Jelaskan latar belakang terjadinya rengas dengklok
suke251
Latar Belakang Peristiwa Rengasdengklok Pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang menyerah kepada Sekutu. Tentara dan Angkatan Laut Jepang masih berkuasa di Indonesia karena Jepang telah berjanji akan mengembalikan kekuasaan di Indonesia ke tangan Sekutu. Sutan Sjahrir, Wikana, Darwis, dan Chaerul Saleh mendengar kabar ini melalui radio BBC. Setelah mendengar Jepang bakal bertekuk lutut, golongan muda mendesak golongan tua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun golongan tua tidak ingin terburu-buru. Mereka tidak menginginkan terjadinya pertumpahan darah pada saat proklamasi. Golongan muda berpendapat PPKI adalah sebuah badan yang dibentuk oleh Jepang. Mereka menginginkan kemerdekaan atas usaha bangsa kita sendiri, bukan pemberian Jepang. Perbedaan Perspektif a. Golongan tua: Kelompok nasionalis golongan tua yang mengambil strategi kooperasi terhadap pemerintah jepang. Kelompok ini bersifat hati-hati dalam mencemati masalah kemerdekaan. Mereka berpendapat bahwa kemerdekaan harus dilaksanakan sesuai dengan persetujuan perjanjian dengan Jepang. Mereka tidak mau melanggar perjanjian itu karena akan terjadi pertumpahan darah. Selain itu, mereka juga mengetahui bahwa jepang di beri tugas oleh sekutu untuk mempertahankan status Quo di Indonesia. Beberapa tokoh golongan tua antara lain: Moh.Yamin, Kihajar Dewantoro, Kyai Haji Mansyur, Dr.Buntara, dan Mr.Iwa Kusuma Sumantri. b. Golongan Muda: Kelompok Nasionalisme golongan muda yang anti Jepang dan anti Fasis. Golongan muda bersikap agresif. Mereka menginginkan proklamasi kemerdekaan secepatnya dilaksanakan sebelum sekutu mengambil kekuasaan dari Jepang. Para pemuda menginginkankan proklamasi kemerdekaan lepas dari pengaruh Jepang. Kemerdekaan Indonesia hanya dapat dan harus dilaksanakan oleh bangsa Indonesia sendiri bukan sebagai hadiah dari jepang. Beberapa tokoh yang berperan mempercepat kemerdekaan adalah: Sukarni, Adam Malik, Dr. Muwardi, Wikana, Chaerul Shaleh, M.M. Drah Pandu Wiguna dan syarif Thayeb.
Jepang menyerah kepada Sekutu.
Tentara dan Angkatan Laut Jepang
masih berkuasa di Indonesia
karena Jepang telah berjanji akan
mengembalikan kekuasaan di
Indonesia ke tangan Sekutu. Sutan
Sjahrir, Wikana, Darwis, dan
Chaerul Saleh mendengar kabar ini
melalui radio BBC. Setelah
mendengar Jepang bakal bertekuk
lutut, golongan muda mendesak
golongan tua untuk segera
memproklamasikan kemerdekaan
Indonesia. Namun golongan tua
tidak ingin terburu-buru. Mereka
tidak menginginkan terjadinya
pertumpahan darah pada saat
proklamasi. Golongan muda
berpendapat PPKI adalah sebuah
badan yang dibentuk oleh Jepang.
Mereka menginginkan
kemerdekaan atas usaha bangsa
kita sendiri, bukan pemberian
Jepang.
Perbedaan Perspektif
a. Golongan tua: Kelompok
nasionalis golongan tua yang
mengambil strategi kooperasi
terhadap pemerintah jepang.
Kelompok ini bersifat hati-hati
dalam mencemati masalah
kemerdekaan. Mereka
berpendapat bahwa kemerdekaan
harus dilaksanakan sesuai dengan
persetujuan perjanjian dengan
Jepang. Mereka tidak mau
melanggar perjanjian itu karena
akan terjadi pertumpahan darah.
Selain itu, mereka juga
mengetahui bahwa jepang di beri
tugas oleh sekutu untuk
mempertahankan status Quo di
Indonesia. Beberapa tokoh
golongan tua antara lain:
Moh.Yamin, Kihajar Dewantoro,
Kyai Haji Mansyur, Dr.Buntara, dan
Mr.Iwa Kusuma Sumantri. b. Golongan Muda: Kelompok
Nasionalisme golongan muda
yang anti Jepang dan anti Fasis.
Golongan muda bersikap agresif. Mereka menginginkan proklamasi
kemerdekaan secepatnya
dilaksanakan sebelum sekutu
mengambil kekuasaan dari Jepang. Para pemuda menginginkankan
proklamasi kemerdekaan lepas
dari pengaruh Jepang. Kemerdekaan Indonesia hanya
dapat dan harus dilaksanakan oleh
bangsa Indonesia sendiri bukan
sebagai hadiah dari jepang. Beberapa tokoh yang berperan
mempercepat kemerdekaan
adalah: Sukarni, Adam Malik, Dr. Muwardi, Wikana, Chaerul Shaleh,
M.M. Drah Pandu Wiguna dan syarif Thayeb.