PRESENT STATUS PRODUKSI DAN BUDIDAYA TERIPANG DI SULAWESI SELATAN

Media Akuakultur Volume 4 Nomor 1 Tahun 2009

PRESENT STATUS PRODUKSI DAN BUDIDAYA TERIPANG DI SULAWESI SELATAN Abdul Malik Tangko Balai Riset Perikan

Autor Verawati Budiaman

144 downloads 358 Views 109KB Size

Data uploaded manual by user so if you have question learn more, including how to report content that you think infringes your intellectual property rights, here.

Report DMCA / Copyright

Transcript

Media Akuakultur Volume 4 Nomor 1 Tahun 2009

PRESENT STATUS PRODUKSI DAN BUDIDAYA TERIPANG DI SULAWESI SELATAN Abdul Malik Tangko Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau Jalan Makmur Daeng Sitakka 129 Maros, Sulawesi Selatan E-mail : litkanta@indosat net.id

PENDAHULUAN ABSTR AK Di Sulawesi Selatan teripang diperdagangkan dan diekspor ke Cina sejak abad ke-17 dan pada tahun 1824 berhasil mengekspor teripang sebanyak 300 ton dengan nilai 350.000 gulden atau setara 7.500.000 US Dollar. Kegiatan perburuan teripang oleh pelaut Bugis-Makassar di Australia Utara berlangsung sejak pada abad ke-17 dan berakhir pada tahun 1910. Setelah itu, wilayah operasi penangkapannya hanya meliputi perairan Sulawesi Selatan dan sekitarnya. Pada tahun 2004 volume ekspor teripang Sulawesi Selatan mencapai 1.052,5 ton dengan nilai 94.450.650 US Dollar kemudian mengalami penurunan menjadi 734,0 ton dengan nilai 15.805.120 US Dollar pada tahun 2007. Penurunan produksi teripang ini disebabkan karena populasinya di alam semakin berkurang, sedangkan harga dan permintaan pasar ekspor semakin meningkat. Pada saat ini harga teripang di Sulawesi Selatan mencapai Rp 150.000,- -- Rp 500.000,-/kg. Sedangkan peningkatan produksi melalui usaha budidaya belum bisa berkembang walaupun teknologinya sudah dikuasai dan dukungan sumberdaya lahan yang cukup luas. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan benih yang hanya mengandalkan benih dari alam yang bersifat musiman, sedangkan usaha pembenihan teripang di Indonesia termasuk di Sulawesi Selatan belum dapat berproduksi secara massal. Sehingga untuk memenuhi permintaan pasar ekspor yang semakin meningkat, maka salah satunya jalan yang dapat ditempuh oleh pengusaha teripang di Sulawesi Selatan adalah melakukan penangkapan di laut lepas dengan cara menyelam menggunakan peralatan canggih ataupun dengan menggunakan alat tangkap jaring trawl mini, walaupun hasil yang diperoleh tidak menentu dan kadangkala tidak seimbang dengan biaya operasional yang dikeluarkan. KATA KUNCI:

32

produksi, budidaya, teripang, Sulawesi Selatan

Teripang pasir (Holothuria scabra) merupakan satu di antara komoditas perikanan yang bernilai ekonomis tinggi dan merupakan bahan ekspor andalan dari Sulawesi Selatan yang sudah berlangsung sejak abad ke-17 hingga sekarang. Beberapa tahun terakhir ini permintaan pasar ekspor terhadap teripang terutama teripang pasir semakin meningkat dengan harga ditingkat eksportir mencapai Rp 500.000,- -- 1.000.000,-/kg tergantung dari jenis dan kualitasnya (Harianja, 2007). Namun produksi teripang di Sulawesi Selatan cenderung mengalami penurunan dari tahun ke tahun yang disebabkan karena populasi teripang di alam semakin berkurang. Bahkan di beberapa tempat di kawasan timur Indonesia seperti Garongkong, Kabupaten Barru, Pulau Saugi Kabupaten Pangkep, Teluk Laikang Kabupaten Takalar, dan Teluk Sopura Kabupaten Kolaka yang dulunya terkenal sebagai daerah sentra sumber benih teripang di Indonesia sekarang kondisinya sudah tergolong langka (Tangko & Mustafa, 2008). Salah satu faktor yang menyebabkan sulitnya memelihara atau mempertahankan kelestarian sumberdaya perikanan pesisir termasuk teripang di Sulawesi Selatan yaitu adanya konsep milik bersama (common property) dalam pengelolaan sumberdaya perikanan untuk kesejahteraan bersama. Namun, dalam konsep milik bersama ini aplikasinya kadangkala meleset dari komitmen atau kesepakatan bersama untuk mencapai kesejahteraan bersama antara masyarkat pesisir (nelayan) dan pemerintah. Hal ini disebabkan karena seringnya terjadi kesalahpahaman akan arti dan makna milik bersama ini di mana setiap orang bebas menangkap teripang sebanyak mungkin untuk kepentingannya tanpa mempedulikan kepentingan pihak lain dan kelestarian sumberdayanya (Nontji, 2005). Apabila kondisi semacam ini berlangsung terus dengan melibatkan banyak orang, maka pada suatu saat sumberdaya teripang di Sulawesi Selatan akan mengalami kepunahan. Untuk mencegah atau memperlambat proses terjadinya kepunahan sumberdaya teripang tersebut, maka diperlukan upaya pengkayaan stok atau restocking di samping usaha budidaya, namun hal ini belum bisa terwujud karena terkendala masalah benih

