Jelaskan bentuk-bentuk kepedulian bangsa indonesia terhadap masalah internasional
Margaretha Namun dalam praktiknya semboyan tersebut sangat sulit diwujudkan dalam beberapa kasus karena beberapa faktor. Pertama, dilihat dari perspektif pemikiran realis klasik, kepentingan nasional menjadi acuan utama hubungan antara negara. Karena itu, sekeras apapun upaya Indonesia untuk “berkawan” dengan seribu negara tidak akan memberikan efek positif bagi kredibilitas internasional Indonesia, utamanya kalau negara yang “diajak berkawan” itu tidak melihat ada prospek untuk mendapatkan manfaat strategik dari “pertemanan” dengan Indonesia. Kedua, telah diketahui oleh umum bahwa keanggotaan Indonesia dalam G20 adalah manifestasi dari apresiasi negara-negara maju terhadap peran internasional Indonesia dan kemajuan dalam pembangunan ekonominya. Keberadaan Indonesia di forum itu adalah juga bagian dari upaya untuk “berkawan” dengan sebanyak mungkin negara. Tetapi publik di dalam negeri Indonesia belum merasakan hasil optimal dari keberadaan Indonesia di forum itu. Bahkan muncul kritik bahwa keberadaan Indonesia di forum itu hanyalah untuk tujuan pencitraan pemerintah SBY. Di forum G20 tahun 2010 lalu, Presiden mengatakan bahwa Indonesia akan memainkan peran dalam arsitektur ekonomi global di masa depan. Indonesia akan menjadi “world power” dalam jangka waktu 10 hingga 15 tahun. Pernyataan demikian dinilai ambisius, karena untuk menjadi kekuatan dunia, negara harus memiliki keseimbangan antara kekuatan militer dan ekonomi. Indonesia jelas tidak memiliki kualifikasi itu. Ketiga, gagasan Bali Democracy Forum memang bagus dan ini adalah bukti komitmen Indonesia untuk ikut mendukung proses pengembangan demokrasi di negara-negara lain dan mencari kawan sebanyak mungkin.Tetapi forum ini bisa menjadi ajang bagi negara-negara lain untuk menyaksikan kemunduran dalam proses demokrasi di Indonesia jika Indonesia gagal memperlihatkan praktik terbaiknya dalam berdemokrasi di forum itu. Keempat, Indonesia adalah bagian dari kerja sama regional dan percaya bahwa kerjasama regional itu akan membawa pada perluasan dan penguatan hubungan internasional Indonesia. Tahun 2010 menyaksikan keterlibatan Indonesia secara ekstensif dalam proses regional, baik itu APEC, ARF, KTT Asia Timur maupun ASEAN Plus. Menlu Marty Natalegawa mengatakan bahwa keterlibatan Indonesia dalam proses itu akan memandu arah hubungan luar negeri Indonesia di kawasan. Sebagai salah satu negara kunci di Asia Tenggara dan sebagai ketua ASEAN tahun 2011, Indonesia dituntut tampil optimal dalam proses regional tersebut. Tetapi peran demikian hanya dapat dilakukan jika Indonesia memperlihatkan kemajuan berarti dalam proses demokrasi dan menjaga stabilitas dalam negeri. Kegagalan dalam proses tersebut bukan hanya akan membuat citra Indonesia menjadi buruk di forum-forum tersebut, tetapi juga akan membuat peran regionalnya menjadi tidak maksimal, karena Indonesia akan terbebani dan lebih berorientasi pada persoalan-persoalan domestik. Singkatnya, Indonesia bisa terjebak dalam semboyan “seribu teman tanpa musuh” jika dalam praktiknya Indonesia justru dinilai tidak produktif dalam kerjasama regional. Kelima, hingga pertengahan 2010 Indonesia terus memprakarsai interfaith dialog. Untuk Indonesia, ide itu bukan hanya untuk mencari kawan sebanyak mungkin, tetapi juga untuk membantu menjaga kerukunan antar umat baik pada level nasional maupun global.Tetapi proses demikian akan kontra produktif jika Indonesia gagal membangun kerukunan antar umat di level domestiknya.
