Ketika terjadi revolusi sosial di Perancis, sistem pemerintahan teokrasi berkuasa dengan jabatan kaisar sebagai wakil tuhan sehingga diyakini sebagai manusia yang tidak jahat dan tidak bersalah.
Di masa pemerintahan Louis IX, absolutisme tumbuh subur pada saat itu. Penjara Bastille menjelaskan betapa kejam dan sewenang-wenangnya tindakan kaisar terhadap harkat dan martabat manusia.
Kediktatoran seorang kaisar mencerahkan pemikiran masyarakat menjadi lebih rasional dan menuntun mereka pada perkembangan yang lebih sejahtera.
Permasalahan-permasalahan yang terjadi di masyarakat menjadikan sosiologi tumbuh dan berkembang di Eropa. Sosiologi di Eropa cenderung mengarah pada penyelesaian permasalahan sosial. Sementara itu di Amerika, sosiologi berkembang di universitas sehingga cenderung teorisasi dan metodologi.
Kajian sosiologi pada saat itu hanya berkisar pada hal yang menarik perhatian saja, seperti perang, konflik di kalangan masyarakat, dan kekuasaan, seperti dijelaskan dalam buku Sosiologi 1 untuk SMA dan MA Kelas X oleh Kun Maryati dan Juju Suryawati.
Kemudian, sosiologi berkembang dengan membahas beberapa hal tentang masyarakat yang mendalam, seperti susunan kehidupan yang diharapkan dan norma-norma kehidupan yang harus ditaati oleh seluruh masyarakat. Sejak saat itu, sosiologi menjadi ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri.
Menurut Berger, sosiologi dapat menjadi ilmu yang satu karena adanya beberapa ancaman terhadap tatanan sosial. L. Laeyendecker mengidentifikasikan ancaman tersebut mencakup:
Terjadinya dua revolusi, yakni revolusi industri dan revolusi sosial
Tumbuhnya kapitalisme pada abad ke-15
Adanya perubahan di bidang sosial dan bidang politik
Adanya perubahan akibat gerakan reformasi yang dicetuskan oleh Martin Luther
Individualisme yang meningkat
Kepercayaan pada diri sendiri yang berkembang
Lahirnya ilmu pengetahuan modern
Demikian penjelasan mengenai sejarah perkembangan sosiologi di Eropa yang dicetuskan oleh Auguste Comte. Semoga membantu!
Jawaban:
Ketika terjadi revolusi sosial di Perancis, sistem pemerintahan teokrasi berkuasa dengan jabatan kaisar sebagai wakil tuhan sehingga diyakini sebagai manusia yang tidak jahat dan tidak bersalah.
Di masa pemerintahan Louis IX, absolutisme tumbuh subur pada saat itu. Penjara Bastille menjelaskan betapa kejam dan sewenang-wenangnya tindakan kaisar terhadap harkat dan martabat manusia.
Kediktatoran seorang kaisar mencerahkan pemikiran masyarakat menjadi lebih rasional dan menuntun mereka pada perkembangan yang lebih sejahtera.
Permasalahan-permasalahan yang terjadi di masyarakat menjadikan sosiologi tumbuh dan berkembang di Eropa. Sosiologi di Eropa cenderung mengarah pada penyelesaian permasalahan sosial. Sementara itu di Amerika, sosiologi berkembang di universitas sehingga cenderung teorisasi dan metodologi.
Kajian sosiologi pada saat itu hanya berkisar pada hal yang menarik perhatian saja, seperti perang, konflik di kalangan masyarakat, dan kekuasaan, seperti dijelaskan dalam buku Sosiologi 1 untuk SMA dan MA Kelas X oleh Kun Maryati dan Juju Suryawati.
Kemudian, sosiologi berkembang dengan membahas beberapa hal tentang masyarakat yang mendalam, seperti susunan kehidupan yang diharapkan dan norma-norma kehidupan yang harus ditaati oleh seluruh masyarakat. Sejak saat itu, sosiologi menjadi ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri.
Menurut Berger, sosiologi dapat menjadi ilmu yang satu karena adanya beberapa ancaman terhadap tatanan sosial. L. Laeyendecker mengidentifikasikan ancaman tersebut mencakup:
Terjadinya dua revolusi, yakni revolusi industri dan revolusi sosial
Tumbuhnya kapitalisme pada abad ke-15
Adanya perubahan di bidang sosial dan bidang politik
Adanya perubahan akibat gerakan reformasi yang dicetuskan oleh Martin Luther
Individualisme yang meningkat
Kepercayaan pada diri sendiri yang berkembang
Lahirnya ilmu pengetahuan modern
Demikian penjelasan mengenai sejarah perkembangan sosiologi di Eropa yang dicetuskan oleh Auguste Comte. Semoga membantu!