Jelaskan perlawanan aceh melawan belanda dan apakah strategi khusus yang di lakukan oleh aceh
rahmat700
Sultan iskandar muda menyiapkan armada dan 800 prajurit untuk melawan belanda
24 votes Thanks 54
islamitalrTaktik perang gerilya Aceh ditiru oleh Van Heutz, dimana dibentuk pasukan maréchaussée yang dipimpin oleh Hans Christoffel dengan pasukan Colone Macan yang telah mampu dan menguasai pegunungan-pegunungan, hutan-hutan rimba raya Aceh untuk mencari dan mengejar gerilyawan-gerilyawan Aceh.Taktik berikutnya yang dilakukan Belanda adalah dengan cara penculikan anggota keluarga gerilyawan Aceh. Misalnya Christoffel menculik permaisuri Sultan dan Tengku Putroe (1902). Van der Maaten menawan putera Sultan Tuanku Ibrahim. Akibatnya, Sultan menyerah pada tanggal 5 Januari 1902 ke Sigli dan berdamai. Van der Maaten dengan diam-diam menyergap Tangse kembali,Panglima Polim dapat meloloskan diri, tetapi sebagai gantinya ditangkap putera Panglima Polim, Cut Po Radeu saudara perempuannya dan beberapa keluarga terdekatnya. Akibatnya Panglima Polim meletakkan senjata dan menyerah ke Lhokseumawepada Desember 1903. Setelah Panglima Polim menyerah, banyak penghulu-penghulu rakyat yang menyerah mengikuti jejak Panglima Polim.Taktik selanjutnya, pembersihan dengan cara membunuh rakyat Aceh yang dilakukan di bawah pimpinan Gotfried Coenraad Ernst van Daalen yang menggantikan Van Heutz. Seperti pembunuhan di Kuta Reh (14 Juni 1904) dimana 2.922 orang dibunuhnya, yang terdiri dari 1.773 laki-laki dan 1.149 perempuan.
Perang Aceh (1873-1904) Wilayah Aceh pada awalnya merupakan wilayah yang bebas sesuai dengan Traktat London yang dibuat pada tahun 1824. Sejak pembukaan Terusan Sues (1869), Selat Malaka ramai dikunjungi oleh para pedagang asing. Hal ini menyebabkan keresahan Belanda, karena khawatir Aceh dikuasai oleh bangsa lain. Untuk menguasai wilayah aceh inilah, pada tahun 1871 Belanda mengadakan perjanjian dengan Inggris. Perjanjian tersebut dikenal sebagai Traktat Sumatera, yang isinya Inggris mengijinkan Belanda menguasai sekuruh pulau Sumatera termasuk Aceh. Pada tamggal 7 Maret 1873, Belanda mengirimkan surat kepada Sultan Aceh yang isinya harus tunduk kepada pemerintah Belanda. Aceh menyatakan penolakannya, Belanda, di bawah pimpinan Jenderal Kohler, menanggapi penolakan tersebut dengan melakukan penyerangan ke Aceh. Jenderal Kohler terbunuh, lalu digantikan oleh Jenderal van Swieten yang berhasil menduduki Kutaraja, sehingga mengakibatkan meletusnya perang Aceh.Secara umum terjadinya perang Aceh adalah : 1. Belanda ingin menetapkan pelaksanaan Pax Netherlandica. 2. Aceh merupakan tempat yang strategis setelah dibukannya Terusan Suez. 3. Semakin berkembangnya Imperialisme Modern 4. Politik ekspansi Belanda akibat Traktat Sumatera (1871) yang menetapkan bahwa Inggris tidak akan menghalangi ekspanso Belanda ke Sumatera.
Adapun sebab khusus terjadinya perang ialah : adanya tuntutan Belanda agar Aceh tidak berhubungan dengan pedagang selain Belanda.Perang Aceh berkobar menjadi perang yang sangat besar, terutama setelan Panglima Polim dan Tengku Cik Ditiro mengibarkan semangat Perang Jihad. Rakyat Aceh menggunakan taktik gerilya mengalahkan belanda. Untuk menghadapi perlawanan rakyat Aceh, Belanda menggunakan siasat Konsentrasi stelsel. Daerah Aceh dikepung dengan cara meniadakan tangsi di luar Kutaraja dan mendirikan benteng disekitar kota, antar benteng dihubungkan oleh kereta. Para serdadu Belanda dilarang melakukan serangan keluar dan laut di blokir. Tujuannya adalah supaya rakyat Aceh mau diajak berdamai.Siasat yang digunakan Belanda ternyata tidak mampu mengalahkan rakyat Aceh bahkan perjuangan semakin panas dan meluas. Untuk menandingi pasukan rakyat Aceh, pada tanggal 30 Oktober 1899 Belanda membentuk pasukan marsose yaitu pasukan khusus anti huru hara. Selain itu juga didatangkan seorang antropolog dari Belanda yang bernama dr. C. Snouck Hurgronye. Tujuan kedatangannya adalah untuk meneliti kebudayaan rakyat Aceh. Hasil penelitiannya dimuat dlam buku De Atjeyers, dengan kesimoulan bahwa golongan yang sangat berpengaruh di Aceh ialah golongan ulama. Oleh sebab itu, untuk menundukkan rakyat Aceh maka golongan ulama dahulu yang harus dikalahkan dan bukannya golongan bangsawan.Berdasarkan kesimpulan tersebut, Belanda membujuk golongan bangsawan agar bekerja sebagai pamongpraja dan menggunakan kekuatan militer di bawah pimpinan Van Heutz untuk mengalahkan golongan ulama. Usaha ini membuahkan hasil. Selanjutnya, pada tahun 1904 Van Heutz mengeluarkan perjanjian Pendekyang berisi : 1. Pengakuan kedaulatan Belanda atsa daerahnya. 2. Janji tidak mengadakn hubungan dengan Negara lain. 3. Patuh kepada pemerintah Belanda.
