Jelaskan pengertian norma - beriman - bertakwa - iman
Sastyutari
Iman menurut bahasa adalah membenarkan. Adapun menurut istilah syari‟at yaitu meyakinidengan hati, mengucapkan dengan lisan dan membuktikannya dalam amal perbuatan yangterdiri dari tujuh puluh tiga hingga tujuh puluh sembilan cabang., Iman kepada Allah
Reginarizkyaabdi
Iman menurut bahasa adalah membenarkan. Adapun menurut istilah syari‟at yaitu meyakinidengan hati, mengucapkan dengan lisan dan membuktikannya dalam amal perbuatan yangterdiri dari tujuh puluh tiga hingga tujuh puluh sembilan cabang. Yang tertinggi adalahucapan ﻫﻠﻞ dan yang terendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan yangmenggangu orang yang sedang berjalan, baik berupa batu, duri, barang bekas, sampah, dansesuatu yang berbau tak sedap atau semisalnya.Rasulullah Shallahu‟alaihi wa sallam bersabda,”Iman lebih dari tujuh puluh atau enam puluh cabang, paling utamanya perkataan ﻫﻠﻞ dan yang paling rendahnya menyingkirkan gangguan dari jalan, dan malu merupakancabang dari keimanan.” (Riwayat Muslim: 35, Abu Dawud: 4676, Tirmidzi: 2614)Secara pokok iman memiliki enam rukun sesuai dengan yang disebutkan dalam hadist Jibril(Hadist no. 2 pada hadist arba‟in an- Nawawi) tatkala bertanya kepada Nabi Shallahu‟alaihiwa sallam tentang iman, lalu beliau menjawab,”Iman adalah engkau percaya kepada Allah, para malaikatNya, kitab- kitabNya, pararasulNya, hari akhir, dan percaya kepada taqdirNya, yang baik dan yang buruk.”(Mutafaqqun ‘alaihi)Adapun cakupan dan jenisnya, keimanan mencakup seluruh bentuk amal kebaikan yangkurang lebih ada tujuh puluh tiga cabang. Karena itu Allah menggolongkan dan menyebutibadah shalat dengan sebutan iman dalam firmanNya,”Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu” (QS. Al-Baqarah:143) Para ahli tafsir menyatakan, yang dimaksud ‟imanmu‟ adalah shalatmu tatkala engkau menghadap ke arah baitul maqdis, karena sebelum turun perintah shalat menghadap ke Baitullah (Ka‟bah) para sahabat mengahadap ke Baitul Maqdis. Iman kepada AllahIman kepada Allah adalah mempercayai bahwa Dia itu maujud (ada) yang disifati dengansifat-sifat keagungan dan kesempurnaan, yang suci dari sifat-sifat kekurangan. Dia Maha Esa,Mahabenar, Tempat bergantung para makhluk, tunggal (tidak ada yang setara dengan Dia),Pencipta segala makhluk, Yang melakukan segala yang dikehendakiNya, dan mengerjakandalam kerajaanNya apa yang dikehendakiNya. Beriman kepada Allah juga bisa diartikan,berikrar dengan macam-macam tauhid yang tiga serta beri‟tiqad (berkeyakinan) dan beramaldengannya yaitu tauhid rububiyyah, tauhid uluhiyyah dan tauhid al-asma‟ wa ash-shifaat. 3. Iman kepada Allah mengandung empat unsur:1. Beriman akan adanya Allah.Mengimani adanya Allah ini bisa dibuktikan dengan:(a). Bahwa manusia mempunyai fitrah mengimani adanya TuhanTanpa harus di dahului dengan berfikir dan sebelumnya. Fitrah ini tidak akan berubah kecualiada sesuatu pengaruh lain yang mengubah hatinya. Nabi Shallahu‟alaihi wa sallam bersabda:”Tidaklah anak itu lahir melainkan dalam keadaan fitrah, kedua orangtuanya lah yangmenjadikan mereka Yahudi, Nashrani, atau Majusi.” (HR. Bukhori)Bahwa makhluk tersebut tidak muncul begitu saja secara kebetulan, karena segala sesuatuyang wujud pasti ada yang mewujudkan yang tidak lain adalah Allah, Tuhan semesta alam.Allah berfirman,”Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun ataukah mereka yang menciptakan (dirimereka sendiri)?” (QS. Ath-Thur: 35)Maksudnya, tidak mungkin mereka tercipta tanpa ada yang menciptakan dan tidak mungkinmereka mampu menciptakan dirinya sendiri.
