Pada hari ini, 62 tahun yang lampau tepatnya pada tanggal 27 desember 1949 terjadi peristiwa yang sangat monumental dalam perjalanan kenegaraan di negeri ini. Pada tanggal itu terjadi upacara pengakuan kedaulatan (soevereiniteitsoverdracht) di dua tempat yang berbeda yaitu di di istana Op de Dam, Amsterdam, Belanda yang dilakukan oleh Ratu Belanda Juliana kepada Perdana Menteri Republik Indonesia Serikat (RIS) yaitu Mohammad Hatta dan di Jakarta yaitu di Istana Rijswijk (Istana Merdeka) dimana wakil Mahkota Agung Belanda Tony Lovink kepada Sri Sultan Hamengkubuwono IX.
Secara sekilas upacara penyerahan kedaulatan ini terkesan biasa-biasa saja dan jarang dirayakan dalam upcara kenegaraan di Republik Indonesia. Akan tetaapi sebenarnya banyak catatan,renungan maupun hikmah yang bisa kita ambil dalam menilai peristiwa yang sangat monumental dalm sejarah perjuangan dan lahirnya negara Republik Indonesia.
Proklamasi 17 agustus 1945 yang ditanda tangani oleh Bung Karno dan Bung Hatta ternyata tidak serta merta membuat Belanda mengakui kemerdekaan dan kedaualatan negara Republik Indonesia yang merupakan bekas jajahannya sebagai negara baru dan berdaulat. Belanda menilai Proklamasi 17 agustus 1945 itu sebagai perbuatan makar dan mesti dibasmi sehingga mereka melakukan tindakan pendudukan Republik Indonesia dengan membonceng tentara sekutu. Ketika taktik seperti ini tidak berhasil maka pihak Belanda pada tahun 1947 dan 1948 melakukan Agresi Militer terhadap Republik Indonesia. Belanda menganggap penyerangan ini bukanlah suatu Agresi, akan tetapi merupakan aksi polisionil pemerintah yang sah terhadap para pemberontak dan ekstrimis karena mereka tidak pernah mengakui proklamasi 17 agustus 1945.
Agresi militer Belanda inilah yang membuat rakyat Indonesia bahu-membahu mengangkat senjata baik itu Tentara Nasional Indonesia (TNI), Laskar rakyat, pemuda sampai tokoh agama dalam melawan Belanda dan mempertahankan kemerdekaan. Karena perjuangan bersenjata yang sangat dahsyat tersebut dan tekanan dunia internasional, maka pihak Belanda mulai menerima cara diplomasi dengan mengadakan perjanjian mulai dari perjanjian Linggar Jati, Perjanjian Renville sampai Rom Royen. Perjanjian-perjanjian yang dilakukan pihak Republik Indonesia dengan Belanda ini ternyata banyak merugikan pihak Indonesia dan hendak dimanfaatkan oleh Belanda untuk memperkuat kembali penjajahannya di nusantara. Namun ternyata sejarah berbicara lain, semuanya bisa berbalik ketika diadakan Konferensi Meja Bundar yang diadakan dinegeri Belanda sendiri.
Konferensi Meja Bundar (KMB) adalah suatu konferensi puncak anatar pemerintah Republik Indonesia dan Kerajaan Belanda untuk membicarakan nasib Republik Indonesia yang baru lahir. Delegasi Republik Indonesia dipimpin olehPerdana Menteri Mohammad Hatta, sedangkan Belanda dipimp[in oleh Perdana Menteri Willem Dress. Namun apa yang terjadi, ternyata hasil KMB yang dimulai pada tanggal 23 Agustus- 2 Nopember ini sangat menguntungkan Republik Indonesia dimana pihak Belanda mengakui kedaulatan Republik Indonesia kecuali Irian Barat.Puncak dari kemenangan diplomasi ini dirayakan suka cita oleh seluruh rakat Indonesia dan kembalinya TNI maupun laskar-laskar perjuangan dari gunung-gunung ke kota-kota seperti yang dilakukan Jendral Sudirman ketika kembali ke Yogya.
Oleh karena itu tanggal 27 desember merupakan hari kemenangan diplomasi Republik Indonesia dan Pembebasan penderitaan rakyat Indonesia dari ancaman perang dan penjajahan Belanda yang membuat rakyat indonesia bersuka cita melupakan kesedihan dan penderitaan selama masa perang dan revolusi selama bertahun-tahun.
