Kepercayaan bangsa Mesir Kuno juga berpengaruh pada pandangan rakyat terhadap penguasanya, yaitu Firaun. Firaun dianggap sebagai keturunan dewa tertinggi. Hal ini lah yang membuat rakyat Mesir Kuno begitu memujanya. Orang Mesir Kuno kemudian membangun piramida yang diperuntukan untuk makam sang Firaun. Orang Mesir Kuno juga percaya dengan mengawetkan jasad Firaun, roh mereka akan tetap hidup bersama masyarakat Mesir Kuno seperti biasanya.
Tidak diketahui kapan agama menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Mesir Kuno. Namun bangsa Mesir Kuno dapat disejajarkan dengan bangsa-bangsa lain dalam kehidupan zaman neolitikum. Bangsa-bangsa yang ada sadar bahwa mereka tidak dapat mengatur kekuatan-kekuatan yang diluar kekuatan jasmani mereka, seperti: mengatur musim kering atau hujan, menghalau terpaan angin, atau menghendaki pasang dan surutnya air laut.
Keadaan ini pula yang mempengaruhi kepercayaan masyarakat Mesir Kuno. Mereka melihat agama sejauh pengaruh sungai dan kekuatan alam di sekitar mereka sebagai proyeksi kekuatan-kekuatan gaib yang mempengaruhi kehidupan mereka. Simbolisme tersebutkemudian muncul sebagai dampak dari proyeksi yang dilakukan masyarakat Mesir Kuno dari apa yang mereka lihat, seperti memproyeksikan burung sebagai kemampuan untuk terbang, singa sebagai lambang kekuatan, atau ular sebagai lambang kecerdasan dan misterius.
Ini pun berpengaruh pada dewa-dewa yang menjadi bagian dari kepercayaan politeisme bangsa Mesir Kuno. Dewa-dewa mereka digambarkan sesuai dengan apa yang mereka simbolisasikan, seperti Sekmet yang diwujudkan berbadan wanita berkepala singa, atau Sobek yang berbadan wanita berkepala buaya. Bangsa Mesir Kuno mengenal banyak dewa-dewi. Dewa-dewi tersebut terbagi atas dua bagian, yaitu dewa-dewi yang bersifat nasional, artinya disembah seluruh rakyat Mesir Kuno. Ada pula dewa-dewi yang bersifat lokal, artinya disembah rakyat Mesir Kuno dari kalangan tertentu dan di wilayah tertentu saja.
Meskipun terbagi menjadi dua, secara umum masyarakat Mesir Kuno memuja dewa-dewa seperti: Amun: raja para dewa, Re: dewa matahari, Shu: dewa udara, Set: dewa gurun, badai, dan bencana, Osiris: dewa hakim di alam baka, Min: dewa kesuburan, Khonsu: dewa bulan, Anubis: dewa kematian, Ma’at: dewi keadilan dan kebenaran.
Kepercayaan bangsa Mesir Kuno juga berpengaruh pada pandangan rakyat terhadap penguasanya, yaitu Firaun. Firaun dianggap sebagai keturunan dewa tertinggi. Hal ini lah yang membuat rakyat Mesir Kuno begitu memujanya. Orang Mesir Kuno kemudian membangun piramida yang diperuntukan untuk makam sang Firaun. Orang Mesir Kuno juga percaya dengan mengawetkan jasad Firaun, roh mereka akan tetap hidup bersama masyarakat Mesir Kuno seperti biasanya.
Tidak diketahui kapan agama menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Mesir Kuno. Namun bangsa Mesir Kuno dapat disejajarkan dengan bangsa-bangsa lain dalam kehidupan zaman neolitikum. Bangsa-bangsa yang ada sadar bahwa mereka tidak dapat mengatur kekuatan-kekuatan yang diluar kekuatan jasmani mereka, seperti: mengatur musim kering atau hujan, menghalau terpaan angin, atau menghendaki pasang dan surutnya air laut.
Keadaan ini pula yang mempengaruhi kepercayaan masyarakat Mesir Kuno. Mereka melihat agama sejauh pengaruh sungai dan kekuatan alam di sekitar mereka sebagai proyeksi kekuatan-kekuatan gaib yang mempengaruhi kehidupan mereka. Simbolisme tersebutkemudian muncul sebagai dampak dari proyeksi yang dilakukan masyarakat Mesir Kuno dari apa yang mereka lihat, seperti memproyeksikan burung sebagai kemampuan untuk terbang, singa sebagai lambang kekuatan, atau ular sebagai lambang kecerdasan dan misterius.
Ini pun berpengaruh pada dewa-dewa yang menjadi bagian dari kepercayaan politeisme bangsa Mesir Kuno. Dewa-dewa mereka digambarkan sesuai dengan apa yang mereka simbolisasikan, seperti Sekmet yang diwujudkan berbadan wanita berkepala singa, atau Sobek yang berbadan wanita berkepala buaya. Bangsa Mesir Kuno mengenal banyak dewa-dewi. Dewa-dewi tersebut terbagi atas dua bagian, yaitu dewa-dewi yang bersifat nasional, artinya disembah seluruh rakyat Mesir Kuno. Ada pula dewa-dewi yang bersifat lokal, artinya disembah rakyat Mesir Kuno dari kalangan tertentu dan di wilayah tertentu saja.
Meskipun terbagi menjadi dua, secara umum masyarakat Mesir Kuno memuja dewa-dewa seperti: Amun: raja para dewa, Re: dewa matahari, Shu: dewa udara, Set: dewa gurun, badai, dan bencana, Osiris: dewa hakim di alam baka, Min: dewa kesuburan, Khonsu: dewa bulan, Anubis: dewa kematian, Ma’at: dewi keadilan dan kebenaran.