Adapun menurut istilah syari‟at yaitu
meyakinidengan hati, mengucapkan dengan
lisan dan membuktikannya dalam amal
perbuatan yangterdiri dari tujuh puluh tiga
hingga tujuh puluh sembilan cabang. Yang
tertinggi adalahucapan ﻫﻠﻞ dan yang terendah
adalah menyingkirkan gangguan dari jalan
yangmenggangu orang yang sedang berjalan,
baik berupa batu, duri, barang bekas, sampah,
dansesuatu yang berbau tak sedap atau
semisalnya.Rasulullah Shallahu‟alaihi wa
sallam bersabda,”Iman lebih dari tujuh puluh
atau enam puluh cabang, paling utamanya
perkataan ﻫﻠﻞ dan yang paling rendahnya
menyingkirkan gangguan dari jalan, dan malu
merupakancabang dari keimanan.” (Riwayat
Muslim: 35, Abu Dawud: 4676, Tirmidzi:
2614)Secara pokok iman memiliki enam rukun
sesuai dengan yang disebutkan dalam hadist
Jibril(Hadist no. 2 pada hadist arba‟in an-
Nawawi) tatkala bertanya kepada Nabi
Shallahu‟alaihiwa sallam tentang iman, lalu
beliau menjawab,”Iman adalah engkau percaya
kepada Allah, para malaikatNya, kitab-
kitabNya, pararasulNya, hari akhir, dan percaya
kepada taqdirNya, yang baik dan yang
buruk.”(Mutafaqqun ‘alaihi)Adapun cakupan
dan jenisnya, keimanan mencakup seluruh
bentuk amal kebaikan yangkurang lebih ada
tujuh puluh tiga cabang. Karena itu Allah
menggolongkan dan menyebutibadah shalat
dengan sebutan iman dalam firmanNya,”Dan
Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu” (QS.
Al-Baqarah:143) Para ahli tafsir menyatakan,
yang dimaksud ‟imanmu‟ adalah shalatmu
tatkala engkau menghadap ke arah baitul
maqdis, karena sebelum turun perintah shalat
menghadap ke Baitullah (Ka‟bah) para
sahabat mengahadap ke Baitul Maqdis. Iman
kepada AllahIman kepada Allah adalah
mempercayai bahwa Dia itu maujud (ada) yang
disifati dengansifat-sifat keagungan dan
kesempurnaan, yang suci dari sifat-sifat
kekurangan. Dia Maha Esa,Mahabenar, Tempat
bergantung para makhluk, tunggal (tidak ada
yang setara dengan Dia),Pencipta segala
makhluk, Yang melakukan segala yang
dikehendakiNya, dan mengerjakandalam
kerajaanNya apa yang dikehendakiNya.
Beriman kepada Allah juga bisa
diartikan,berikrar dengan macam-macam
tauhid yang tiga serta beri‟tiqad
(berkeyakinan) dan beramaldengannya yaitu
tauhid rububiyyah, tauhid uluhiyyah dan tauhid
al-asma‟ wa ash-shifaat.
3. Iman kepada Allah mengandung empat
unsur:1. Beriman akan adanya
Allah.Mengimani adanya Allah ini bisa
dibuktikan dengan:(a). Bahwa manusia
mempunyai fitrah mengimani adanya
TuhanTanpa harus di dahului dengan berfikir
dan sebelumnya. Fitrah ini tidak akan berubah
kecualiada sesuatu pengaruh lain yang
mengubah hatinya. Nabi Shallahu‟alaihi wa
sallam bersabda:”Tidaklah anak itu lahir
melainkan dalam keadaan fitrah, kedua
orangtuanya lah yangmenjadikan mereka
Yahudi, Nashrani, atau Majusi.” (HR.
Bukhori)Bahwa makhluk tersebut tidak muncul
begitu saja secara kebetulan, karena segala
sesuatuyang wujud pasti ada yang
mewujudkan yang tidak lain adalah Allah,
Tuhan semesta alam.Allah berfirman,”Apakah
mereka diciptakan tanpa sesuatupun ataukah
mereka yang menciptakan (dirimereka
sendiri)?” (QS. Ath-Thur: 35)Maksudnya, tidak
mungkin mereka tercipta tanpa ada yang
menciptakan dan tidak mungkinmereka mampu
menciptakan dirinya sendiri.