- Nabi Musa As hidup pada zaman kekuasaan Raja Fir'aun di Mesir.
Sang raja terkenal dengan kekejamannya hingga membunuh seluruh bayi laki-laki yang baru dilahirkan lantaran khawatir bisa menghancurkan kekuasaanya. Namun, bayi Musa kala itu berhasil diselamatkan oleh Allah SWT.
Perilaku buruk Raja Fir'aun dapat kita ketahui melalui firman Allah SWT dalam surah Al-Baqarah ayat 49. Bunyinya adalah sebagai berikut:
Artinya: "Dan (ingatlah) ketika Kami selamatkan kamu dari (Fir'aun) dan pengikut-pengikutnya; mereka menimpakan kepadamu siksaan yang seberat-beratnya, mereka menyembelih anak-anakmu yang laki-laki dan membiarkan hidup anak-anakmu yang perempuan. Dan pada yang demikian itu terdapat cobaan-cobaan yang besar dari Tuhanmu".
Pada saat bayi Musa lahir, ibunya sebenarnya sempat mengalami ketakutan karena sang putra bisa saja menjadi korban dari Raja Fir'aun.
Akan tetapi, ia akhirnya mendapatkan ilham dari Allah SWT agar menghanyutkan putranya ke aliran sungai nil dengan cara diletakkan di dalam sebuah peti.
Petikan surah Thaha ayat 39 menjelaskan:
"Letakkanlah ia (Musa) didalam peti, kemudian lemparkanlah ia ke sungai (Nil), maka pasti sungai itu membawanya ke tepi, supaya diambil oleh (Fir’aun) musuh-Ku dan musuhnya.....".
Yang cukup mengejutkan, bayi Musa yang telah "dihanyutkan" sang ibu justru ditemukan oleh Raja Fir'aun sendiri beserta istrinya, Siti Asiyah, di pinggiran sungai nil.
Seperti dikutip laman NU Online melalui artikel dengan judul "Indahnya Skenario Allah Selamatkan Bayi Musa dari Kekejaman Fir'aun" oleh M. Tatam Wijaya, sebenarnya sempat terjadi perdebatan antara pihak istana dengan istri Fir'aun kala itu, karena bayi tersebut berjenis kelamin laki-laki yang artinya wajib "dibunuh".
Akan tetapi, berkat lobi yang sukses dilakukan oleh Siti Asiyah kepada suaminya, ia pun akhirnya dipersilakan untuk mengangkatnya sebagai anak.
"(Ia) adalah penyejuk mata hati bagiku dan bagimu. Janganlah kamu membunuhnya, mudah-mudahan ia bermanfaat kepada kita atau kita ambil ia menjadi anak," demikian ucap Siti Asiyah terhadap Raja Fir'aun, seperti diterangkan dalam surah Al-Qasas ayat 9.
Alhasil, bayi Musa berhasil lolos dari kekejaman Raja Fir'aun. Dirinya yang dilahirkan sebagai seorang laki-laki, atas kehendak Allah SWT justru malah tinggal di istana bersama sang raja dan menjadi anak angkatnya.
Dilansir laman Suara Muhammadiyah, Siti Asiyah sudah mulai kebingungan untuk bisa menyusui bayi Musa lantaran beberapa ibu susuan yang didatangkan tidak ada satu pun yang cocok.
Lagi-lagi, Allah SWT menunjukkan kebesarannya. Datanglah ibu kandung Musa ke istana untuk menawarkan jasa menyusui.
Setelah dirasa cocok dan bayi Musa mulai mau menerima, sang ibu akhirnya menyusui anak kandungnya sendiri.
Artinya, selain dapat menyusui bayi Musa yang merupakan anak kandungnya, ibunya juga mendapatkan keuntungan lain dari hal tersebut.
Yakni adanya upah dari istana karena ia dipekerjakan sebagai ibu susuan dari "putra angkat" Raja Fir'aun dan Siti Asiyah tersebut.
