suryaningsih15
Menerjemahkan fotografi menjadi sebuah karya cat air di atas kertas, atau dengan medium lainnya apapun itu, pada prinsipnya adalah masalah menafsirkan cahaya, masalah gelap-terang. Fotografi kadang-kadang disebut juga sebagai sebuah seni ‘melukis dengan cahaya’. Seperti mata kita, lensa kamera adalah alat optik dan fungsinya hanya satu: menangkap pantulan cahaya. Tentu saja lensa kamera tidak berpikir seperti kita. Ia tidak tahu dan tidak peduli tentang fakta bahwa bentuk di dalam gambar adalah seraut wajah, wajah itu sedang tersenyum, memakai topi, lalu di sampingnya ada sebatang pohon, dan sebagainya. Lensa kamera hanya menangkap pantulan cahaya tersebut dan menghasilkan sebuah citra. Dalam pakem seni lukis tradisional Venezia, seni mengkomposisi gelap-terang dalam lukisan disebut chiaroscuro. Dalam langgam realisme, seorang pelukis harus mengulang-ulang kasus gelap-terang di banyak karya sampai ia mencapai sebuah skill dan kepekaan tertentu soal gelap-terang. Hal ini penting karena penempatan gelap-terang yang tepat akan membangun sebuah ilusi tiga dimensi yang meyakinkan. Dalam melukis secara fotografis, pada tahap pertama ada baiknya kita untuk sejenak berpura-pura ‘menjadi lensa kamera’. Tidak usah pedulikan bentuk apapun yang ada di dalamnya. Tidak usah pedulikan apakah itu wajah, hidung, bibir, topi, pohon, dan sebagainya. Lihatlah foto yang akan kita gambar semata-mata sebagai bidang-bidang, petak-petak dengan gelap-terang yang berbeda-beda. Contohnya seperti foto sebuah topeng kuno peninggalaan