Present status produksi dan budidaya teripang di Sulawesi Selatan (Abdul Malik Tangko) 1

yang hanya mengandalkan benih alam yang jumlahnya sangat terbatas, sedangkan usaha pembenihan teripang di Indonesia termasuk di Sulawesi Selatan belum dapat berproduksi secara massal. SIFAT BIOLOGI DAN PENYEBARANNYA

2 3 4 5

Taksonomi dan Morfologi

6

Secara morfologi teripang disebut juga ketimun laut, yang merupakan salah satu kelas dari Echinodermata. Pada tubuhnya mempunyai sumbu kutub yang panjang, oleh karena itu, bentuknya memanjang seperti ketimun. Tubuh teripang berbentuk bulat panjang atau silindris dengan mulut dan anus terletak pada sisi yang berlainan. Tubuh berotot, dapat tebal atau tipis, lembek/licin, dan kulitnya halus berbintik-bintik (Kastoro,1978). Panjang tubuh sekitar 5-40 cm, punggung lurus dengan lingkaran tidak beraturan, sedangkan pada bagian perut pipih atau rata dijumpai banyak kaki tabung (ambulakral). Teripang mempunyai 20 tentakel yang mengelilingi bagian mulut seperti rumbai elastis yang berfungsi untuk menangkap makanan. Di dalam tentakel ini terdapat gigi yang tersusun seperti lampu yang disebut lentera aristoteles. Sejajar dengan punggung ke arah belakang terdapat lubang pengeluaran atau aboral. Sedangkan dibagian dalam diding badan terdapat selapis otot sirkuler (otot yang melingkar), lima pasang otot longitudinal (otot yang lurus), saluran pencernaan panjang dan melingkar, usus halus panjang yang bermuara di kloa (saluran pangkal dubur) dengan dinding yang bersifat muscularka. Pada umumnya teripang atau Holothuria scabra mempunyai tubuh bulat panjang dengan punggung abu-abu kehitaman dengan bintik-bintik putih atau kuning. Diseluruh tubuhnya diselimuti lapisan kapur yang tebal tipisnya tergantung dari umurnya. Morfologi dan anatomi tubuh teripang (Gambar 1).

7

Jenis dan Habitat Penyebarannya Di seluruh dunia terdapat lebih 1.250 spesies teripang, sedangkan di Indonesia terdapat sekitar 60 jenis dan 9 jenis di antaranya yang bernilai ekonomi tinggi (Tabel 1) dan telah diusahakan dan dimanfaatkan sebagai bahan makanan (Sutaman, 1993). Teripang pasir (Holothuria scabra) merupakan satu di antara jenis teripang mempunyai nilai jual paling tinggi dibandingkan jenis teripang lainnya dan jenis teripang ini banyak dijumpai di perairan tropis (Paswon, 1966). Jenis-jenis teripang yang tertera pada Tabel 1 tersebut merupakan jenis teripang yang harganya mahal dan digemari oleh pasar ekspor. Setiap jenis teripang kelihatannya mempunyai habitat penyebaran yang

8 9

10 11

Keterangan: 1. Tentakel 2. Lingkaran kalcareus 3. Dinding tubuh 4. Perut besar 5. Gonad 6. Pernafasan pohon

7. 8. 9. 10. 11.

