Percakapan bahasa bali untuk 4 orang dmana dlm perckapan tsb berisi bahasa bali kasar, bahasa bali andep/kepara, bahasa bali madia bahasa bali alus bahasa bali mider
1. Basa Kasar ,Kasar Pisan/ Kasar Jabag 2. Basa Andap 3. Basa Madia 4. Basa Alus, Alus Sor, Alus Mider, dan Alus Singgih 5. Basa Mider • Pembahasan Basa Kasar Basa kasar adalah tingkatan bahasa bali yang memiliki rasa bahasa paling bawah. Basa kasar dibedakan menjadi 2 yaitu : basa kasar pisan dan basa kasar jabag. Basa kasar pisan adalah bahasa bali yang didalam penggunaannya tergolong tidak sopan dan tidak memiliki nilai etika moral, sehingga menimbulkan konotasi/ kesan yang buruk bagi penyimaknya. Bagi mereka yang terkena perkataan / bahasa ini bias mendapat “leteh” yang harus dibersihkan dengan melakukan penyucian diri (prayasita) bagi mereka yang termasuk catur wangsa. Contoh : - “Cicing iba, ngenken iba mai ngleklek !” - “Anjing kamu, mau apa kamu kesini !” - “Iba bungut dogen, tegarang suud mapeta !” - “kamu bicara saja, sudahi pembicaraan !” • Pembahasan Basa Kasar Jabag Basa Kasar Jabag adalah Bahasa Bali yang dalam penggunaannya tidak sesuai dengan situasi pembicaraan. Artinya, kata-kata dalam bahasa itu tidak mengindahkan tingkat-tingkatan yang ada dalam bahasa bali yang kadang kala melampaui etika pembicaraan. Biasanya cenderung dipakai pada suatu konteks yang merujuk pada keadaan keakraban, kelebihan dan keangkuhan sang pembicara dengan lawan bicaranya. Contoh : - “I Bapa pules di bale asagane” - “Ayah tidur di tempat peristirahatan” - “Gusti ngurah mara teka, suba ke ngabe gapgapan?” - “Gusti ngurah baru dating, sudahkah membawa oleh-oleh?” • Pembahasan Basa Andap Basa Andap adalah tingkatan bahasa bali yang digunakan dalam suasana bersahaja ( dalam pergaulan akrab dan memiliki nilai kesopanan). Sehingga sering disebut dengan istilah basa kasar sopan / basa lumrah dipakai dalam kehidupan sehari-hari bermasyarakat / kapara. Bahasa ini sering digunakan pada masyarakat hindu di bali yang memiliki wangsa jaba. Disini, bahasa bali sebagai bahasa sopan, digunakan apabila konteks bergaulnya memiliki sikap keakraban / kekeluargaan yang terjalin erat, misalnya sesama wangsa. Sama kedudukannya , sama umur, sama pendidikan, sama jabatan, kawan sederajat dan merupakan bahasa kekeluargaan. Contoh : - Percakapan antar wangsa ksatriya : - “Beli Gus De, dija kejang jajane tuni, Mbok Dayu be kenyel pisan ngalihin” - “Kak Gus De, dimana menaruh kue, Kak Dayu sudah letih sekali mencarinya” • Pembahasan Basa Madia Basa Madia adalah tingkatan bahasa bali yang tergolong menengah, yang nilai rasa bahasanya berada diantara bahasa bali andap dan bahasa bali alus. Artinya bahwa konotasi bahasa madia tidak kasar, dan juga tidak halus, karena itulah sering juga disebut dengan bahasa antara ( tidak halus dan juga tidak kasar). Basa Madia itu digunakan apa bila wangsa atau status sosialnya dalam masyarakat lebih tinggi berbicara dengan wangsa yang status sosialnya lebih rendah, tetapi lebih tua atau lebih disegani yang mendududki suatu jabatan tertentu dalam masyarakat / adat misalnya “ klian banjar dinas/ adat” maupun pejabat / instansi pemerintahan atau swasta, dalam situasi percakapan tersebut tentunya akan menggunakan Basa Madia. Contoh : - “Ampunang irika negak, ten tepukin tiang” “Jangan duduk disana, saya tidak melihatmu” - “Mara suud ngajeng, suba nagih mepamit” “Baru saja selesai makan, sudah mau pergi”.
