Gaya hidup seseorang ternyata mempengaruhi risiko seseorang terkena osteoporosis. Pola makan, kebiasaan merokok dan minum alkohol, serta aktivitas fisik mempengaruhi tingkat kesehatan tulang seseorang. Mengapa demikian?
" Life is not a problem to be solved but a reality to be experienced! "
© Copyright 2013 - 2024 KUDO.TIPS - All rights reserved.
Ternyata rokok juga bisa mengantarkan pada resiko osteoporosis alias penyakit keropos tulang. Fachry Ambia Tandjung, Ketua Perhimpunan Osteoporosis Indonesia (Perosi) Jawa Barat, mengatakan, perokok sangat rentan terkena osteoporosis, karena zat nikotin di dalamnya mempercepat penyerapan tulang. Selain penyerapan tulang, nikotin juga membuat kadar dan aktivitas hormon estrogen dalam tubuh berkurang sehingga, susunan-susunan sel tulang tidak kuat dalam menghadapi proses pelapukan. Rokok juga membuat penghisapnya bisa mengalami hipertensi, penyakit jantung, dan tersumbatnya aliran darah ke seluruh tubuh. Kalau darah sudah tersumbat proses pembentukan tulang sulit terjadi. Jadi, langsung tidak langsung, nikotin jelas menyebabkan osteoporosis Saat masih berusia muda, efek nikotin pada tulang memang tidak akan terasa karena proses pembentuk tulang masih terus terjadi. Namun, saat melewati umur 35 tahun efek rokok pada tulang akan mulai terasa, karena proses pembentukan pada umur tersebut sudah berhenti. Jadi, apabila tulang terasa lebih mudah ngilu, letih, dan sakit dibanding periode sebelumnya, bisa jadi tubuh anda tengah dimasuki gejala awal penyakit yang telah menimpa lebih 200 juta penduduk dunia tersebut. Orang yang merokok kehilangan ketebalan tulang lebih cepat daripada bukan perokok. Dengan berhenti merokok secara total, membuat esterogen dalam tubuh seseorang tetap beraktifitas dan juga dapat mengeliminasi risiko kehilangan sel pembentuk tulang selama hidup yang mencakup 20%-30% pada pria dan 40%-50% pada wanita Dengan berhenti merokok secara total, membuat esterogen dalam tubuh seseorang tetap beraktifitas dan juga dapat mengeliminasi risiko kehilangan sel pembentuk tulang selama hidup yang mencakup 20%- 30% pada pria dan 40%-50% pada wanita. Minuman yang mengandung alkohol, kafein dan soda berpotensi mengurangi penyerapan kalsium ke dalam tubuh, sehingga jenis minuman tersebut dikategorikan sebagai faktor risiko osteoporosis Minuman beralkohol. Ini berlaku bagi para pecandu minuman keras (alcoholic) atau mereka yang minum lebih dari dua gelas per hari. Minum-minuman keras berlebihan akan mengganggu kesehatan tubuh secara keseluruhan, khususnya proses metabolisme kalsium. Alcohol berlebih dapat menyebabkan luka-luka kecil pada dinding lambung. Dan ini menyebabkan perdarahan yang membuat tubuh kehilangan kalsium (yang ada dalam darah) yang dapat menurunkan massa tulang dan pada gilirannya menyebabkan osteoporosis Kurangnya berolahraga. Olahraga seperti berjalan, jogging, naik turun tangga atau menari dapat meningkatkan keseimbangan dan mengurangi resiko osteoporosis. Banyak orang awan lebih suka minum susu ketimbang olahraga untuk memperkuat tulang. Padahal faktanya olahraga jauh lebih baik dalam membentuk tulang sehat dan kuat, sehingga terhindar dari penyakit keropos tulang. Mungkin karena terbius oleh iklan-iklan susu yang menjanjikan tulang kuat membuat orang lebih suka mengkonsumsi susu daripada olahraga. Susu, dikatakan sumber terbaik penghasil
kalsium yang sangat bermanfaat bagi kesehatan tulang.
Namun, menurut penelitian baru, olahraga ternyata bekerja jauh lebih baik dibanding kalsium dalam hal pembentukan tulang yang sehat dan kuat. Karena itu, aktifitas fisik lebih utama ketimbang minum susu guna menghindari berbagai penyakit tulang, termasuk osteoporosis.