Perang Aceh (1873-1904)
Wilayah Aceh pada awalnya merupakan wilayah yang bebas sesuai dengan Traktat London yang dibuat pada tahun 1824. Sejak pembukaan Terusan Sues (1869), Selat Malaka ramai dikunjungi oleh para pedagang asing. Hal ini menyebabkan keresahan Belanda, karena khawatir Aceh dikuasai oleh bangsa lain. Untuk menguasai wilayah aceh inilah, pada tahun 1871 Belanda mengadakan perjanjian dengan Inggris. Perjanjian tersebut dikenal sebagai Traktat Sumatera, yang isinya Inggris mengijinkan Belanda menguasai sekuruh pulau Sumatera termasuk Aceh. Pada tamggal 7 Maret 1873, Belanda mengirimkan surat kepada Sultan Aceh yang isinya harus tunduk kepada pemerintah Belanda. Aceh menyatakan penolakannya, Belanda, di bawah pimpinan Jenderal Kohler, menanggapi penolakan tersebut dengan melakukan penyerangan ke Aceh. Jenderal Kohler terbunuh, lalu digantikan oleh Jenderal van Swieten yang berhasil menduduki Kutaraja, sehingga mengakibatkan meletusnya perang Aceh.Secara umum terjadinya perang Aceh adalah :
1. Belanda ingin menetapkan pelaksanaan Pax Netherlandica.
2. Aceh merupakan tempat yang strategis setelah dibukannya Terusan Suez.
3. Semakin berkembangnya Imperialisme Modern
4. Politik ekspansi Belanda akibat Traktat Sumatera (1871) yang menetapkan bahwa Inggris tidak akan menghalangi ekspanso Belanda ke Sumatera.
Adapun sebab khusus terjadinya perang ialah : adanya tuntutan Belanda agar Aceh tidak berhubungan dengan pedagang selain Belanda.Perang Aceh berkobar menjadi perang yang sangat besar, terutama setelan Panglima Polim dan Tengku Cik Ditiro mengibarkan semangat Perang Jihad. Rakyat Aceh menggunakan taktik gerilya mengalahkan belanda. Untuk menghadapi perlawanan rakyat Aceh, Belanda menggunakan siasat Konsentrasi stelsel. Daerah Aceh dikepung dengan cara meniadakan tangsi di luar Kutaraja dan mendirikan benteng disekitar kota, antar benteng dihubungkan oleh kereta. Para serdadu Belanda dilarang melakukan serangan keluar dan laut di blokir. Tujuannya adalah supaya rakyat Aceh mau diajak berdamai.Siasat yang digunakan Belanda ternyata tidak mampu mengalahkan rakyat Aceh bahkan perjuangan semakin panas dan meluas. Untuk menandingi pasukan rakyat Aceh, pada tanggal 30 Oktober 1899 Belanda membentuk pasukan marsose yaitu pasukan khusus anti huru hara. Selain itu juga didatangkan seorang antropolog dari Belanda yang bernama dr. C. Snouck Hurgronye. Tujuan kedatangannya adalah untuk meneliti kebudayaan rakyat Aceh. Hasil penelitiannya dimuat dlam buku De Atjeyers, dengan kesimoulan bahwa golongan yang sangat berpengaruh di Aceh ialah golongan ulama. Oleh sebab itu, untuk menundukkan rakyat Aceh maka golongan ulama dahulu yang harus dikalahkan dan bukannya golongan bangsawan.Berdasarkan kesimpulan tersebut, Belanda membujuk golongan bangsawan agar bekerja sebagai pamongpraja dan menggunakan kekuatan militer di bawah pimpinan Van Heutz untuk mengalahkan golongan ulama. Usaha ini membuahkan hasil. Selanjutnya, pada tahun 1904 Van Heutz mengeluarkan perjanjian Pendekyang berisi :
1. Pengakuan kedaulatan Belanda atsa daerahnya.
2. Janji tidak mengadakn hubungan dengan Negara lain.
3. Patuh kepada pemerintah Belanda.