Inilah gerangan suatu madah Mengarangkan syair terlalu indah Membetuli jalan tempat berpindah, Disanalah i’tikad diperbetuli sesudah
Bait pertama memberi nasihat berupa bagaimana kehidupan yang berjalan sesuai dengan i’tiqad, iman yang awal harus di betulkan, disanalah muara kehidupan berawal.
Wahai muda, kenali dirimu, Ialah perahu tamsil tubuhmu, Tiadalah berapa lama hidupmu, Ke akhirat jua kekal diammu.
Selanjutnya, bait ini menjelaskan bahwa kita patut mengenali siapa diri kita, manusia itu layaknya sebuah perahu yang akan terus melaju menjalani arus kehidupan layaknya perahu yang terus berlayar, perahu mempunyai tujuan , sama seperti manusia tujuan hidup kita yaitu akhirat kelak. Tidaklah lama hidup kita di dunia ini.
Hai Muda arif-budiman, Hasilkan kemudi dengan pedoman, Alat perahumu jua kerjakan, Itulah jalan membetuli insan.
Penyair menjelaskan bahwa kandungan dalam bait ini ialah untuk menuju ke suatu tujuan mesti adanya bekal, bekal yaitu “ pedoman “ yang di maksut dalam syair tersebut juga selain bekal juga jalan kehidupan yang bagaimana kita lalui, karena disanalah tergantung untuk memperbaiki diri kita dan menuju tujuan.
Perteguh jua alat perahumu, Hasilkan bekal air dan kayu, Dayung pengayuh taruh disitu, Supaya laju perahumu itu.
Kuatkan bekal yang kita tekuni, supaya mengalir dan kuat maka jangan pula bergantung biar hidup berjalan dengan sendirinya, berjalan dengan bekal yang kita punya.
Sudahlah hasil kayu dan ayar Angkatlah pula sauh dan layar, Pada beras bekal jantanlah taksir, Niscaya sempurna jalan yang kabir.
Dalam kehidupan, tidak hanya tujuan dengan i’tiqad yang kuat namun juga pada bekal yang lain, supaya iman, ketakwaan dan kebajikan dalam hidup di perluaskan dan di kuatkan agar tujuan hidup yang sempurna.
kita seharusnya menghargai hasil buatan yang telah kita lakukan seperti perahu.
Karya: Hamzah Fansuri
Inilah gerangan suatu madah
Mengarangkan syair terlalu indah
Membetuli jalan tempat berpindah,
Disanalah i’tikad diperbetuli sesudah
Bait pertama memberi nasihat berupa bagaimana kehidupan yang berjalan sesuai dengan i’tiqad, iman yang awal harus di betulkan, disanalah muara kehidupan berawal.
Wahai muda, kenali dirimu,
Ialah perahu tamsil tubuhmu,
Tiadalah berapa lama hidupmu,
Ke akhirat jua kekal diammu.
Selanjutnya, bait ini menjelaskan bahwa kita patut mengenali siapa diri kita, manusia itu layaknya sebuah perahu yang akan terus melaju menjalani arus kehidupan layaknya perahu yang terus berlayar, perahu mempunyai tujuan , sama seperti manusia tujuan hidup kita yaitu akhirat kelak. Tidaklah lama hidup kita di dunia ini.
Hai Muda arif-budiman,
Hasilkan kemudi dengan pedoman,
Alat perahumu jua kerjakan,
Itulah jalan membetuli insan.
Penyair menjelaskan bahwa kandungan dalam bait ini ialah untuk menuju ke suatu tujuan mesti adanya bekal, bekal yaitu “ pedoman “ yang di maksut dalam syair tersebut juga selain bekal juga jalan kehidupan yang bagaimana kita lalui, karena disanalah tergantung untuk memperbaiki diri kita dan menuju tujuan.
Perteguh jua alat perahumu,
Hasilkan bekal air dan kayu,
Dayung pengayuh taruh disitu,
Supaya laju perahumu itu.
Kuatkan bekal yang kita tekuni, supaya mengalir dan kuat maka jangan pula bergantung biar hidup berjalan dengan sendirinya, berjalan dengan bekal yang kita punya.
Sudahlah hasil kayu dan ayar
Angkatlah pula sauh dan layar,
Pada beras bekal jantanlah taksir,
Niscaya sempurna jalan yang kabir.
Dalam kehidupan, tidak hanya tujuan dengan i’tiqad yang kuat namun juga pada bekal yang lain, supaya iman, ketakwaan dan kebajikan dalam hidup di perluaskan dan di kuatkan agar tujuan hidup yang sempurna.
Semoga membantu