Jaringan air tentakel Usus kecil Usus halus Otot kloaka Kloaka

Gambar 1. Morfologi dan anotomi teripang pasir, Holothuria scabra

berbeda. Namun pada umumnya teripang menempati habitat ekosistem terumbu karang dengan perairan yang jernih, bebas dari polusi, air relatif tenang dengan mutu air cukup bagus. Habitat yang ideal bagi teripang adalah lempung berpasir yang ditumbuhi tumbuhan enhalus, dengan salinitas 29-33 ppt yang memiliki pH 6,5-8,5, kandungan oksigen 4-8 mg/L dan suhu air laut 27°C-29°C. Beberapa jenis teripang terdapat di perairan dengan dasar goba (lagoon), atau diluar tubir (outer reef) dengan kedalaman 5-30 m. Selain daripada itu, jenis teripang lainnya banyak dijumpai pada perairan yang relatif dangkal seperti pada daerah padang lamun, daerah pertumbuhan alga dan daerah rataan terumbu karang dengan kedalaman kurang dari 2 m ( Purwaningsih & Ambriyanto, 2003). Wilayah penyebaran teripang yaitu tersebar luas di semua lautan dan semua kedalaman mulai dari kedalaman kurang 2 m hingga 7.000 m (Nontji, 2005). Mereka dapat beradaptasi terhadap bermacam-macam habitat meliputi batu karang, pasir, lumpur, dan alga (Paswon, 1966). Secara umum teripang tersebar di daerah terumbu karang sepanjang daerah perairan topis Indo Pasifik, yaitu mulai dari pulau di sebelah barat Samudera Hindia, Pulau Mascarene, Afrika Timur, Australia Utara, Filipina, Cina, Jepang Tengah dan Selatan, Pulau-Pulau Pasifik Selatan, 33

Media Akuakultur Volume 4 Nomor 1 Tahun 2009

Tabel 1. Jenis teripang yang dimakan dan bernilai ekonomi tinggi dan habitat penyebarannya Nama Indonesia Teripang pasir Teripang hitam Teripang merah Teripang getah Teripang coklat Teripang susu Teripang gamet Teripang nanas Teripang batu keling

Nama Latin Holothuria scabra Holothurian nobilis Holothuria vatiensis Holothuria vacabuda Holothuria marmorata Holothuria fuscogilva Stichopus variegatus Tbelenota ananas Holothuria edulis

Habitat penyebarannya Padang lamun substrat pasir Lumpur berpasir Rataan karang mati dan pasir Celah-celah/dibawah karang Perairan berkarang dan pasir Perairan goba dan lagoon Perairan karang dan pasir Perairan karang dan pasir Perairan batu dan karang

Sumber : Harianja (2007)

dan Kepulauan Hawai (Clark & Rowe, 1971). Untuk mempertahankan diri teripang mempunyai cara unik yaitu mutilasi bagian organ tubuhnya sendiri, dan bagian yang hilang akan tumbuh kembali setelah kurang lebih 45 hari (Harianja, 2007). Teripang dewasa memijah setelah mencapai umur lebih 1 tahun dengan bobot 300 g per ekor ke atas pada perairan dengan kedalaman di atas 6 m (Sutaman, 1993). Makanan dan Kebiasaan Makan Secara umum cara makan teripang adalah dengan sistem filter feeder dan jenis makanannya bervariasi tergantung dari jenisnya. Beberapa jenis teripang yang memakan pakan hidup seperti Platimonas, Dunaliella, Phaeodactylum tricornutum, Dicrateria sp., Chaetceros sp., dan Isochryrisis sp. Holothuria tropis biasanya memakan mikroorganisme hidup dan bahan-bahan organik yang terdapat dalam pasir, lumpur, dan detritus. Sedikit spesies tropis yang plankton, bahan organik di batu karang, mikro krustasea dan polucaeta (Barnes, 1967). Ada beberapa jenis teripang yang makan pasir, kerang, bagian koral, lumpur dari tumbuhan laut, filamen biru-hijau yang hidup dan mati serta diatom, alga merah, serpihan halimeda, foraminfera, bunga karang, nematoda, gastropoda, copepoda, telur ikan, gigi ikan, dan detristus (Mayer, 1971; Yamanouti, 1939; Trefz, 1956; Bakus, 1968; Rao, 1968 dalam Rusyani et al., 2003). Ukuran partikel makanan pada teripang bervariasi tergantung pada spesies dan tempat. Untuk Holothuria difficilis mengkonsumsi partikel sekitar 8% dengan diameter pakan

Life Enjoy

" Life is not a problem to be solved but a reality to be experienced! "

Get in touch

Social

© Copyright 2013 - 2024 KUDO.TIPS - All rights reserved.