Keinginan rakyat banjar setelah wafatnya sultam adam tahun 1857 adalah
adhymlk29Dalam pemerintahan Sultan Adam pada waktu mulai diusik oleh Belanda, tetapi belum secara terang-terangan, namun lama kelamaan akhirnya secara berangsur-angsur pemerintah Belanda turut campur tangan daam urusan Kesultanan Banjar, antara lain pemerintah Belanda menghendaki agar Sultan Adam menunjuk penggantinya sesuai dengan cara yang dikehendaki Belanda, dengan alasan agar hubungan antara Kerajaan Banjar dengan pihak Belanda lancar. Tetapi Sultan Adam tidak menyetujuinya karena beliau telah mengetahui lebih dahulu bahwa hal itu adalah siasat licik Belanda untuk memecah belah keluarga Kesultanan secara turun temurun nantinya.Dalam mengatasi masalah tersebut agar tidak terjadi perebutan kekuasaan diantara sesama keluarga Kesultanan maka langkah yang diambil oleh Sultan Adam adalah dengan cara menunjuk cucu beliau sendiri yaitu Pangeran Hidayatullah sebagai pengganti beliau untuk menjadi Sultan Banjar.Pusat pemerintahan dan istana kerajaan Sultan Adam berpindah-pindah dari Keraton Sasaran dan Pesayangan jalan Demang Lehman Martapura sekarang. Bekas-bekas istana, sitilohor (pendopo), benteng dan balai pengamanannya di kelilingi oleh ribuan tonggak balok kayu ulin, halaman tempat terpancangnya tiang bendera kerajaan, kini telah ditempati oleh lokasi penginapan Abadi, Asrama Kal-Tim, bekas Kantor Radio Al-Qaromah, bekas Kantor Pos, Pasar Thaybah, Pasar Batuah dan lapangan Bumi Selamat sekitarnya yang sekarang jadi lapangan Cahaya Bumi Selamat.Dalam pemerintahan Sultan Adam ini dapat pula terbentuknya Undang-Undang dalam peradilan, yang berhubungan dengan agama Islam, diantaranya tentang perkawinan, hak tanah dan lain-lain yang terkenal dengan nama Undang-Undang Sultan Adam.Sultan Adam wafat pada tahun 1857 M pada hari Ahad tanggal 14 Rabiul Awal 1274 H dan dimakamkan di Kampung Jawa Martapura.Pada tahun 1825 Sultan Adam naik tahta kerajaan Banjar, dibawah pemerintahan Sultan , putera mahkota diangkat sebagai Sultan Muda menjadi pembantunya selain dari Mangkubumi. Karena itu putera mahkota Abdurrahman diangkat menjadi Sultan Muda. Pengangkatan ini bertujuan untuk memperkuat kedudukan putera mahkota baik dalam pemerintahan maupun dalam bidang keuangan sehingga kalau Sultan meninggal tidak ada lagi orang yang dapat menjatuhkan putera mahkota.Dengan Sultan Adam oleh pemerintah Hindia Belanda tahun 1826 diadakan sebuah kontrak baru yang ternyata bertahan sampai runtuhnya Kerajaan Banjar 1860, yang menyatakan sebagai berikut :a. Pemilihan atas penetapan putera mahkota harus disetujui oleh Pemerintah Hindia Belanda. Demikian pula penunjukan Perdana Menteri yang bertugas melaksanakan perintah Sultan atas seluruh daerah Kerajaan Banjar;b. Tidak ada satu wilayah pun yang diperintah Sultan bisa diserahkan kepada pihak lain tanpa seizin Gubernemen;c. Sultan, anak-anaknya dan keluarga tidak diizinkan menerima surat atau duta dari negara-negara asing, raja-raja lain atau mengirimkannya kepada mereka tanpa izin atau memberitahu sebelumnya kepada Residen;d. Mangkubumi dan orang-orang Banjar yang tinggal di daerah