Ini sambungan cerpen penulis terkenal
”Ampuni Kanda, Adindaku tercinta.”
”Sudah, tak usah obral rayuan gombal. Gimana dengan nama penaku?”
”Bagaimana kalau nama belakang diikuti nama ayah, jadinya … Reka Sutardi!”
”Aku gak mau. Nama ayah gak keren!”
Sore baru saja datang, ketika Reka yang membawa selembar kertas duduk di samping Reki yang sedang serius membaca majalah olahraga.
”Mas, ini nih, biodata yang baru saja kubuat. Dibaca ya, trus dikritisi.”
”Ini biodata untuk apa? Kok prestasi menang menggambar waktu TK juga kamu tulis?”
“Ya biodata untuk bukuku, Mas. Gimana, sih.”
Reki mengerutkan kening. “Bukannya prestasi yang berkaitan ama menulis saja yang perlu kamu cantumkan?”
“Nggak apa-apa kan, malah lebih bagus, biar pembaca bisa merasa lebih dekat denganku.”
“Oh, begitu, ya.” Reki pun memilih untuk mengalah kemudian meneruskan membaca biodata yang dibuat Reka.
Baru beberapa kalimat, tiba-tiba Reki teringat sesuatu. “Eh, ngomong-omong, tulisantulisanmu sudah dimuat di berapa media sih, kok sudah mau dibukukan?”
“Eng … belum satu pun.”
Reki terkejut juga mendengar jawaban adiknya. Namun ada pemikiran lain muncul di otaknya. Mungkin Reka Cuma belum mujur. “Padahal kamu sudah nulis banyak, ya? Kamu sudah menulis berapa cerpen? Puisi? Atau novel? Mau gak kalau Mas bantuin cari penerbit? Bawa sini tulisan-tulisanmu biar Mas Reki lihat.”
Reka menjawab lirih, terlihat malu-malu. ”Aku kan belum menulis satu pun.”
“Haaa!!!” Kali ini keterkejutan itu memuncak. Reki melongo selebar-lebarnya. ”Jadi, kemarin-kemarin ribut-ribut bikin foto close up, terus bikin nama pena, membuat biodata … untuk apa?”
Reka merengut. ”Untuk persiapan, dong. Kalau tiba-tiba Reka harus punya buku dan belum punya foto, nama pena ama biodata yang oke bisa-bisa para penggemar Reka kabur dan tidak tertarik lagi. Trus kalau sekali nulis langsung menang lomba trus diwawancarai ama banyak wartawan … gimana hayo?”
Reki spontan menepuk keningnya sembari menggeleng-gelengkan kepala. Reki bingung sendiri. Proses untuk menjadi penulis, setahu Reki adalah dengan banyak membaca, menulis, lalu mengirim ke berbagai media, di samping terus mengikuti lomba-lomba penulisan. Sementara Reka? Memangnya selama ini Reka baca buku panduan menjadi penulis hebat yang mana, ya? Meski dengan lemas dan semangat mendukung, Reka yang sudah menguap habis, Reki masih sempat juga memberi nasihat. “Untuk jadi penulis, kamu harus menulis yang banyak dong, Reka.”
“Beres, Mas. Itu sih wajib, ntar juga Reka kerjain.”
Sumber: Nadia dkk. The Story of Jomblo. 2005
pertanyaan
1. siapa sajakah tokoh dalam cerpen tersebut?
2. jelaskan watak masing-masing tokoh!
3. apa amanat yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca?
2. semangat , tidak putus asa kalau reki suka menasehati
3. jangan putus asa dalam apa yang sedang di hadapi . tetap konsisten dan berpendirian...