Hai, Namaku Yamashita Sayaka. Aku kelas 9A di DreamHigh Junior High School. Aku punya sahabat, namanya Annabell Clara. Biasanya dipanggil Clara. Sahabatku satu ini baik, tapi... bukannya aku menuduh sembarang tapi Clara itu sering berbohong. Dia suka mencuri dan berbohong.Tapi itu dulu....Kalau sekarang nggak lagi deh berkat ideku yang cerdik. Begini ceritanya...
Di hari sabtu yang cerah, aku pergi ke sekolah dengan riang gembira. Karena pelajaran nanti hanya Bimbel Fisika, Bimbel Biologi, Bimbel Bahasa Inggris, dan Bimbel Bahasa Indonesia.Sesampainya di kelas, aku menemui sahabatku Clara. "Selamat pagi Clara!" sapaku. "Selamat pagi Sayaka! Tumben, cepat datang biasanya telat."ujar Clara."Hehehe...disuruh bangun pagi."jawabku singkat. Bel pun berbunyi, aku dan Clara pun kembali ke tempat duduk masing-masing dan melanjutkan pelajaran.
Bimbel Fisika pun selesai, aku pun memutuskan keluar sebentar untuk pergi ke wc. Saat aku kembali ke kelas dan mengambil penaku, pena di atas meja langsung hilang bagaikan ditelan bumi. Aku pun menanyakan itu ke Clara, "Clara, lihat penaku nggak yang warna biru muda bergambar pororo ?"tanyaku. "Kurasa nggak tuh, aku saja daritadi mencatat rumus" jawab Clara dengan singkat. Aku terdiam dan mengambil penaku yang ada di tempat pensilku. Ms. Utada, guru Bimbel Biologi pun datang.
Tak terasa 2 jam berlalu, akhirnya pulang juga. Berhubung hari ini Sabtu, jadi kami pulang cepat. Aku pulang ke rumah bersama Clara. Memang rumah kami berdekatan, jadi kami sering pulang bareng naik angkot. Aku dan Clara menaikki angkot yang berhenti dengan perlahan di pinggir jalan. Angkot yang kami tumpangi melaju ke padatnya lalu lintas di jalan. Aku pun memeriksa dompet yang ada di tasku. Uang untuk membayar ongkos, ternyata hilang entah kemana. Padahal, aku ingat sekali aku menaruhnya disitu.
"Ada masalah ?" tanya Clara. "Umm... Clara, boleh nggak aku pinjam uangmu ? Uangku di dompet hilang." terangku. "Wah, biar aku saja yang bayar ongkos-nya. Kamu nggak perlu ganti uangnya kok."ujar Clara. "Terima kasih banyak ya Clara!" ucapku. "Sama-sama, kita kan sahabat. Jadi kita harus berat sama dipikul, ringan sama dijinjing." terang Clara sambil tersenyum.
Angkot pun berhenti di depan lorong menuju ke rumah kami. Kami berdua turun dari angkot dan Clara pun membayar ongkos-nya. Tapi ada yang janggal, uang yang dibayar ke supir tadi sama dengan uang yang hilang di dompetku. Dan pena yang Clara pegang, sama dengan penaku yang hilang di atas meja. Dengan ragu menanyakan pena itu ke Clara. "Clara... pena itu kamu beli dimana?" tanyaku. "Hmm? Oh, ini ? Aku membelinya di toko dekat rumahku." ujar Clara. "Maaf, toko yang mana Clara?". tanyaku dengan gugup." Itu lho, di Toko Namita".Aku hanya terdiam sambil kebingungan.
Sesampai di rumah, aku berganti baju dan merebahkan diri di kasur yang empuk. "Emangnya, ada ya pena di Toko Namita?" pikirku dalam hati. Daripada bingung, aku pergi ke Toko Namita untuk menanyakan pena itu. "Hmm... permisi, disini jual pena nggak ?" tanyaku. "Wah, disini nggak jual pena. Disini cuma jual boneka dan mainan, dik."terang penjaga toko itu. "Hmm... begitu ya, saya permisi dulu." ujarku. Aku pun merasa... bahwa Clara yang mencuri, tapi bagaimana bisa? Aku berpikir bagaimana cara Clara bisa jujur. Aku pun punya ide jahil, tapi mungkin berhasil.
Aku pun meminta bantuan sama Kiyomi untuk berpura-pura bohong, sedangkan Rika menjadi alat kejujuran ala buatanku. Aku menyiapkan alat yang menyerupaiStun-gun. Bel istiharat pun berbunyi, aku, Clara, dan Kiyomi ke taman. Sedangkan Rika berkostum seperti robot dan memegang Stun-gun mainan. "Aku punya robot, namanya robot 'beagoodgirl'. Cara kerjanya gini, sini Kiyomi. Robot ini akan memberikan pertanyaan, jika kamu bohong dia akan menyetrum-mu."jelasku sambil menakuti Clara. Kiyomi pun menjawab pertanyaan dengan bohong dan pura-pura tersetrum. Clara pun panik dan bilang "Huhuhu.... maafkan aku Sayaka! Maafkan aku. Aku telah bohong kalau aku tak mengambil pena dan uangmu. Maafkan aku." ujar Clara dengan ketakutan. Aku tersenyum dan memafkan sahabatku.
