Hal yang patut kita teladani dari kisah nabi nuh as
razaq08
Kita mesti bersabar dan tabah,serta meneguhkan kepercayaan kita kepada Allah SWT.
2 votes Thanks 7
Pahrul100
Nabi Nuh AS tinggal di tengah-tengah kaumnya selama kira-kira 950 tahun dan masih hidup sepeninggal mereka selama waktu yang dikehendaki Allah SWT. Beliau termasuk salah seorang rasul yang disebut Ulul ‘Azmi dan salah satu dari lima nabi yang diharapkan syafaatnya pada hari kiamat. Nabi Nuh AS juga merupakan rasul Allah SWT yang pertama diutus kepada umat manusia dan beliau bapak kedua manusia sesudah Nabi Adam AS. Semoga Allah SWT melimpahkan shalawat dan salam kepada beliau dan kepada para nabi seluruhnya.Dari kisah Nabi Nuh AS dapat kita ambil beberapa faedah, antara lain:
Pertama, seluruh dakwah nabi dan rasul sejak Nuh AS sampai Muhammad n adalah satu, yaitu menyeru umat manusia untuk bertauhid yang murni dan melarang mereka dari berbuat syirik. Nabi Nuh AS dan yang lainnya selalu mendahulukan dakwah mereka dengan menyerukan:“Beribadahlah kalian hanya kepada Allah. Tidak ada sesembahan bagi kalian selain Dia.” (al-A’raf: 59)Mereka senantiasa mengulang-ulang seruan yang utama ini dengan berbagai cara.
Kedua, dalam kisah ini terdapat adab berdakwah dan hal-hal yang menyempurnakannya. Kita lihat dalam kisah ini, Nabi Nuh AS berdakwah mengajak umatnya siang malam, sembunyi-sembunyi dan terang-terangan, dalam setiap kesempatan dan keadaan yang memungkinkan berhasilnya dakwah. Beliau membangkitkan keinginan mereka dalam meraih pahala di dunia dengan keselamatan dari siksa, bersenang-senang dengan harta dan anak-anak, serta limpahan rezeki seandainya mereka beriman, begitu juga dengan pahala di akhirat. Beliau mengingatkan umatnya agar menjauhi syirik dengan bersabar dalam menyampaikan dakwah ini dengan kesabaran yang demikian hebat seperti juga rasul-rasul lainnya. Beliau ajak kaumnya berbicara dengan kalimat-kalimat yang lembut dan penuh kasih sayang, dengan segala ungkapan yang dapat menyentuh hati serta beliau paparkan berbagai bukti tanda kekuasaan Allah SWT.
Ketiga, sesungguhnya syubhat-syubhat (kerancuan) yang dilontarkan oleh musuh-musuh para rasul terhadap risalah yang mereka bawa, justru merupakan dalil yang sangat jelas tentang batilnya ucapan-ucapan para pendusta itu sendiri. Karena sesungguhnya apa yang mereka katakan tidak ada yang lain lagi kecuali itu, sama sekali tidak memiliki nilai keilmiahan dan tidak ada artinya bagi orang yang berakal. Maka perkataan mereka seperti yang dikisahkan oleh Allah SWT:“Kami tidak melihat orang-orang yang mengikuti kamu, melainkan orang-orang yang hina-dina di antara kami yang lekas percaya saja, dan kami tidak melihat kamu memiliki sesuatu kelebihan apa pun atas kami, bahkan kami yakin bahwa kamu adalah orang-orang yang dusta.” (Hud: 27)
Pertama, seluruh dakwah nabi dan rasul sejak Nuh AS sampai Muhammad n adalah satu, yaitu menyeru umat manusia untuk bertauhid yang murni dan melarang mereka dari berbuat syirik. Nabi Nuh AS dan yang lainnya selalu mendahulukan dakwah mereka dengan menyerukan:“Beribadahlah kalian hanya kepada Allah. Tidak ada sesembahan bagi kalian selain Dia.” (al-A’raf: 59)Mereka senantiasa mengulang-ulang seruan yang utama ini dengan berbagai cara.
Kedua, dalam kisah ini terdapat adab berdakwah dan hal-hal yang menyempurnakannya. Kita lihat dalam kisah ini, Nabi Nuh AS berdakwah mengajak umatnya siang malam, sembunyi-sembunyi dan terang-terangan, dalam setiap kesempatan dan keadaan yang memungkinkan berhasilnya dakwah. Beliau membangkitkan keinginan mereka dalam meraih pahala di dunia dengan keselamatan dari siksa, bersenang-senang dengan harta dan anak-anak, serta limpahan rezeki seandainya mereka beriman, begitu juga dengan pahala di akhirat. Beliau mengingatkan umatnya agar menjauhi syirik dengan bersabar dalam menyampaikan dakwah ini dengan kesabaran yang demikian hebat seperti juga rasul-rasul lainnya. Beliau ajak kaumnya berbicara dengan kalimat-kalimat yang lembut dan penuh kasih sayang, dengan segala ungkapan yang dapat menyentuh hati serta beliau paparkan berbagai bukti tanda kekuasaan Allah SWT.
Ketiga, sesungguhnya syubhat-syubhat (kerancuan) yang dilontarkan oleh musuh-musuh para rasul terhadap risalah yang mereka bawa, justru merupakan dalil yang sangat jelas tentang batilnya ucapan-ucapan para pendusta itu sendiri. Karena sesungguhnya apa yang mereka katakan tidak ada yang lain lagi kecuali itu, sama sekali tidak memiliki nilai keilmiahan dan tidak ada artinya bagi orang yang berakal. Maka perkataan mereka seperti yang dikisahkan oleh Allah SWT:“Kami tidak melihat orang-orang yang mengikuti kamu, melainkan orang-orang yang hina-dina di antara kami yang lekas percaya saja, dan kami tidak melihat kamu memiliki sesuatu kelebihan apa pun atas kami, bahkan kami yakin bahwa kamu adalah orang-orang yang dusta.” (Hud: 27)
semoga membantu.