Penyakit polio disebabkan oleh polio virus yang umumnya masuk melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi dengan tinja yang mengandung virus tersebut. Sama halnya seperti cacar, polio hanya menjangkiti manusia. Dalam tubuh manusia, virus polio menjangkiti tenggorokan dan usus. Selain melalui kotoran, virus polio juga bisa menyebar melalui tetesan cairan yang keluar saat penderitanya batuk atau bersin. Dalam beberapa kondisi, infeksi virus ini dapat menyebar ke aliran darah dan menyerang sistem saraf.
Imunisasi atau pemberian vaksin polio dapat meminimalisasi terjangkit virus polio. Anak-anak, wanita hamil dan orang yang sistem kekebalan tubuhnya lemah, sangat rentan terkena virus polio jika di daerah mereka tidak mengikuti program imunisasi atau tidak memiliki sistem sanitasi yang bersih dan baik.
Orang-orang yang belum divaksinasi akan memiliki tingkat risiko terjangkit polio yang tinggi jika melakukan atau mengalami hal-hal seperti berikut ini.
Tinggal serumah dengan penderita polio.
Sistem kekebalan tubuh yang menurun.
Bepergian ke daerah di mana polio masih kerap terjadi.
Telah melakukan operasi pengangkatan amandel.
Diagnosis dan Pengobatan Polio
Diagnosis awal polio dapat dilakukan dengan menanyakan gejala yang dialami pasien, apakah telah diberikan vaksin polio sebelumnya atau melakukan kontak dengan penderita polio, dan melalui pemeriksaan fisik. Pemeriksaan sampel cairan serebrospinal, tinja, atau lendir akan dilakukan untuk memastikan hasil diagnosis.
Belum ada pengobatan yang dapat menyembuhkan polio jika virus polio sudah menjangkiti seseorang. Namun ada beberapa hal yang bisa dilakukan sebagai perawatan pendukung untuk mencegah komplikasi dan membuat penderita merasa lebih nyaman, seperti terapi fisik untuk mencegah hilangnya fungsi otot, obat pereda nyeri, pola makan yang bernutrisi, istirahat yang cukup, dan alat bantu pernapasan jika diperlukan. Lamanya pengobatan tergantung dari tingkat keparahan infeksi virus yang masuk dan menyerang tubuh.
Komplikasi Polio
Kecacatan, kelainan bentuk kaki dan pinggul, serta kelumpuhan sementara atau permanen dapat terjadi akibat polio paralisis. Walaupun operasi dan terapi fisik bisa dilakukan untuk mengatasi kelainan bentuk pada persendian, tindakan ini tidak disarankan bagi penderita yang berada di lingkungan polio aktif karena dapat mengakibatkan potensi disabilitas seumur hidup.
Pencegahan Polio
Meskipun telah dinyatakan sebagai negara bebas polio oleh WHO, tidak menutup kemungkinan bahwa virus ini masih bisa muncul kembali di Indonesia. Hal ini dapat terjadi apabila orang yang terjangkit polio dari negara lain memasuki Indonesia, dan menularkan virus ini kepada orang lainnya.
Maka dari itu, langkah pencegahan melalui vaksinasi masih sangat penting dilakukan. Hal ini bertujuan untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit polio seumur hidup, terutama pada anak-anak.
Anak-anak harus diberikan empat dosis vaksin polio tidak aktif, yaitu pada saat mereka berusia 2 bulan, 4 bulan, antara 6 – 18 bulan, dan yang terakhir adalah pada usia antara 4 - 6 tahun.
Vaksin polio dengan virus tidak aktif memiliki kemungkinan mendekati 100 persen untuk secara efektif mencegah polio setelah tiga kali penyuntikan, dan aman bagi orang yang sistem kekebalan tubuhnya lemah. Efek samping yang umumnya terjadi setelah pemberian suntikan adalah rasa sakit dan kemerahan pada titik penyuntikan.
Orang dewasa yang harus mendapatkan serangkaian vaksin polio adalah mereka yang belum pernah divaksinasi atau status vaksinasinya tidak jelas.
Dosis vaksinasi polio pada orang dewasa adalah dua dosis pertama dengan jarak waktu antara 4-8 bulan, dan dosis ketiga antara 6-12 bulan setelah pemberian dosis kedua. Selain itu, vaksinasi pada orang dewasa juga dapat dilakukan jika akan berpergian ke negara dengan kasus polio aktif atau berinteraksi dengan penderita polio.
Sebagian orang yang diberikan vaksin polio bisa mengalami alergi. Reaksi alergi yang mungkin terjadi dan biasanya muncul setelah beberapa menit hingga beberapa jam adalah pusing, lemas, tenggorokan bengkak, sulit bernapas, pucat, serak, biduran, dan jantung berdetak kencang. Segera temui dokter jika mengalami gejala alergi setelah suntikan.
