sutrisnajang45
Pada hewan yang berkembang biak secara seksual dapat dibedakan antara gametogenesis pada individu jantan dan gametogenesis pada individu betina. Gamet pada individu jantan disebut spermatozoon (jamak = spermatozoa) sehingga proses pembentukannya dinamakan spermatogenesis. Demikian pula, karena gamet betina disebut ovum (jamak = ova), maka gametogenesis pada jenis kelamin ini dinamakan oogenesis. Spermatogenesis Spermatogenesis dimulai pada saat individu yang bersangkutan mencapai matang kelamin (pubertas). Prosesnya berlangsung di dalam testes, tepatnya di dalam suatu tabung melengkung yang disebut tubulus seminiferus. Di sekeliling tabung ini terdapat spermatogonium (jamak = spermatogonia), yaitu sel-sel somatis khusus yang nantinya akan mengalami meiosis untuk menghasilkan spermatozoa. Pada awalnya spermatogonium (diploid) memperbanyak diri melalui pembelahan mitosis berkali-kali. Pada waktu tertentu mitosis akan terhenti; spermatogonium membesar dan berdiferensiasi menjadi spermatosit primer, yang masih diploid juga. Spermatosit primer kemudian mengalami meiosis I untuk menghasilkan spermatosit sekunder, yang dilanjutkan dengan meiosis II untuk menghasilkan empat buahspermatid yang masing- masing haploid. Akhirnya, spermatid berdiferensiasi menjadi spermatozoon yang matang. Oogenesis Bila dibandingkan dengan spermatogenesis, oogenesis relatif agak lebih rumit. Proses ini dimulai sejak awal tahap perkembangan embrio ketika sekelompok sel yang disebut galur sel germinal (germ cell line) memasuki ovarium yang sedang berkembang. Galur sel ini kemudian berkembang menjadi sel-sel somatis khusus yang disebut oogonium (jamak = oogonia). Oogonium (diploid) memperbanyak diri dengan sangat cepat melalui pembelahan mitosis berkali-kali, dan akhirnya berdiferensiasi menjadi oosit primer, yang masih diploid juga. Oosit primer kemudian mengalami meiosis I tetapi tertahan pada tahap diplonema hingga saat matang kelamin. Selama kurun waktu ini oosit primer mengalami berbagai perubahan sehubungan dengan persiapan penyelesaian meiosis dan fertilisasi, serta mengumpulkan sejumlah besar bahan makanan untuk perkembangan awal embrio. Untuk melindungi diri dari kerusakan mekanis, oosit primer diselubungi oleh selaput yang dinamakan folikel Graaf. Di bawah selaput ini terdapat granula kortikal yang membatasi pembuahan hanya oleh satu spermatozoon. Oosit primer yang berhasil menyelesaikan meiosis I akan menghasilkan dua buah sel haploid, yang masing-masing mengandung satu anggota pasangan kromosom homolog dalam keadaan mengganda. Namun, sitokinesis tidak berlangsung simetris sehingga kedua sel tersebut sangat berbeda kandungan sitoplasmanya. Sel yang mendapatkan hampir seluruh sitoplasma dinamakan oosit sekunder, sedangkan sel satunya yang hanya mendapatkan sangat sedikit sitoplasma dinamakan badan polar. Oosit sekunder keluar dari folikel Graaf untuk memasuki saluran telur (pada manusia: tuba falopi ; pada hewan: oviduktus). Proses pelepasan oosit sekunder dari folikel Graaf dinamakan ovulasi. Baik oosit sekunder maupun badan polar akan melanjutkan oogenesis ke tahap meiosis II. Lagi-lagi, oosit sekunder mengalami sitokinesis yang tidak simetris sehingga diperoleh satu sel yang besar (ovum) dan satu sel yang kecil (badan polar). Dengan demikian, pada akhir meiosis II dari sebuah oogonium akan diperoleh empat buah sel haploid, yang terdiri atas sebuah ovum (sel telur) dan tiga badan polar. Ketiga badan polar segera mengalami degenerasi karena hanya mengandung sedikit sekali sitoplasma dan organel yang diperlukan untuk melangsungkan metabolisme. Meiosis II hanya akan selesai jika terjadi fertilisasi. Ovum yang tidak dibuahi akan mengalami degenerasi. Sebaliknya, jika ovum bertemu dengan spermatozoon akan terjadi penggabungan dua nukleus haploid sehingga terbentuk zigot diploid, yang kemudian turun dari tuba falopi / oviduktus menuju ke uterus.
