Alandharma
Artikel Hari Pendidikan - Hari pendidikan nasional adalah hari dari jati diri bangsa dimana hari pendidikan bisa menggambarkan atau ruh dari bangsa kita, bangsa yang besar adalah bangsa yang peduli akan pendidikan, dan pendidikan adalah modal awal dari perkembangkan bangsa.Berbicara tentang pendidikan pasti kita mengenal sosok tentang Ki Hajar Dewantara,dengan itu kali ini kami akan mengupas tentang perjalanan Ki Hajar Dewantara dan Hari pendidikan nasional nya Apa, Mengapa, Dan Bagaimana Pendidikan Nasional Dipandangan Ki Hajar Dewantara.Dari di sinilah kita, siap sedia memberi korban yang sesuci-sucinya… sungguh, korban dengan ragamu sendiri adalah korban yang paling ringan… memang awan tebal dan hitam menggantung di atas kita. (Ki Hadjar Dewantara).Siapa yang gak kenal sosok tokoh pendidikan Bapak Ki Hadjar Dewantara, tokoh yang berjasa memajukan pendidikan di Indonesia. Ki Hadjar pun aktif menjadi pengurus Boedi Oetomo dan Sarikat Islam. Ajaran kepemimpinan Ki Hadjar Dewantoro yang sangat poluler di kalangan masyarakat adalah Ing Ngarso Sun Tulodo, Ing Madyo Mbangun Karso, Tut Wuri Handayani. Jadi makna Ing Ngarso Sun Tulodo adalah menjadi seorang pemimpin harus mampu memberikan suri tauladan bagi bawahan atau anak buahnya. Sehingga yang harus dipegang teguh oleh seorang pemimpin adalah kata suri tauladan. Sebagai seorang pemimpin atau komandan harus memiliki sikap dan perilaku yang baik dalam segala langkah dan tindakannya agar dapat menjadi panutan bagi anak buah atau bawahannya. Sama halnya dengan Ing Madyo Mbangun Karso, Ing Madyo artinya di tengah-tengah, Mbangun berarti membangkitan atau menggugah dan Karso diartikan sebagai bentuk kemauan atau niat. Karena itu seorang pemimpin juga harus mampu memberikan inovasi-inovasi dilingkungan tugasnya dengan menciptakan suasana kerja yang lebih kodusif untuk keamanan dan kenyamanan kerja. Sehingga artinya Tut Wuri Handayani ialah seorang komandan atau pimpinan harus memberikan dorongan moral dan semangat kerja dari belakang.
1901
Peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) tanggal 2 Mei 2014, menjadikan waktu yang tepat untuk merenungkan kembali berbagai persoalan pendidikan di negeri tercinta ini. Peringatan Hardiknas tahun ini secara kebetulan ketika bangsa Indonesia akan menghadapi hajatan besar dalam agenda pendidikan nasional yaitu Ujian Nasional (UN) tingkat SMP/MTs/Sederajat pada 5-8 Mei mendatang. Patut kembali menjadi renungan kita bersama mengenai pelaksanaan UN yang berdekatan dengan peringatan Hardiknas tahun ini.Berbagai persoalan yang menyangkut UN menjadi diskusi menarik di kalangan praktisi pendidikan, akademisi, birokrat, dan bahkan para politikus. Memang Ujian Nasional selalu dianggap menjadi semacam momok yang menakutkan bagi dunia pendidikan di Indonesia, khususnya di kalangan peserta didik, kepala sekolah dan guru.Menghadapi ujian nasional seperti ingin menghadapi perang. Berbagai persiapan yang kadang di luar akal sehat pun dilakukan untuk menghadapi yang namanya Ujian Nasional yang hanya beberapa hari itu. Kemudian hampir tiap tahunnya ditemukan bocornya kunci jawaban UN. Tidak tau apakah itu kunci jawaban asli atau palsu. Beredarnya kunci jawaban seperti itu setiap tahun dapat menganggu konsentrasi siswa. Bagi peserta didik yang tidak siap, misalnya, praktik kotor bernama kecurangan yang sangat merusak moral itu adalah satu-satunya pilihan untuk menghindarkan perasaan malu dan aib di mata teman-teman sekolah dan tetangganya, jika tidak lulus UN.Kejujuran yang ditanamkan selama proses pendidikan menjadi hilang, gara-gara hanya ingin bisa lulus ujian. Kemudian masih ada lagi, kebanggaan semu pemerintah (daerah) ketika mengumumkan daerahnya berhasil meluluskan sampai 100 % siswa yang mengikuti ujian nasional. Itulah kebanggaan semu yang sebetulnya- mungkin- diperoleh dengan cara membiarkan terjadinya kecurangan saat ujian karena target kelulusan menjadi ukuran keberhasilan pendidikan. . Selamat Hari Pendidikan Nasional. (Penulis Fungsional Umum Pada Seksi Pendidikan Islam, KanKemenag Singkawang)