March 2022 0 11 Report
kk tolong bantu ringkasin dong.....
cuman diringkas aja kok


asal usul beras ketan

Dahulu kala, ada seorang Dato (dukun) yang sangat sakti. Ia tak pernah sombong, apalagi dengki. Hatinya sangat baik dan tulus.
Pada suati hari, sang Dato pergi ke puncak sebuah bukit besar. Ia bersemedi di sana. Dato itu memohon kepada Tuhan agar diberi kekuatan untuk mendirikan sebuah negeri di atas bukit. Tak lama kemudian, terdengarlah suara yang mengatakan bahwa doanya akan terkabul. Akan tetapi, kelak kehidupan desa itu akan berakhir menyedihkan.
Sang Dato kembali ke desanya. Ia lalu menceritakan semua yang dialaminya itu kepada masyarakat desa. Belum selesai ia bicara, beberapa penduduk menyela pembicaraannya. Akhirnya, Dato lupa menceritakan akhir kehidupan negeri baru mereka kelak.
Singkat cerita, para penduduk pun pindah ke puncak bukit yang diberi nama Sicike-Cike. Akan tetapi, sang Dato tidak ikut pindah. Ia tetap tinggal di desanya. Dalam waktu singkat, penduduk kian banyak dan kian ramai. Sayangnya, mereka mengangkat raja yang kejam. Rakyatnya pun menjadi sombong dan kikir.
Tak lama kemudian, datanglah seorang ibu dan anak lelakinya yang bernama Olih. Mereka akan tinggal di Sicike-Cike. Olih dan ibunya hidup sangat menderita karena miskinnya. Adapun masyarakat Sicike-Cike hidup makmur, tetapi sangat kikir. Suatu hari datang seorang tua sakti berpakaian compang-camping. Ia meminta sedikit makanan dan sehelai baju kepada penduduk. Akan tetapi, mereka malah mencaci makinya. Lebih dari itu, orang tua itu didorong sampai tercebur ke sungai.
Tiba-tiba... ajaib! Dalam waktu sekejab, orang tua itu berubah menjadi lelaki tampan, tetapi sekejab lagi berubah seperti semula. Begitu terus hingga beberapa kali. Semua orang terpana melihatnya. Setelah itu, ia pun menghilang. Serentak mereka mencari orang tua itu, tetapi tak juga ditemukan.
Orang tua sakti itu sampai di ladang tempat Olih dan ibunya tinggal. Olih dan ibunya dengan senang hati menjamu orang tua itu. Si orang tua itu sangat berterima kasih kepada mereka. Ia pun lalu berpamitan. Setelah berpamitan, dalam sekejab orang tua itu menghilang.

Beberapa hari kemudian, tiba-tiba penduduk Sicike-Cike dilanda kelaparan. Walaupun tertimpa musibah, penduduk negeri itu tetap sombong dan tidak mau sadar.
Suatu hari, datang pula tujuh orang gadis yang ingin bermalam di Sicike-Cike. Akan tetapi, para penduduk tidak menerimanya. Bahkan, mereka mencaci maki. Akhirnya ketujuh gadis itu pun pergi. Mereka sampai di gubuk Olih. Olih dan ibunya menerima mereka dengan senang hati.
Malam pun tiba. Sebelum tidur, ketujuh gadis itu meminjam selimut. Mereka kemudian tidur dengan selimut itu. Anehnya, mereka tidak bangun-bangun pada keesokan paginya. Ibu Olih tidak berani membangunkan mereka. Sampai hari keenam, mereka tidak juga bangun. Pada hari ketujuh, Ibu Olih memberanikan diri membuka selimut para gadis. Alangkah terkejutnya ia karena yang terlihat adalah timbunan padi dengan tujuh warna yang indah dan menarik. Padi itu berbeda dari padi biasa. Hanya tinggal satu gadis yang masih ada. Gadis itu pun berkata, “untunglah tidak terlambat. Bu, tolong ambilkan air dan percikilah diriku. Jangan heran! Semua ini adalah karunia Tuhan atas doa ayah hamba yang pernah menginap di sini.”
Olih akhirnya menikah dengan sang gadis. Bersama sang ibu, mereka hidup bahagia. Hidup mereka pun kini berkecukupan. Apalagi, mereka memiliki padi yang rasanya sangat enak, berbeda daripada padi biasa. Padi itu lalu diberi nama padi “pulut”. Padi pulut ini dikenal juga sebagai padi ketan atau beras ketan.
Berita adanya padi ketan itu sampai ke penduduk Sicike-Cike yang sedang kelaparan. Mereka datang menghadap Olih untuk meminta padi ketan itu. Dengan senang hati, Olih memberikannya kepada masyarakat. Ia memberi nasihat agar mereka mengubah sikap buruk mereka.
Akhirnya, Olih diangkat menjadi raja negeri Sicike-Cike. Ia memimpin negeri itu sehingga rakyatnya sejahtera dan berakhlak baik.​

Life Enjoy

" Life is not a problem to be solved but a reality to be experienced! "

Get in touch

Social

© Copyright 2013 - 2024 KUDO.TIPS - All rights reserved.