4 votes Thanks 15
zainudin
Gametogenesis adalah proses pembentukan gamet atau sel kelamin. Sel gamet terdiri dari gamet jantan (spermatozoa) yang dihasilkan di testis dan gamet betina (ovum) yang dihasilkan di ovarium. Terdapat dua jenis proses pembelahan sel yaitu mitosis dan meiosis. Mitosis yaitu pembelahan sel dari induk menjadi 2 anakan tetapi tidak terjadi reduksi kromosom contoh apabila ada sel tubuh kita yang rusak maka akan terjadi proses penggantian dengan sel baru melalui proses pembelahan mitosis, sedangkan pembelahan meiosis yaitu pembelahan sel dari induk menjadi 2 anakan dengan adanya reduksi kromosom, contohnya pembelahan sel kelamin atau gamet sebagai agen utama dalam proses reproduksi manusia. Pada pembelahan mitosis menghasilkan sel baru yang jumlah kromosomnya sama persis dengan sel induk yang bersifat diploid (2n) yaitu 23 pasang/ 46 kromosom, sedangkan pada meiosis jumlah kromosom pada sel baru hanya bersifat haploid (n) yaitu 23 kromosom. Gametogenesis terdiri 4 tahap : perbanyakan, pertumbuhan, pematangan dan perubahan bentuk. Gametogenesis ada dua yaitu spermatogenesis dan oogenesis.
1. Spermatogenesis Spermatogenesis adalah proses pembentukan sel spermatozoa (tunggal : spermatozoon) yang terjadi di organ kelamin (gonad) jantan yaitu testis tepatnya di tubulus seminiferus. Sel spermatozoa, disingkat sperma yang bersifat haploid (n) dibentuk di dalam testis melewati sebuah proses kompleks. Spermatogenesis mencakup pematangan sel epitel germinal dengan melalui proses pembelahan dan diferensiasi sel. Pematangan sel terjadi di tubulus seminiferus yang kemudian disimpan dalam epididimis. Tubulus seminiferus terdiri dari sejumlah besar sel germinal yang disebut spermatogonia (jamak). Spermatogonia terletak di dua sampai tiga lapis luar sel-sel epitel tubulus seminiferus. Spermatogonia berdiferensiasi melalui tahap-tahap perkembangan tertentu untuk membentuk sperma.
2. Oogenesis Oogenesis adalah proses pembentukan sel telur (ovum) di dalam ovarium. Oogenesis dimulai dengan pembentukan bakal sel-sel telur yang disebut oogonia (tunggal: oogonium). Pembentukan sel telur pada manusia dimulai sejak di dalam kandungan, yaitu di dalam ovari fetus perempuan. Pada akhir bulan ketiga usia fetus, semua oogonia yang bersifat diploid telah selesai dibentuk dan siap memasuki tahap pembelahan. Semula oogonia membelah secara mitosis menghasilkan oosit primer. Pada perkembangan fetus selanjutnya, semua oosit primer membelah secara miosis, tetapi hanya sampai fase profase. Pembelahan miosis tersebut berhenti hingga bayi perempuan dilahirkan, ovariumnya mampu menghasilkan sekitar 2 juta oosit primer mengalami kematian setiap hari sampai masa pubertas. Memasuki masa pubertas, oosit melanjutkan pembelahan miosis I. hasil pembelahan tersebut berupa dua sel haploid, satu sel yang besar disebut oosit sekunder dan satu sel berukuran lebih kecil disebut badan kutub primer. Pada tahap selanjutnya, oosit sekunder dan badan kutub primer akan mengalami pembelahan miosis II. Pada saat itu, oosit sekunder akan membelah menjadi dua sel, yaitu satu sel berukuran normal disebut ootid dan satu lagi berukuran lebih kecil disebut badan polar sekunder. Badan kutub tersebut bergabung dengan dua badan kutub sekunder lainnya yang berasal dari pembelahan badan kutub primer sehingga diperoleh tiga badan kutub sekunder. Ootid mengalami perkembangan lebih lanjut menjadi ovum matang, sedangkan ketiga badan kutub mengalami degenerasi (hancur). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada oogenesis hanya menghasilkan satu ovum .
