Kamboja mengangkat kepala. Dipandanginya nisan ibunya dengan garang. Tatapannya nyalang. ”Aku tidak akan menjual Ibu kepada pemerintah atau kepada siapa pun. Meski aku harus mati di sini, aku tetap akan mempertahankan Ibu.”
Kamboja kembali menangis, tapi kali ini suaranya memelan. ”Ibu, ajari aku bagaimana caranya melawan pemerintah? Aku tidak punya senjata, Ibu!”
Perlahan terdengar suara langkah kaki mendekat. Sayup-sayup ada yang bicara.
”Di sinilah akan kita bangun hotel itu, Pak. Luasnya seribu meter persegi, hingga di pojok sana,” ucap sebuah suara penuh semangat.
”Di situ? Bukankah itu kompleks pemakaman?” suara parau menyela.
”Benar, Pak. Tapi, Bapak tenang saja. Semua sudah diatur. Izin penggunaan lahan pemakaman ini sudah diurus. Semua orang yang punya hubungan kekerabatan dengan yang dimakamkan di sini sudah didatangi. Mereka mendapatkan haknya. Semua sudah beres, Pak.”
”Pemakaman apa itu?”
”Pemakaman korban konflik, Pak.”
”Hm..., apa tidak berbahaya nantinya mendirikan hotel di atas makam, makam korban konflik pula? Pasti ada yang mati berdarah di sini.”
”Ah, Bapak ini ada-ada saja. Mana ada orang mati bisa hidup lagi.” Kamboja bangkit. Dari makam ibunya, ia berteriak. ”Siapa pun kalian, menghormati hak-hak orang yang masih hidup itu memang susah, apalagi rakyat kecil. Namun, menghormati ketenangan orang yang sudah mati, apakah juga tidak kalian miliki? Di mana nurani kalian? Di sini terkubur saksi kezaliman masa konflik. Apa kalian mau mereka jadi saksi kezaliman kalian di hadapan Tuhan?”
”Siapa dia?”
”Dia, Pak? Dia kayaknya orang gila. Sudah tiga hari dia menangis terus di makam itu.”
Kamboja mendekati orang tersebut. ”Ya, saya sudah gila. Saya gila karena mempertahankan hak-hak orang mati. Makam ini adalah rumah mereka yang telah istirahat dengan tenang. Saya gila karena menginginkan ketenangan mereka. Sedangkan kalian, gila karena ingin hotel megah tanpa melihat penderitaan orang lain.”
Lelaki yang sedari tadi disapa ”bapak” berbalik meninggalkan lokasi pemakaman. ”Anda bilang semua sudah beres. Kasus makam ini ternyata belum selesai,” ujarnya sembari meninggalkan tempat itu.
Pertanyaan :
1. Tentukan tema kutipan cerpen tersebut! 2. Tentukan latar dalam kutipan cerpen tersebut! 3. Jelaskan realitas kehidupan sehari hari yang sering ditemui dalam kutipan cerpen tersebut!
Cerpen atau cerita pendek merupakan salah satu karya sastra Indonesia yang ditulis dengan melibatkan kurang dari 10.000 kata. Meski begitu ada juga pendapat yang mengatakan bahwa cerpen ditulis dengan kurang dari 8.000 kata. Selain itu, terdapat setidaknya dua ciri khas yang melekat pada cerpen. Pertama, cerpen melibatkan alur tunggal. Kedua, cerpen menggunakan satu tokoh atau peristiwa sebagai fokus utama cerita.
Pembahasan
Pada kesempatan ini, soal menyajikan kita dengan kutipan cerpen yang berjudul Kamboja di atas Nisan. Kemudian, kita diminta untuk menjawab tiga pertanyaan yang disertakan pada soal tersebut.
Berikut kakak akan mencoba menjawab pertanyaan tersebut satu per satu.
1. Tentukan tema kutipan cerpen tersebut!
Jawaban:
Tema kutipanc erpen tersebut adalah ketidakadilan sosial
2. Tentukan latar dalam kutipan cerpen tersebut!
Jawaban:
Latar dalam kutipan cerpen tersebut adalah pemakaman korban konflik.
3. Jelaskan realitas kehidupan sehari hari yang sering ditemui dalam kutipan cerpen tersebut!
Jawaban:
Realitas kehidupan sehari-hari yang sering kita temui dalam kutipan cerpen tersebut adalah pembangunan yang tidak mempedulikan masyarakat, terutama mereka yang menderita. Hal ini digambarkan dengan ulah segelintir oknum yang ingin membangun hotel di suatu kawasan yang menyentuh pemakaman korban konflik, tanpa peduli dengan derita keluarga yang ditinggalkan para korban.
Pelajari lebih lanjut
Pada materi ini, kamu dapat belajar tentang cerpen:
Verified answer
Cerpen atau cerita pendek merupakan salah satu karya sastra Indonesia yang ditulis dengan melibatkan kurang dari 10.000 kata. Meski begitu ada juga pendapat yang mengatakan bahwa cerpen ditulis dengan kurang dari 8.000 kata. Selain itu, terdapat setidaknya dua ciri khas yang melekat pada cerpen. Pertama, cerpen melibatkan alur tunggal. Kedua, cerpen menggunakan satu tokoh atau peristiwa sebagai fokus utama cerita.
Pembahasan
Pada kesempatan ini, soal menyajikan kita dengan kutipan cerpen yang berjudul Kamboja di atas Nisan. Kemudian, kita diminta untuk menjawab tiga pertanyaan yang disertakan pada soal tersebut.
Berikut kakak akan mencoba menjawab pertanyaan tersebut satu per satu.
1. Tentukan tema kutipan cerpen tersebut!
Jawaban:
Tema kutipanc erpen tersebut adalah ketidakadilan sosial
2. Tentukan latar dalam kutipan cerpen tersebut!
Jawaban:
Latar dalam kutipan cerpen tersebut adalah pemakaman korban konflik.
3. Jelaskan realitas kehidupan sehari hari yang sering ditemui dalam kutipan cerpen tersebut!
Jawaban:
Realitas kehidupan sehari-hari yang sering kita temui dalam kutipan cerpen tersebut adalah pembangunan yang tidak mempedulikan masyarakat, terutama mereka yang menderita. Hal ini digambarkan dengan ulah segelintir oknum yang ingin membangun hotel di suatu kawasan yang menyentuh pemakaman korban konflik, tanpa peduli dengan derita keluarga yang ditinggalkan para korban.
Pelajari lebih lanjut
Pada materi ini, kamu dapat belajar tentang cerpen:
brainly.co.id/tugas/9849021
Detil jawaban
Kelas: VIII
Mata pelajaran: Bahasa Indonesia
Bab: Bab 5 - Membaca cerpen
Kode kategori: 8.1.5
Kata kunci: membaca cerpen, kamboja di atas nisan, latar, realitas kehidupan