Jelaskan apa yang dimaksud sejarah sebagai peristiwa?
LiaUnggulanSejarah sebagai peristiwa Sejarah adalah peristiwa yg terjadi pada masa lampau sejarah sebagai peristiwa merupakan sejarah sebagaimana terjadinya (historie realite). Tidak semua peristiwa di masalalu dianggap sebagai sejarah. Sutu peristiwa dianggap sebagai peristiwa jika peristiwa itu dapat dikaitkan dengan peristiwa yg lain sebagai bagian dari proses atau dinamika dalam suatu konteks historis. Antara peristiwa-peristiwa itu terdapat hubungan sebab akibat. Penyebab merupakan hal yg menyebabkan suatu peristiwa dapat terjadi Kesinambungan antara peristiwa yg satu ke peristiwa yg lain dalam hubungan sebab akibat terdapat dalam konteks waktu,pelaku,dan tempat. Sejarah sebagai peristiwa Pada dasarnya adalah objektif ojektivitas sejarah sebagai peristiwa pada fakta yg berkaitan dengan peristiwa-peristiwa yg benar-benar terjadi. Sejarah sebagai kisah Ada kemungkinan sejarah sebagai kisah bersifat subjektif subjektivitasnya terletak pada bagaimana sejarah tersebut diturunkan atau duceritakan oleh seseorang Factor kepentingan terlihat dari cara seseorang menuturkan kisah sejarahnya. Factor kelompok social yg dimiliki si penutur ejarah juga dapat mempengaruhi cara penulisan sejarah.
Dalam mempelajari sejarah, salah satu manfaat yang dapat kita peroleh ialah manfaat pendidikan. Dari manfaat ini maka kita sering mendengar ucapan “Belajarlah dari sejarah” atau “Sejarah mengajarkan kepada kita” atau “Perhatikanlah pelajaran-pelajaran yang diberikan oleh sejarah”. Dengan demikian, persoalan “belajar dari sejarah” ini menyangkut diktum “L’historie se repete” atau sejarah berulang. Maka kita bertanya : “Benarkah sejarah berulang?” Secara sepintas kita cenderung untuk menjawab dengan tegas “tidak”. Dengan alasan bahwa tidak ada peristiwa yang dapat terjadi lagi. Perlawanan Pattimura 1817; Perlawanan Kaum Paderi (1821-1838), Perlawanan Diponegoro (1825-1830); Perlawanan Bali (1846-1905), Perlawanan Aceh (1871-1904), dan perlawananperlawanan daerah yang lain, demikian juga Proklamasi 17 Agustus 1945 tidak akan terjadi lagi, tidak akan terulang lagi. Semua ini sesuai dengan diktum Geschiste ist einmalig atau sejarah hanya terjadi sekali saja. Jadi, sejarah sebagai peristiwa yang tidak mungkin terulang lagi (einmalig = terjadi sekali saja). Dengan kata lain, sejarah sebagai peristiwa, hanya sekali terjadi (einmalig).
Sejarah sebagai peristiwa Pada dasarnya adalah objektif ojektivitas sejarah sebagai peristiwa pada fakta yg berkaitan dengan peristiwa-peristiwa yg benar-benar terjadi.
Sejarah sebagai kisah Ada kemungkinan sejarah sebagai kisah bersifat subjektif subjektivitasnya terletak pada bagaimana sejarah tersebut diturunkan atau duceritakan oleh seseorang Factor kepentingan terlihat dari cara seseorang menuturkan kisah sejarahnya. Factor kelompok social yg dimiliki si penutur ejarah juga dapat mempengaruhi cara penulisan sejarah.
Dalam mempelajari sejarah, salah satu manfaat yang dapat kita peroleh
ialah manfaat pendidikan. Dari manfaat ini maka kita sering mendengar ucapan
“Belajarlah dari sejarah” atau “Sejarah mengajarkan kepada kita” atau “Perhatikanlah
pelajaran-pelajaran yang diberikan oleh sejarah”. Dengan demikian, persoalan
“belajar dari sejarah” ini menyangkut diktum “L’historie se repete” atau sejarah
berulang. Maka kita bertanya : “Benarkah sejarah berulang?”
Secara sepintas kita cenderung untuk menjawab dengan tegas “tidak”.
Dengan alasan bahwa tidak ada peristiwa yang dapat terjadi lagi. Perlawanan
Pattimura 1817; Perlawanan Kaum Paderi (1821-1838), Perlawanan
Diponegoro (1825-1830); Perlawanan Bali (1846-1905), Perlawanan Aceh
(1871-1904), dan perlawananperlawanan
daerah yang lain, demikian
juga Proklamasi 17 Agustus
1945 tidak akan terjadi lagi, tidak
akan terulang lagi. Semua ini sesuai
dengan diktum Geschiste ist einmalig
atau sejarah hanya terjadi sekali saja.
Jadi, sejarah sebagai peristiwa
yang tidak mungkin terulang lagi (einmalig
= terjadi sekali saja). Dengan
kata lain, sejarah sebagai peristiwa,
hanya sekali terjadi (einmalig).