biak secara seksual dapat
dibedakan antara gametogenesis
pada individu jantan dan
gametogenesis pada individu
betina. Gamet pada individu
jantan disebut spermatozoon
(jamak = spermatozoa) sehingga
proses pembentukannya
dinamakan spermatogenesis.
Demikian pula, karena gamet
betina disebut ovum (jamak =
ova), maka gametogenesis pada
jenis kelamin ini dinamakan
oogenesis.
Spermatogenesis
Spermatogenesis dimulai pada
saat individu yang bersangkutan
mencapai matang kelamin
(pubertas). Prosesnya
berlangsung di dalam testes,
tepatnya di dalam suatu tabung
melengkung yang disebut
tubulus seminiferus. Di sekeliling
tabung ini terdapat
spermatogonium (jamak =
spermatogonia), yaitu sel-sel
somatis khusus yang nantinya
akan mengalami meiosis untuk
menghasilkan spermatozoa.
Pada awalnya spermatogonium
(diploid) memperbanyak diri
melalui pembelahan mitosis
berkali-kali. Pada waktu tertentu
mitosis akan terhenti;
spermatogonium membesar dan
berdiferensiasi menjadi
spermatosit primer, yang masih
diploid juga.
Spermatosit primer kemudian
mengalami meiosis I untuk
menghasilkan spermatosit
sekunder, yang dilanjutkan
dengan meiosis II untuk
menghasilkan empat
buahspermatid yang masing-
masing haploid. Akhirnya,
spermatid berdiferensiasi
menjadi spermatozoon yang
matang.
Oogenesis
Bila dibandingkan dengan
spermatogenesis, oogenesis
relatif agak lebih rumit. Proses ini
dimulai sejak awal tahap
perkembangan embrio ketika
sekelompok sel yang disebut
galur sel germinal (germ cell line)
memasuki ovarium yang sedang
berkembang. Galur sel ini
kemudian berkembang menjadi
sel-sel somatis khusus yang
disebut oogonium (jamak =
oogonia).
Oogonium (diploid)
memperbanyak diri dengan
sangat cepat melalui pembelahan
mitosis berkali-kali, dan akhirnya
berdiferensiasi menjadi oosit
primer, yang masih diploid juga.
Oosit primer kemudian
mengalami meiosis I tetapi
tertahan pada tahap diplonema
hingga saat matang kelamin.
Selama kurun waktu ini oosit
primer mengalami berbagai
perubahan sehubungan dengan
persiapan penyelesaian meiosis
dan fertilisasi, serta
mengumpulkan sejumlah besar
bahan makanan untuk
perkembangan awal embrio.
Untuk melindungi diri dari
kerusakan mekanis, oosit primer
diselubungi oleh selaput yang
dinamakan folikel Graaf. Di
bawah selaput ini terdapat
granula kortikal yang membatasi
pembuahan hanya oleh satu
spermatozoon. Oosit primer yang
berhasil menyelesaikan meiosis I
akan menghasilkan dua buah sel
haploid, yang masing-masing
mengandung satu anggota
pasangan kromosom homolog
dalam keadaan mengganda.
Namun, sitokinesis tidak
berlangsung simetris sehingga
kedua sel tersebut sangat
berbeda kandungan
sitoplasmanya.
Sel yang mendapatkan hampir
seluruh sitoplasma dinamakan
oosit sekunder, sedangkan sel
satunya yang hanya
mendapatkan sangat sedikit
sitoplasma dinamakan badan
polar. Oosit sekunder keluar dari
folikel Graaf untuk memasuki
saluran telur (pada manusia:
tuba falopi ; pada hewan:
oviduktus). Proses pelepasan
oosit sekunder dari folikel Graaf
dinamakan ovulasi.