Nabi Musa a.s. lahir di Mesir pada masa pemerintahan Fir'aun yang saat sangat zalim. Salah satu kezalimannya adalah menyembelih anak laki-laki yang baru saja lahir. Hal ini dilakukannya karena percaya akan ramalan bahwa takhtanya akan digantikan oleh seorang laki-laki bukan keturunannya. Oleh karena itulah, kedua orang tua Nabi Musa a.s. menghanyutkannya di sungai dan ditemukan oleh pembantu Fir'aun, dan dijadikan anak angkat oleh istri Fir'aun.
Nabi Musa a.s. kemudian menyadari dirinya bagian dari bangsa Bani Israil dan ingin membebaskan bangsanya dari Fir'aun. Setelah mendapatkan wahyu di Lembah Tuwa, Nabi Musa a.s. berangkat ke Mesir untuk berdakwah. Wahyu ini terdapat pada Qs. an-Nazi'at 16-17).
Ketika menghadapi Fir'aun, Nabi Musa a.s. diminta menunjukkan dirinya adalah seorang nabi. Tangan Nabi Musa a.s. mengeluarkan cahaya untuk menunjukkan dirinya adalah utusan Allah, dan mengubah tongkatnya menjadi ular raksasa. Fir'aun tidak bisa menerima Nabi Musa a.s. dan mengejarnya. Ketika Fir'aun mengejar Nabi Musa a.s. hingga Laut Merah, Nabi Musa a.s. mengetukkan tongkatnya hingga Laut Merah terbelah sehingga Nabi Musa a.s. dapat menyeberanginya. Ketika Fir'aun menyeberanginya, tiba-tiba Laut Merah tertutup sehingga Fir'aun dan pasukannya hilang di dalam laut.
Pada abad ke-12 SM, Taurat diwahyukan kepada Nabi Musa a.s. Nama Taurat berart hukum atau syariat. Kitab Taurat ini diperuntukkan sebagai pedoman dan petunjuk hidup bagi kaum Bani Israil saat itu. Bahasa yang digunakan dalam kitab Taurat adalah bahasa Ibrani.
Penjelasan:
- Nabi Musa As hidup pada zaman kekuasaan Raja Fir'aun di Mesir.
Sang raja terkenal dengan kekejamannya hingga membunuh seluruh bayi laki-laki yang baru dilahirkan lantaran khawatir bisa menghancurkan kekuasaanya. Namun, bayi Musa kala itu berhasil diselamatkan oleh Allah SWT.
Perilaku buruk Raja Fir'aun dapat kita ketahui melalui firman Allah SWT dalam surah Al-Baqarah ayat 49. Bunyinya adalah sebagai berikut:
وَإِذْ نَجَّيْنَاكُمْ مِنْ آلِ فِرْعَوْنَ يَسُومُونَكُمْ سُوءَ الْعَذَابِ يُذَبِّحُونَ أَبْنَاءَكُمْ وَيَسْتَحْيُونَ نِسَاءَكُمْ ۚ وَفِي ذَٰلِكُمْ بَلَاءٌ مِنْ رَبِّكُمْ عَظِيمٌ
Artinya: "Dan (ingatlah) ketika Kami selamatkan kamu dari (Fir'aun) dan pengikut-pengikutnya; mereka menimpakan kepadamu siksaan yang seberat-beratnya, mereka menyembelih anak-anakmu yang laki-laki dan membiarkan hidup anak-anakmu yang perempuan. Dan pada yang demikian itu terdapat cobaan-cobaan yang besar dari Tuhanmu".
Pada saat bayi Musa lahir, ibunya sebenarnya sempat mengalami ketakutan karena sang putra bisa saja menjadi korban dari Raja Fir'aun.
Akan tetapi, ia akhirnya mendapatkan ilham dari Allah SWT agar menghanyutkan putranya ke aliran sungai nil dengan cara diletakkan di dalam sebuah peti.
Petikan surah Thaha ayat 39 menjelaskan:
"Letakkanlah ia (Musa) didalam peti, kemudian lemparkanlah ia ke sungai (Nil), maka pasti sungai itu membawanya ke tepi, supaya diambil oleh (Fir’aun) musuh-Ku dan musuhnya.....".
Yang cukup mengejutkan, bayi Musa yang telah "dihanyutkan" sang ibu justru ditemukan oleh Raja Fir'aun sendiri beserta istrinya, Siti Asiyah, di pinggiran sungai nil.