Penyakit polio disebabkan oleh polio virus yang umumnya masuk melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi dengan tinja yang mengandung virus tersebut. Sama halnya seperti cacar, polio hanya menjangkiti manusia. Dalam tubuh manusia, virus polio menjangkiti tenggorokan dan usus. Selain melalui kotoran, virus polio juga bisa menyebar melalui tetesan cairan yang keluar saat penderitanya batuk atau bersin. Dalam beberapa kondisi, infeksi virus ini dapat menyebar ke aliran darah dan menyerang sistem saraf.
Imunisasi atau pemberian vaksin polio dapat meminimalisasi terjangkit virus polio. Anak-anak, wanita hamil dan orang yang sistem kekebalan tubuhnya lemah, sangat rentan terkena virus polio jika di daerah mereka tidak mengikuti program imunisasi atau tidak memiliki sistem sanitasi yang bersih dan baik.
Orang-orang yang belum divaksinasi akan memiliki tingkat risiko terjangkit polio yang tinggi jika melakukan atau mengalami hal-hal seperti berikut ini.
Tinggal serumah dengan penderita polio.
Sistem kekebalan tubuh yang menurun.
Bepergian ke daerah di mana polio masih kerap terjadi.
Telah melakukan operasi pengangkatan amandel.
Diagnosis dan Pengobatan Polio
Diagnosis awal polio dapat dilakukan dengan menanyakan gejala yang dialami pasien, apakah telah diberikan vaksin polio sebelumnya atau melakukan kontak dengan penderita polio, dan melalui pemeriksaan fisik. Pemeriksaan sampel cairan serebrospinal, tinja, atau lendir akan dilakukan untuk memastikan hasil diagnosis.
Belum ada pengobatan yang dapat menyembuhkan polio jika virus polio sudah menjangkiti seseorang. Namun ada beberapa hal yang bisa dilakukan sebagai perawatan pendukung untuk mencegah komplikasi dan membuat penderita merasa lebih nyaman, seperti terapi fisik untuk mencegah hilangnya fungsi otot, obat pereda nyeri, pola makan yang bernutrisi, istirahat yang cukup, dan alat bantu pernapasan jika diperlukan. Lamanya pengobatan tergantung dari tingkat keparahan infeksi virus yang masuk dan menyerang tubuh.
Komplikasi Polio
Kecacatan, kelainan bentuk kaki dan pinggul, serta kelumpuhan sementara atau permanen dapat terjadi akibat polio paralisis. Walaupun operasi dan terapi fisik bisa dilakukan untuk mengatasi kelainan bentuk pada persendian, tindakan ini tidak disarankan bagi penderita yang berada di lingkungan polio aktif karena dapat mengakibatkan potensi disabilitas seumur hidup.
Pencegahan Polio
Meskipun telah dinyatakan sebagai negara bebas polio oleh WHO, tidak menutup kemungkinan bahwa virus ini masih bisa muncul kembali di Indonesia. Hal ini dapat terjadi apabila orang yang terjangkit polio dari negara lain memasuki Indonesia, dan menularkan virus ini kepada orang lainnya.
Maka dari itu, langkah pencegahan melalui vaksinasi masih sangat penting dilakukan. Hal ini bertujuan untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit polio seumur hidup, terutama pada anak-anak.
Anak-anak harus diberikan empat dosis vaksin polio tidak aktif, yaitu pada saat mereka berusia 2 bulan, 4 bulan, antara 6 – 18 bulan, dan yang terakhir adalah pada usia antara 4 - 6 tahun.
Vaksin polio dengan virus tidak aktif memiliki kemungkinan mendekati 100 persen untuk secara efektif mencegah polio setelah tiga kali penyuntikan, dan aman bagi orang yang sistem kekebalan tubuhnya lemah. Efek samping yang umumnya terjadi setelah pemberian suntikan adalah rasa sakit dan kemerahan pada titik penyuntikan.
Orang dewasa yang harus mendapatkan serangkaian vaksin polio adalah mereka yang belum pernah divaksinasi atau status vaksinasinya tidak jelas.
Dosis vaksinasi polio pada orang dewasa adalah dua dosis pertama dengan jarak waktu antara 4-8 bulan, dan dosis ketiga antara 6-12 bulan setelah pemberian dosis kedua. Selain itu, vaksinasi pada orang dewasa juga dapat dilakukan jika akan berpergian ke negara dengan kasus polio aktif atau berinteraksi dengan penderita polio.
Sebagian orang yang diberikan vaksin polio bisa mengalami alergi. Reaksi alergi yang mungkin terjadi dan biasanya muncul setelah beberapa menit hingga beberapa jam adalah pusing, lemas, tenggorokan bengkak, sulit bernapas, pucat, serak, biduran, dan jantung berdetak kencang. Segera temui dokter jika mengalami gejala alergi setelah suntikan.