Pada hari ini, 62 tahun yang lampau tepatnya pada tanggal 27 desember 1949 terjadi peristiwa yang sangat monumental dalam perjalanan kenegaraan di negeri ini. Pada tanggal itu terjadi upacara pengakuan kedaulatan (soevereiniteitsoverdracht) di dua tempat yang berbeda yaitu di di istana Op de Dam, Amsterdam, Belanda yang dilakukan oleh Ratu Belanda Juliana kepada Perdana Menteri Republik Indonesia Serikat (RIS) yaitu Mohammad Hatta dan di Jakarta yaitu di Istana Rijswijk (Istana Merdeka) dimana wakil Mahkota Agung Belanda Tony Lovink kepada Sri Sultan Hamengkubuwono IX.
Secara sekilas upacara penyerahan kedaulatan ini terkesan biasa-biasa saja dan jarang dirayakan dalam upcara kenegaraan di Republik Indonesia. Akan tetaapi sebenarnya banyak catatan,renungan maupun hikmah yang bisa kita ambil dalam menilai peristiwa yang sangat monumental dalm sejarah perjuangan dan lahirnya negara Republik Indonesia.
Proklamasi 17 agustus 1945 yang ditanda tangani oleh Bung Karno dan Bung Hatta ternyata tidak serta merta membuat Belanda mengakui kemerdekaan dan kedaualatan negara Republik Indonesia yang merupakan bekas jajahannya sebagai negara baru dan berdaulat. Belanda menilai Proklamasi 17 agustus 1945 itu sebagai perbuatan makar dan mesti dibasmi sehingga mereka melakukan tindakan pendudukan Republik Indonesia dengan membonceng tentara sekutu. Ketika taktik seperti ini tidak berhasil maka pihak Belanda pada tahun 1947 dan 1948 melakukan Agresi Militer terhadap Republik Indonesia. Belanda menganggap penyerangan ini bukanlah suatu Agresi, akan tetapi merupakan aksi polisionil pemerintah yang sah terhadap para pemberontak dan ekstrimis karena mereka tidak pernah mengakui proklamasi 17 agustus 1945.
Agresi militer Belanda inilah yang membuat rakyat Indonesia bahu-membahu mengangkat senjata baik itu Tentara Nasional Indonesia (TNI), Laskar rakyat, pemuda sampai tokoh agama dalam melawan Belanda dan mempertahankan kemerdekaan. Karena perjuangan bersenjata yang sangat dahsyat tersebut dan tekanan dunia internasional, maka pihak Belanda mulai menerima cara diplomasi dengan mengadakan perjanjian mulai dari perjanjian Linggar Jati, Perjanjian Renville sampai Rom Royen. Perjanjian-perjanjian yang dilakukan pihak Republik Indonesia dengan Belanda ini ternyata banyak merugikan pihak Indonesia dan hendak dimanfaatkan oleh Belanda untuk memperkuat kembali penjajahannya di nusantara. Namun ternyata sejarah berbicara lain, semuanya bisa berbalik ketika diadakan Konferensi Meja Bundar yang diadakan dinegeri Belanda sendiri.
Konferensi Meja Bundar (KMB) adalah suatu konferensi puncak anatar pemerintah Republik Indonesia dan Kerajaan Belanda untuk membicarakan nasib Republik Indonesia yang baru lahir. Delegasi Republik Indonesia dipimpin olehPerdana Menteri Mohammad Hatta, sedangkan Belanda dipimp[in oleh Perdana Menteri Willem Dress. Namun apa yang terjadi, ternyata hasil KMB yang dimulai pada tanggal 23 Agustus- 2 Nopember ini sangat menguntungkan Republik Indonesia dimana pihak Belanda mengakui kedaulatan Republik Indonesia kecuali Irian Barat.Puncak dari kemenangan diplomasi ini dirayakan suka cita oleh seluruh rakat Indonesia dan kembalinya TNI maupun laskar-laskar perjuangan dari gunung-gunung ke kota-kota seperti yang dilakukan Jendral Sudirman ketika kembali ke Yogya.
Oleh karena itu tanggal 27 desember merupakan hari kemenangan diplomasi Republik Indonesia dan Pembebasan penderitaan rakyat Indonesia dari ancaman perang dan penjajahan Belanda yang membuat rakyat indonesia bersuka cita melupakan kesedihan dan penderitaan selama masa perang dan revolusi selama bertahun-tahun.