Yundadwi
Kesultanan Mataram yang runtuh akibat pemberontakan Trunajaya tahun 1677 ibukotanya oleh Sunan Amral dipindahkan di Kartasura. Pada masa Sunan Pakubuwana II memegang tampuk pemerintahan keraton Mataram mendapat serbuan dari pemberontakan orang-orang Tionghoa yang mendapat dukungan dari orang-orang Jawa anti VOC tahun 1742. Kerajaan Mataram yang berpusat di Kartasura itu mengalami keruntuhannya. Kota Kartasura berhasil direbut kembali berkat bantuan Adipati Cakraningrat IV penguasa Madura barat yang merupakan sekutu VOC, namun keadaannya sudah rusak parah. Pakubuwana II yang menyingkir ke Ponorogo, kemudian memutuskan untuk membangun istana baru di desa Sala sebagai ibukota kerajaan Mataram yang baru.
HAMIMKerajaan Mataram kuno berdiri kira kira pada tahun 732, ditinjau dari piagam yang ditemukan di desa Canggal, karesidenan Kedu. Dalam piagam itu diterangkan bahwa didekat desa Salam, sebelah selatan Muntilan, didirikan sebuah tempat suci yang berisi lingga. Tempat suci yang berisi lingga (Salah sebuah lambing Siwa) didekat salam itu dianggap sebagai tanda mendirikan suatu kerajaan yang disebut Mataram, karena raja ini (Sanjaya) didalam piagam-piagam kemudian disebut rakai Mataram. Keadaan politik kerajaan ini sukar kita ketahui, hanya menurut cerita yang terdapat dalam “ cerita parahyangan), Sanjaya banyak mengadakan peperangan dengan kerajaan-kerajaan sekitarnya untuk meluaskan daerahnya. Yang dapat diketahui dengan pasti adalah mengenai nama raja-raja, arti beberapa candi, dan hadiah-hadiah berupa tanah kepada desa, biara dan orang. Pengganti raja Sanjaya ialah Pancapana, rakai Panangkaran. Sanjaya adalah penganut agama brahma sedangkan Pancapana adalah penganut agama Buddha aliran Mahayana. Dinasti raja-raja Mataram ini disebut Syailendra. Bukti bahwa mereka itu dari keturunan Syailendra terdapat dalam piagam yang berhubungan dengan candi Kalasan, yang menyebut nama “Syailendra Sri Maharaja Dyah Pancapana rakai Panangkaran”.