0 votes Thanks 1
deachan1609
bisa juga ditambah atau dikembangkan lagi
Hai, Namaku Yamashita Sayaka. Aku kelas 9A di DreamHigh Junior High School. Aku punya sahabat, namanya Annabell Clara. Biasanya dipanggil Clara. Sahabatku satu ini baik, tapi... bukannya aku menuduh sembarang tapi Clara itu sering berbohong. Dia suka mencuri dan berbohong.Tapi itu dulu....Kalau sekarang nggak lagi deh berkat ideku yang cerdik. Begini ceritanya...
Di hari sabtu yang cerah, aku pergi ke sekolah dengan riang gembira. Karena pelajaran nanti hanya Bimbel Fisika, Bimbel Biologi, Bimbel Bahasa Inggris, dan Bimbel Bahasa Indonesia.Sesampainya di kelas, aku menemui sahabatku Clara. "Selamat pagi Clara!" sapaku. "Selamat pagi Sayaka! Tumben, cepat datang biasanya telat."ujar Clara."Hehehe...disuruh bangun pagi."jawabku singkat. Bel pun berbunyi, aku dan Clara pun kembali ke tempat duduk masing-masing dan melanjutkan pelajaran.
Bimbel Fisika pun selesai, aku pun memutuskan keluar sebentar untuk pergi ke wc. Saat aku kembali ke kelas dan mengambil penaku, pena di atas meja langsung hilang bagaikan ditelan bumi. Aku pun menanyakan itu ke Clara, "Clara, lihat penaku nggak yang warna biru muda bergambar pororo ?"tanyaku. "Kurasa nggak tuh, aku saja daritadi mencatat rumus" jawab Clara dengan singkat. Aku terdiam dan mengambil penaku yang ada di tempat pensilku. Ms. Utada, guru Bimbel Biologi pun datang.
Tak terasa 2 jam berlalu, akhirnya pulang juga. Berhubung hari ini Sabtu, jadi kami pulang cepat. Aku pulang ke rumah bersama Clara. Memang rumah kami berdekatan, jadi kami sering pulang bareng naik angkot. Aku dan Clara menaikki angkot yang berhenti dengan perlahan di pinggir jalan. Angkot yang kami tumpangi melaju ke padatnya lalu lintas di jalan. Aku pun memeriksa dompet yang ada di tasku. Uang untuk membayar ongkos, ternyata hilang entah kemana. Padahal, aku ingat sekali aku menaruhnya disitu.
"Ada masalah ?" tanya Clara. "Umm... Clara, boleh nggak aku pinjam uangmu ? Uangku di dompet hilang." terangku. "Wah, biar aku saja yang bayar ongkos-nya. Kamu nggak perlu ganti uangnya kok."ujar Clara. "Terima kasih banyak ya Clara!" ucapku. "Sama-sama, kita kan sahabat. Jadi kita harus berat sama dipikul, ringan sama dijinjing." terang Clara sambil tersenyum.
Angkot pun berhenti di depan lorong menuju ke rumah kami. Kami berdua turun dari angkot dan Clara pun membayar ongkos-nya. Tapi ada yang janggal, uang yang dibayar ke supir tadi sama dengan uang yang hilang di dompetku. Dan pena yang Clara pegang, sama dengan penaku yang hilang di atas meja. Dengan ragu menanyakan pena itu ke Clara. "Clara... pena itu kamu beli dimana?" tanyaku. "Hmm? Oh, ini ? Aku membelinya di toko dekat rumahku." ujar Clara. "Maaf, toko yang mana Clara?". tanyaku dengan gugup." Itu lho, di Toko Namita".Aku hanya terdiam sambil kebingungan.
Sesampai di rumah, aku berganti baju dan merebahkan diri di kasur yang empuk. "Emangnya, ada ya pena di Toko Namita?" pikirku dalam hati. Daripada bingung, aku pergi ke Toko Namita untuk menanyakan pena itu. "Hmm... permisi, disini jual pena nggak ?" tanyaku. "Wah, disini nggak jual pena. Disini cuma jual boneka dan mainan, dik."terang penjaga toko itu. "Hmm... begitu ya, saya permisi dulu." ujarku. Aku pun merasa... bahwa Clara yang mencuri, tapi bagaimana bisa? Aku berpikir bagaimana cara Clara bisa jujur. Aku pun punya ide jahil, tapi mungkin berhasil.
Aku pun meminta bantuan sama Kiyomi untuk berpura-pura bohong, sedangkan Rika menjadi alat kejujuran ala buatanku. Aku menyiapkan alat yang menyerupai Stun-gun. Bel istiharat pun berbunyi, aku, Clara, dan Kiyomi ke taman. Sedangkan Rika berkostum seperti robot dan memegang Stun-gun mainan. "Aku punya robot, namanya robot 'beagoodgirl'. Cara kerjanya gini, sini Kiyomi. Robot ini akan memberikan pertanyaan, jika kamu bohong dia akan menyetrum-mu."jelasku sambil menakuti Clara. Kiyomi pun menjawab pertanyaan dengan bohong dan pura-pura tersetrum. Clara pun panik dan bilang "Huhuhu.... maafkan aku Sayaka! Maafkan aku. Aku telah bohong kalau aku tak mengambil pena dan uangmu. Maafkan aku." ujar Clara dengan ketakutan. Aku tersenyum dan memafkan sahabatku.