Jelaskan jalannya peperangan didaerah maluku untuk melawan Portugis dan Belanda?
Farisi1997 Perlawanan Rakyat Maluku Terhadap Portugis Bangsa Portugis kali pertama mendarat di Maluku, terutama di Kerajaan Ternate pada tahun 1511, setelah mereka menguasai Kerajaan Malaka. Kedatangan Portugis di Maluku berikutnya pada tahun 1513 bertujuan menjalin kerja sama di bidang perdagangan, terutama rempah-rempah, dengan Kerajaan Ternate, Tidore, Bacan, dan beberapa kerajaan kecil di sekitarnya. Hubungan kerja sama di bidang perdagangan antara rakyat Maluku dengan Portugis pada saat itu dapat berjalan dengan baik. Akan tetapi, Ternate merasa dirugikan oleh Portugis karena keserakahannya dalam memperoleh keuntungan melalui usaha monopoli perdagangan rempah-rempah. Pada tahun 1533, Sultan Ternate menyerukan kepada seluruh rakyat Maluku, Papua/Irian, dan Jawa agar membantu Ternate untuk mengusir Portugis di Maluku. Perlawanan tersebut berakhir dengan perundingan damai dan bangsa Portugis masih diberi kesempatan untuk bertempat tinggal sementara di Ternate. Pada tahun 1570, rakyat Ternate yang dipimpin oleh Sultan Hairun dapat kembali melakukan perlawanan terhadap bangsa Portugis yang masih berusaha untuk menguasai perdagangan. Namun, Sultan Hairun dapat diperdaya Portugis hingga akhirnya tewas terbunuh di dalam benteng Duurstede. Perlawanan rakyat Maluku terhadap Portugis selanjutnya dipimpin oleh Sultan Baabullah pada tahun 1574. Perlawanan rakyat Ternate kali ini berhasil dan bangsa Portugis diusir yang kemudian bermukim di Pulau Timor.
Bangsa Portugis kali pertama mendarat di Maluku, terutama di Kerajaan Ternate pada tahun 1511, setelah mereka menguasai Kerajaan Malaka. Kedatangan Portugis di Maluku berikutnya pada tahun 1513 bertujuan menjalin kerja sama di bidang perdagangan, terutama rempah-rempah, dengan Kerajaan Ternate, Tidore, Bacan, dan beberapa kerajaan kecil di sekitarnya. Hubungan kerja sama di bidang perdagangan antara rakyat Maluku dengan Portugis pada saat itu dapat berjalan dengan baik. Akan tetapi, Ternate merasa dirugikan oleh Portugis karena keserakahannya dalam memperoleh keuntungan melalui usaha monopoli perdagangan rempah-rempah.
Pada tahun 1533, Sultan Ternate menyerukan kepada seluruh rakyat Maluku, Papua/Irian, dan Jawa agar membantu Ternate untuk mengusir Portugis di Maluku. Perlawanan tersebut berakhir dengan perundingan damai dan bangsa Portugis masih diberi kesempatan untuk bertempat tinggal sementara di Ternate.
Pada tahun 1570, rakyat Ternate yang dipimpin oleh Sultan Hairun dapat kembali melakukan perlawanan terhadap bangsa Portugis yang masih berusaha untuk menguasai perdagangan. Namun, Sultan Hairun dapat diperdaya Portugis hingga akhirnya tewas terbunuh di dalam benteng Duurstede. Perlawanan rakyat Maluku terhadap Portugis selanjutnya dipimpin oleh Sultan Baabullah pada tahun 1574. Perlawanan rakyat Ternate kali ini berhasil dan bangsa Portugis diusir yang kemudian bermukim di Pulau Timor.