KH. Hasyim Asy'ari adalah seorang tokoh ulama dan pejuang kemerdekaan Indonesia yang terkenal dengan sikap ketegasannya dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dan keadilan sosial bagi rakyat Indonesia.
Salah satu contoh bentuk ketegasan dan keberanian KH. Hasyim Asy'ari adalah ketika ia menolak untuk bergabung dengan Partai Masyumi, sebuah partai politik Islam yang didirikan pada masa awal kemerdekaan Indonesia. Meskipun Partai Masyumi pada saat itu menjadi partai politik Islam terbesar di Indonesia, KH. Hasyim Asy'ari memilih untuk tidak bergabung dengan partai tersebut karena ia tidak ingin agama dijadikan alat politik dan ingin mempertahankan independensi NU (Nahdlatul Ulama) sebagai organisasi Islam yang independen dan tidak terikat pada kepentingan politik tertentu.
Pilihan ini dianggap sebagai tindakan yang berani dan tegas oleh KH. Hasyim Asy'ari, karena pada saat itu banyak ulama dan tokoh masyarakat yang tergabung dalam partai politik untuk memperoleh pengaruh politik. Namun, KH. Hasyim Asy'ari tetap berpegang pada prinsip bahwa Islam harus dipertahankan sebagai agama yang independen dan tidak boleh dijadikan alat politik semata-mata.
Tindakan KH. Hasyim Asy'ari ini kemudian memberikan pengaruh positif pada NU sebagai organisasi Islam yang independen dan tidak terikat pada kepentingan politik tertentu, sehingga NU dapat terus menjadi lembaga yang berperan aktif dalam mengembangkan pendidikan, kebudayaan, dan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Hal ini juga menunjukkan bahwa KH. Hasyim Asy'ari adalah seorang tokoh yang memiliki visi dan prinsip yang kuat dalam memperjuangkan kepentingan bangsa dan agama, serta siap untuk mengambil tindakan yang tegas dan berani dalam mempertahankan prinsip-prinsip tersebut.
Jawaban:
KH. Hasyim Asy'ari adalah seorang tokoh ulama dan pejuang kemerdekaan Indonesia yang terkenal dengan sikap ketegasannya dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dan keadilan sosial bagi rakyat Indonesia.
Salah satu contoh bentuk ketegasan dan keberanian KH. Hasyim Asy'ari adalah ketika ia menolak untuk bergabung dengan Partai Masyumi, sebuah partai politik Islam yang didirikan pada masa awal kemerdekaan Indonesia. Meskipun Partai Masyumi pada saat itu menjadi partai politik Islam terbesar di Indonesia, KH. Hasyim Asy'ari memilih untuk tidak bergabung dengan partai tersebut karena ia tidak ingin agama dijadikan alat politik dan ingin mempertahankan independensi NU (Nahdlatul Ulama) sebagai organisasi Islam yang independen dan tidak terikat pada kepentingan politik tertentu.
Pilihan ini dianggap sebagai tindakan yang berani dan tegas oleh KH. Hasyim Asy'ari, karena pada saat itu banyak ulama dan tokoh masyarakat yang tergabung dalam partai politik untuk memperoleh pengaruh politik. Namun, KH. Hasyim Asy'ari tetap berpegang pada prinsip bahwa Islam harus dipertahankan sebagai agama yang independen dan tidak boleh dijadikan alat politik semata-mata.
Tindakan KH. Hasyim Asy'ari ini kemudian memberikan pengaruh positif pada NU sebagai organisasi Islam yang independen dan tidak terikat pada kepentingan politik tertentu, sehingga NU dapat terus menjadi lembaga yang berperan aktif dalam mengembangkan pendidikan, kebudayaan, dan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Hal ini juga menunjukkan bahwa KH. Hasyim Asy'ari adalah seorang tokoh yang memiliki visi dan prinsip yang kuat dalam memperjuangkan kepentingan bangsa dan agama, serta siap untuk mengambil tindakan yang tegas dan berani dalam mempertahankan prinsip-prinsip tersebut.