Sultan di Banjarmasin atau di tempat lain, apabila berbuat kejahatan terhadap pemerintah Belanda atau pegawainya akan dihukum oleh pengadilan yang didirikan Sultan dan Gubernemen wilayah Banjarmasin.e. Semua orang Banjar yang tinggal dalam wilayah Kerajaan Banjar akan diadili oleh Pengadilan yang diatur oleh Kerajaan Banjar sendiri. Semua hukuman yang merusak anggota badan misalnya memotong tangan, dan sebagainya dihapuskan;f. Tiap orang diizinkan berdagang dan Raja mempunyai hak untuk megadakan cukai dan pajak yang adil, dan lain sebagainya. Dalam kontrak ini terdapat sejumlah pasal yang jelas, serta bertentangan dengan adat kerajaan dan merusaknya. Sehingga menimbulkan kemarahan masyarakat yang luar biasa, seperti penunjukan Putera Mahkota, penunjukan Mangkubumi, penerimaan surat dari negara atau raja lain atau sebaliknya sebagai negara berkurang kedaulatannya.Sultan Sulaiman mengawinkan cucunya Sultan Muda Abdurrahman dengan Ratu Antasari, adik Pangeran Antasari. Perkawinan ini bertujuan agar keturunan Sultan Tahmidillah dapat didamaikan dengan keturunan Tamjidillah. Memang sejak tahun 1787 dengan dibuangnya Pangeran Amir, tahta kerajaan Banjar di rampas oleh keturunan Pangeran Tamjidillah. Supaya hak atas tahta itu turun-temurun jatuh ke dalam tangan keluarganya, Kerajaan Banjar diserahkan kepada Belanda tahun 1787 dan Belanda kemudian menyerahkan kembali tahta itu untuk diperintah kembali oleh keturunan oleh keturunan Tamjidillah di bawah perlindungan Belanda.Untuk menghilangkan perselisihan antara kedua keluarga ini, maka Sultan Muda Abdurrahman dikawinkan dengan adik Pangeran Antasari. Namun sayangnya isterinya ini kemudian meninggal. Dalam tahun 1817 itu pula lahir seorang anak laki-laki dari selir Sultan Muda Abdurrahman yang seorang keturunan Cina dari kampung Pacinan yang bernama Nyai Aminah.
Dalam kontrak ini terdapat sejumlah pasal yang jelas, serta bertentangan dengan adat kerajaan dan merusaknya. Sehingga menimbulkan kemarahan masyarakat yang luar biasa, seperti penunjukan Putera Mahkota, penunjukan Mangkubumi, penerimaan surat dari negara atau raja lain atau sebaliknya sebagai negara berkurang kedaulatannya.Sultan Sulaiman mengawinkan cucunya Sultan Muda Abdurrahman dengan Ratu Antasari, adik Pangeran Antasari. Perkawinan ini bertujuan agar keturunan Sultan Tahmidillah dapat didamaikan dengan keturunan Tamjidillah. Memang sejak tahun 1787 dengan dibuangnya Pangeran Amir, tahta kerajaan Banjar di rampas oleh keturunan Pangeran Tamjidillah. Supaya hak atas tahta itu turun-temurun jatuh ke dalam tangan keluarganya, Kerajaan Banjar diserahkan kepada Belanda tahun 1787 dan Belanda kemudian menyerahkan kembali tahta itu untuk diperintah kembali oleh keturunan oleh keturunan Tamjidillah di bawah perlindungan Belanda.Untuk menghilangkan perselisihan antara kedua keluarga ini, maka Sultan Muda Abdurrahman dikawinkan dengan adik Pangeran Antasari. Namun sayangnya isterinya ini kemudian meninggal. Dalam tahun 1817 itu pula lahir seorang anak laki-laki dari selir Sultan Muda Abdurrahman yang seorang keturunan Cina dari kampung Pacinan yang bernama Nyai Aminah.