4 votes Thanks 6
Rjulianto
Ikut serta membantu negara-negara yang membutuhkan seperti halnya kesehatan sperti tenaga medis yang di kirimkan ke negara timur tengah. dalam hal pangan seperti beras, yang pada saat itu Indonesia mengirimkan 100 ton beras ke India. lalu dalam hal politik Indonesia juga turut berperan aktif dalam organisasi PBB. juga bidang lain seperti ekonomi dan lain sebagainya.
Namun dalam praktiknya semboyan tersebut sangat sulit diwujudkan dalam beberapa kasus karena beberapa faktor. Pertama, dilihat dari perspektif pemikiran realis klasik, kepentingan nasional menjadi acuan utama hubungan antara negara. Karena itu, sekeras apapun upaya Indonesia untuk “berkawan” dengan seribu negara tidak akan memberikan efek positif bagi kredibilitas internasional Indonesia, utamanya kalau negara yang “diajak berkawan” itu tidak melihat ada prospek untuk mendapatkan manfaat strategik dari “pertemanan” dengan Indonesia.
Kedua, telah diketahui oleh umum bahwa keanggotaan Indonesia dalam G20 adalah manifestasi dari apresiasi negara-negara maju terhadap peran internasional Indonesia dan kemajuan dalam pembangunan ekonominya. Keberadaan Indonesia di forum itu adalah juga bagian dari upaya untuk “berkawan” dengan sebanyak mungkin negara.
Tetapi publik di dalam negeri Indonesia belum merasakan hasil optimal dari keberadaan Indonesia di forum itu. Bahkan muncul kritik bahwa keberadaan Indonesia di forum itu hanyalah untuk tujuan pencitraan pemerintah SBY. Di forum G20 tahun 2010 lalu, Presiden mengatakan bahwa Indonesia akan memainkan peran dalam arsitektur ekonomi global di masa depan. Indonesia akan menjadi “world power” dalam jangka waktu 10 hingga 15 tahun. Pernyataan demikian dinilai ambisius, karena untuk menjadi kekuatan dunia, negara harus memiliki keseimbangan antara kekuatan militer dan ekonomi. Indonesia jelas tidak memiliki kualifikasi itu.
Ketiga, gagasan Bali Democracy Forum memang bagus dan ini adalah bukti komitmen Indonesia untuk ikut mendukung proses pengembangan demokrasi di negara-negara lain dan mencari kawan sebanyak mungkin.Tetapi forum ini bisa menjadi ajang bagi negara-negara lain untuk menyaksikan kemunduran dalam proses demokrasi di Indonesia jika Indonesia gagal memperlihatkan praktik terbaiknya dalam berdemokrasi di forum itu.
Keempat, Indonesia adalah bagian dari kerja sama regional dan percaya bahwa kerjasama regional itu akan membawa pada perluasan dan penguatan hubungan internasional Indonesia. Tahun 2010 menyaksikan keterlibatan Indonesia secara ekstensif dalam proses regional, baik itu APEC, ARF, KTT Asia Timur maupun ASEAN Plus. Menlu Marty Natalegawa mengatakan bahwa keterlibatan Indonesia dalam proses itu akan memandu arah hubungan luar negeri Indonesia di kawasan. Sebagai salah satu negara kunci di Asia Tenggara dan sebagai ketua ASEAN tahun 2011, Indonesia dituntut tampil optimal dalam proses regional tersebut.
Tetapi peran demikian hanya dapat dilakukan jika Indonesia memperlihatkan kemajuan berarti dalam proses demokrasi dan menjaga stabilitas dalam negeri. Kegagalan dalam proses tersebut bukan hanya akan membuat citra Indonesia menjadi buruk di forum-forum tersebut, tetapi juga akan membuat peran regionalnya menjadi tidak maksimal, karena Indonesia akan terbebani dan lebih berorientasi pada persoalan-persoalan domestik. Singkatnya, Indonesia bisa terjebak dalam semboyan “seribu teman tanpa musuh” jika dalam praktiknya Indonesia justru dinilai tidak produktif dalam kerjasama regional.
Kelima, hingga pertengahan 2010 Indonesia terus memprakarsai interfaith dialog. Untuk Indonesia, ide itu bukan hanya untuk mencari kawan sebanyak mungkin, tetapi juga untuk membantu menjaga kerukunan antar umat baik pada level nasional maupun global.Tetapi proses demikian akan kontra produktif jika Indonesia gagal membangun kerukunan antar umat di level domestiknya.