• Pembahasan Basa Alus Basa Alus adalah sebagai tingkatan bahasa bali yang mempunyai nilai rasa bahasa yang tinggi atau sangat hormat, biasanya bahasa ini digunakan dalam situasi resmi ( seperti rapat , pertemuan, seminar, percakapan adat agama dll). Pembagian basa alus terdiri dari : • Basa Alus Sor Adalah tingkatan bahasa Bali alus atau hormat yang mengenai diri sendiri atau digunakan untuk merendahkan diri sendiri dan juga untuk orang lain / objek yang dibicarakan yang patut direndahkan / bias juga karena status sosialnya yang dianggap lebih rendah dari orang yang diajak bicara. Contoh : - Titiang jagi grereh pakaryan sane patut anggen pangupa jiwa
1. Basa Kasar ,Kasar Pisan/ Kasar Jabag 2. Basa Andap 3. Basa Madia 4. Basa Alus, Alus Sor, Alus Mider, dan Alus Singgih 5. Basa Mider • Pembahasan Basa Kasar Basa kasar adalah tingkatan bahasa bali yang memiliki rasa bahasa paling bawah. Basa kasar dibedakan menjadi 2 yaitu : basa kasar pisan dan basa kasar jabag. Basa kasar pisan adalah bahasa bali yang didalam penggunaannya tergolong tidak sopan dan tidak memiliki nilai etika moral, sehingga menimbulkan konotasi/ kesan yang buruk bagi penyimaknya. Bagi mereka yang terkena perkataan / bahasa ini bias mendapat “leteh” yang harus dibersihkan dengan melakukan penyucian diri (prayasita) bagi mereka yang termasuk catur wangsa. Contoh : - “Cicing iba, ngenken iba mai ngleklek !” - “Anjing kamu, mau apa kamu kesini !” - “Iba bungut dogen, tegarang suud mapeta !” - “kamu bicara saja, sudahi pembicaraan !” • Pembahasan Basa Kasar Jabag Basa Kasar Jabag adalah Bahasa Bali yang dalam penggunaannya tidak sesuai dengan situasi pembicaraan. Artinya, kata-kata dalam bahasa itu tidak mengindahkan tingkat-tingkatan yang ada dalam bahasa bali yang kadang kala melampaui etika pembicaraan. Biasanya cenderung dipakai pada suatu konteks yang merujuk pada keadaan keakraban, kelebihan dan keangkuhan sang pembicara dengan lawan bicaranya. Contoh : - “I Bapa pules di bale asagane” - “Ayah tidur di tempat peristirahatan” - “Gusti ngurah mara teka, suba ke ngabe gapgapan?” - “Gusti ngurah baru dating, sudahkah membawa oleh-oleh?” • Pembahasan Basa Andap Basa Andap adalah tingkatan bahasa bali yang digunakan dalam suasana bersahaja ( dalam pergaulan akrab dan memiliki nilai kesopanan). Sehingga sering disebut dengan istilah basa kasar sopan / basa lumrah dipakai dalam kehidupan sehari-hari bermasyarakat / kapara. Bahasa ini sering digunakan pada masyarakat hindu di bali yang memiliki wangsa jaba. Disini, bahasa bali sebagai bahasa sopan, digunakan apabila konteks bergaulnya memiliki sikap keakraban / kekeluargaan yang terjalin erat, misalnya sesama wangsa. Sama kedudukannya , sama umur, sama pendidikan, sama jabatan, kawan sederajat dan merupakan bahasa kekeluargaan. Contoh : - Percakapan antar wangsa ksatriya : - “Beli Gus De, dija kejang jajane tuni, Mbok Dayu be kenyel pisan ngalihin” - “Kak Gus De, dimana menaruh kue, Kak Dayu sudah letih sekali mencarinya” • Pembahasan Basa Madia Basa Madia adalah tingkatan bahasa bali yang tergolong menengah, yang nilai rasa bahasanya berada diantara bahasa bali andap dan bahasa bali alus. Artinya bahwa konotasi bahasa madia tidak kasar, dan juga tidak halus, karena itulah sering juga disebut dengan bahasa antara ( tidak halus dan juga tidak kasar). Basa Madia itu digunakan apa bila wangsa atau status sosialnya dalam masyarakat lebih tinggi berbicara dengan wangsa yang status sosialnya lebih rendah, tetapi lebih tua atau lebih disegani yang mendududki suatu jabatan tertentu dalam masyarakat / adat misalnya “ klian banjar dinas/ adat” maupun pejabat / instansi pemerintahan atau swasta, dalam situasi percakapan tersebut tentunya akan menggunakan Basa Madia. Contoh : - “Ampunang irika negak, ten tepukin tiang” “Jangan duduk disana, saya tidak melihatmu” - “Mara suud ngajeng, suba nagih mepamit” “Baru saja selesai makan, sudah mau pergi”.
• Pembahasan Basa Alus Basa Alus adalah sebagai tingkatan bahasa bali yang mempunyai nilai rasa bahasa yang tinggi atau sangat hormat, biasanya bahasa ini digunakan dalam situasi resmi ( seperti rapat , pertemuan, seminar, percakapan adat agama dll). Pembagian basa alus terdiri dari : • Basa Alus Sor Adalah tingkatan bahasa Bali alus atau hormat yang mengenai diri sendiri atau digunakan untuk merendahkan diri sendiri dan juga untuk orang lain / objek yang dibicarakan yang patut direndahkan / bias juga karena status sosialnya yang dianggap lebih rendah dari orang yang diajak bicara. Contoh : - Titiang jagi grereh pakaryan sane patut anggen pangupa jiwa