Seperti dikutip laman NU Online melalui artikel dengan judul "Indahnya Skenario Allah Selamatkan Bayi Musa dari Kekejaman Fir'aun" oleh M. Tatam Wijaya, sebenarnya sempat terjadi perdebatan antara pihak istana dengan istri Fir'aun kala itu, karena bayi tersebut berjenis kelamin laki-laki yang artinya wajib "dibunuh".
Akan tetapi, berkat lobi yang sukses dilakukan oleh Siti Asiyah kepada suaminya, ia pun akhirnya dipersilakan untuk mengangkatnya sebagai anak.
"(Ia) adalah penyejuk mata hati bagiku dan bagimu. Janganlah kamu membunuhnya, mudah-mudahan ia bermanfaat kepada kita atau kita ambil ia menjadi anak," demikian ucap Siti Asiyah terhadap Raja Fir'aun, seperti diterangkan dalam surah Al-Qasas ayat 9.
Alhasil, bayi Musa berhasil lolos dari kekejaman Raja Fir'aun. Dirinya yang dilahirkan sebagai seorang laki-laki, atas kehendak Allah SWT justru malah tinggal di istana bersama sang raja dan menjadi anak angkatnya.
Dilansir laman Suara Muhammadiyah, Siti Asiyah sudah mulai kebingungan untuk bisa menyusui bayi Musa lantaran beberapa ibu susuan yang didatangkan tidak ada satu pun yang cocok.
Lagi-lagi, Allah SWT menunjukkan kebesarannya. Datanglah ibu kandung Musa ke istana untuk menawarkan jasa menyusui.
Setelah dirasa cocok dan bayi Musa mulai mau menerima, sang ibu akhirnya menyusui anak kandungnya sendiri.
Artinya, selain dapat menyusui bayi Musa yang merupakan anak kandungnya, ibunya juga mendapatkan keuntungan lain dari hal tersebut.
Yakni adanya upah dari istana karena ia dipekerjakan sebagai ibu susuan dari "putra angkat" Raja Fir'aun dan Siti Asiyah tersebut.
maafkalausalah
Jawaban:
Kisah Nabi Musa a.s. singkat yaitu
Nabi Musa a.s. lahir di Mesir pada masa pemerintahan Fir'aun yang saat sangat zalim. Salah satu kezalimannya adalah menyembelih anak laki-laki yang baru saja lahir. Hal ini dilakukannya karena percaya akan ramalan bahwa takhtanya akan digantikan oleh seorang laki-laki bukan keturunannya. Oleh karena itulah, kedua orang tua Nabi Musa a.s. menghanyutkannya di sungai dan ditemukan oleh pembantu Fir'aun, dan dijadikan anak angkat oleh istri Fir'aun.
Nabi Musa a.s. kemudian menyadari dirinya bagian dari bangsa Bani Israil dan ingin membebaskan bangsanya dari Fir'aun. Setelah mendapatkan wahyu di Lembah Tuwa, Nabi Musa a.s. berangkat ke Mesir untuk berdakwah. Wahyu ini terdapat pada Qs. an-Nazi'at 16-17).
Ketika menghadapi Fir'aun, Nabi Musa a.s. diminta menunjukkan dirinya adalah seorang nabi. Tangan Nabi Musa a.s. mengeluarkan cahaya untuk menunjukkan dirinya adalah utusan Allah, dan mengubah tongkatnya menjadi ular raksasa. Fir'aun tidak bisa menerima Nabi Musa a.s. dan mengejarnya. Ketika Fir'aun mengejar Nabi Musa a.s. hingga Laut Merah, Nabi Musa a.s. mengetukkan tongkatnya hingga Laut Merah terbelah sehingga Nabi Musa a.s. dapat menyeberanginya. Ketika Fir'aun menyeberanginya, tiba-tiba Laut Merah tertutup sehingga Fir'aun dan pasukannya hilang di dalam laut.
Pada abad ke-12 SM, Taurat diwahyukan kepada Nabi Musa a.s. Nama Taurat berart hukum atau syariat. Kitab Taurat ini diperuntukkan sebagai pedoman dan petunjuk hidup bagi kaum Bani Israil saat itu. Bahasa yang digunakan dalam kitab Taurat adalah bahasa Ibrani.