusif. Pada tahun 1999 setelah berbagai diskusi dan konsultasi dengan para tokoh agama dan masyarakat sipil Sila Pertama dalam Piagam Jakarta diubah kembali.
Perubahan tersebut dilakukan dengan mengembalikan Sila Pertama menjadi "Ketuhanan Yang Maha Esa". Hal ini mencerminkan semangat kebhinekaan dan toleransi dalam kehidupan beragama di Indonesia. Negara Indonesia diakui sebagai negara yang memperlakukan semua agama dan keyakinan dengan adil dan menghormati pluralisme agama.
Perubahan itu penting untuk menegaskan komitmen negara Indonesia dalam mendukung kebebasan beragama tanpa memihak pada satu agama tertentu. Sila Pertama ini mencerminkan semangat dan nilai-nilai dasar yang mengarah pada persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia dalam keragaman budaya dan agama.
Perubahan Sila Pertama dalam Piagam Jakarta adalah cermin dari dinamika perjalanan sejarah Indonesia dan refleksi dari semangat inklusifitas dan keadilan sosial yang ingin diwujudkan dalam negara dan masyarakat Indonesia.