Baik oosit sekunder maupun
badan polar akan melanjutkan
oogenesis ke tahap meiosis II.
Lagi-lagi, oosit sekunder
mengalami sitokinesis yang tidak
simetris sehingga diperoleh satu
sel yang besar (ovum) dan satu
sel yang kecil (badan polar).
Dengan demikian, pada akhir
meiosis II dari sebuah oogonium
akan diperoleh empat buah sel
haploid, yang terdiri atas sebuah
ovum (sel telur) dan tiga badan
polar. Ketiga badan polar segera
mengalami degenerasi karena
hanya mengandung sedikit sekali
sitoplasma dan organel yang
diperlukan untuk
melangsungkan metabolisme.
Meiosis II hanya akan selesai jika
terjadi fertilisasi. Ovum yang
tidak dibuahi akan mengalami
degenerasi. Sebaliknya, jika ovum
bertemu dengan spermatozoon
akan terjadi penggabungan dua
nukleus haploid sehingga
terbentuk zigot diploid, yang
kemudian turun dari tuba falopi /
oviduktus menuju ke uterus.
1. Spermatogenesis
Spermatogenesis adalah proses pembentukan sel spermatozoa (tunggal : spermatozoon) yang terjadi di organ kelamin (gonad) jantan yaitu testis tepatnya di tubulus seminiferus. Sel spermatozoa, disingkat sperma yang bersifat haploid (n) dibentuk di dalam testis melewati sebuah proses kompleks. Spermatogenesis mencakup pematangan sel epitel germinal dengan melalui proses pembelahan dan diferensiasi sel. Pematangan sel terjadi di tubulus seminiferus yang kemudian disimpan dalam epididimis. Tubulus seminiferus terdiri dari sejumlah besar sel germinal yang disebut spermatogonia (jamak). Spermatogonia terletak di dua sampai tiga lapis luar sel-sel epitel tubulus seminiferus. Spermatogonia berdiferensiasi melalui tahap-tahap perkembangan tertentu untuk membentuk sperma.
2. Oogenesis
Oogenesis adalah proses pembentukan sel telur (ovum) di dalam ovarium. Oogenesis dimulai dengan pembentukan bakal sel-sel telur yang disebut oogonia (tunggal: oogonium). Pembentukan sel telur pada manusia dimulai sejak di dalam kandungan, yaitu di dalam ovari fetus perempuan. Pada akhir bulan ketiga usia fetus, semua oogonia yang bersifat diploid telah selesai dibentuk dan siap memasuki tahap pembelahan. Semula oogonia membelah secara mitosis menghasilkan oosit primer. Pada perkembangan fetus selanjutnya, semua oosit primer membelah secara miosis, tetapi hanya sampai fase profase. Pembelahan miosis tersebut berhenti hingga bayi perempuan dilahirkan, ovariumnya mampu menghasilkan sekitar 2 juta oosit primer mengalami kematian setiap hari sampai masa pubertas. Memasuki masa pubertas, oosit melanjutkan pembelahan miosis I. hasil pembelahan tersebut berupa dua sel haploid, satu sel yang besar disebut oosit sekunder dan satu sel berukuran lebih kecil disebut badan kutub primer.
Pada tahap selanjutnya, oosit sekunder dan badan kutub primer akan mengalami pembelahan miosis II. Pada saat itu, oosit sekunder akan membelah menjadi dua sel, yaitu satu sel berukuran normal disebut ootid dan satu lagi berukuran lebih kecil disebut badan polar sekunder. Badan kutub tersebut bergabung dengan dua badan kutub sekunder lainnya yang berasal dari pembelahan badan kutub primer sehingga diperoleh tiga badan kutub sekunder. Ootid mengalami perkembangan lebih lanjut menjadi ovum matang, sedangkan ketiga badan kutub mengalami degenerasi (hancur). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada oogenesis hanya menghasilkan satu ovum .