Nawal el-Saadawi
PEREMPUAN DITITIK NOL
Kata Pengantar: Mochtar Lubis
Penerjemah: Amir Sutaarga
Yayasan Obor Indonesia Jakarta, 2003
Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT) EL-SAADAWI, Nawal
Perempuan di Titik NollNawal el-Saadawi; kata pengantar:
Moehtar Lubis; Ed. 6 - Yayasan Gbor Indonesia, Jakarta 2002. xiv
+
156 hlm.:17 em
ISBN 979-461-040-2 1. Fiksi Arab
I.Judul. 892.73 Judul Asli:
Nawal el-Saadawi, Women at Point Zero, Translation
Copyright © Zed Books Ltd. 1983, London,
Diterjemahkan oleh Amir Sutaarga
Diterjemahkan atas izin Zed Books Ltd., London
Hak terjemahan Indonesia
pada Yayasan Gbor Indonesia, Jakarta
Hak Cipta dilindungi Undang-undang
ALL rights reserved Diterbitkan pertama kali oleh Y ayasan Gbor Indonesia
anggota IKAPI DKI Jakarta
YOI: 85.7.7.89
Edisi pertama: Agustus 1989
Edisi ketujuh: Januari 2003
Alamat Penerbit:
JI. Plaju No. 10 Jakarta 10230
Telp. (021) 324488 & 326978
Fax: (021) 324488
e-mail:
[email protected].
http://www.obor.or.id
prahala
RNERBITAN SERI BUKU sastra negeri-negeri yang di
namakan secara tidak tepat dengan julukan Ounia Ketiga (itulah kebiasaan manusia yang buruk, c e nderung mengotak ngotakkan manusia dan bangsa-bangsa, dan bukannya melihat bangsa-bangsa dunia adalah menyatu dalam satu umat manusia) telah lama kami pikirkan dan rencanakan di Yayasan Obor Indonesia. Bangsa-bangsa yang sedang berkembang di dunia sedikit banyak berada dalam situasi yang sama, dan menghadapi pengalaman-pengalaman dan berbagai tantangan yang juga di antaranya ada yang sama. Mereka sebagian terbesar adalah bekas negeri jajahan kekuasaan asing. Masyarakat mereka juga berada di taraf transisi, perubahan dari masyarakat tradisional ke masyarakat modern dengan segal a masalah dan keperihan nya. Oi ban yak negeri demikian kedudukan wanita mengalami perubahan-perubahan mendasar, yang tidak saja berpengaruh terhadap wanita sendiri, tetapi juga pada pihak lelaki. Oemikian pula banyak nilai tradisional mengalami perubahan, yang sering merupakan pengalaman traumatik terhadap banyak orang. Pembangunan ekonomi sendiri mendorong berbagai perubah an di banyak bidang penghidupan dan nilai-nilai perorangan dan masyarakat. Adalah penting artinya dan amat menarik bagi kita di
v
Prakata
Indonesia, yang juga dalam proses yang sama, untuk membaea pengalaman manusia di berbagai negeri lain yang sedang ber kembang. Bagaimana reaksi dan jawaban mereka terhadap dampak dari berbagai hal baru yang berkembang dalam ma syarakat rnereka? Bagaimana mereka dapat mengatasi atau menyelesaikan masalah-masalah kemanusiaan dan masyarakat yang timbul? Perubahan-perubahan nilai yang terjadi? Sastra yang baik selalu merupakan eermin sebuah masyarakat. Sastra memang bukan tulisan sejarah dan juga tidak dapat dijadikan sumber penulisan sejarah. Akan tetapi sastrawan yang baik akan selalu berhasil melukiskan dan meneerminkan zaman dan masyarakatnya, serta manusia anggota masyarakatnya. Sastrawan yang baik akan dapat menampilkan pengalaman manusia dalam situasi dan kondisi yang berlaku dalam masyarakatnya. Membaea karya-karya sastra dari negeri yang sedang ber kembang ini, kita di Indonesia, pasti akan menemukan banyak persamaan, meskipun tentu juga akan diketemukan berbagai reaksi dan jawaban yang berbeda, akibat dari latar belakang se jarah, kondisi dan situasi masyarakat, nilai-nilai masyarakat mau pun perorangan, agama, dan sebagainya yang saling berbeda. Akan tetapi jika kita membuka pikiran dan hati kita mem baea seri sastra dari negeri ini, maka kita akan mendapat pengalaman yang kaya sekali, pengalaman manusia yang hanya dapat kita timba dari sastra, dan yang tidak mungkin kita dapat dari buku-buku sejarah maupun penelitian masyarakat. Mungkin saja pengalaman itu dapat membawa kita pada pengertian yang lebih jelas dan jernih tentang apa yang terjadi dengan kita dalam masyarakat kita di Indonesia ini. Mochtar lubis
VI
.J(ata PefUjantar Mochtar Lubis
S
ASTRA ARAB TlOAK banyak dikenal oleh penggemar
sastra di Indonesia. Amat sedikit yang pernah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Oi antara sastra Arab klasik yang dikenal di Indonesia, antara lain adalah Kisah Seribu Satu Malam yang telah diterjemahkan ke dalam banyak bahasa di dunia. Beberapa buku lain telah pula diterjemahkan. Tetapi dibanding dengan khazanah sastra Arab yang begitu kaya, maka apa yang telah diterbitkan di dalarn bahasa kita masih amat sedikit. Yayasan Obor Indonesia dalam upayanya memperkenal kan sastra dari negeri-negeri berkembang, juga memilih sastra Arab sebagai salah sebuah unsur sastra yang hendak kami per kenalkan pada peminat sastra di Indonesia. Tetapi untuk se mentara kami utamakan sastra Arab modern atas beberapa pertimbangan. Berbagai masyarakat Arab, seperti juga negeri kita, berada dalam taraf transisi, dan juga dalam proses modernisasi. Masalah nilai-nilai tradisional masih merupakan permasalahan yang belum terselesaikan, dan malahan di berbagai masyarakat pada taraf ini terasa seakan-akan amat sulit dapat diselesaikan. Salah sebuah masyarakat tradisional yang menjadi bahan perdebatan dan malahan konflik ialah masalah kedudukan
vii
Mochtar Lubis
dan hak-hak wanita, baik di tengah masyarakat, maupun dalam hubungan langsung antara lelaki dan perempuan sccara sosial (kerja, tanggung jawab di depan hukum, dan sebagai nya) dan juga pribadi, baik di dalam maupun di luar perkawinan. Kita dapat mengingat, bahwa perjuangan perempuan Indonesia untuk mendapat kedudukan yang lebih seimbang di dalam lem baga perkawinan telah makan waktu puluhan tahun, dan baru dapat membawa perempuan Indonesia ke Undang-Undang Perkawinan yang beberapa tahun lampau ini telah diundang kan. Meskipun demikian, kita masih dapat melihat, bahwa isteri masih belum sepenuhnya (bpat dilindungi dari poligami tanpLl jJersetujuJnnya.
Malahan kita melihat addnya organisasi wanita yang ke dudukan setiajJ perempuan di dalamnya rnasib tergantung seratus persen dari kedudukan hirarkis suaminya di dalam
birokrasi atau lembaga negara. Bagi saya, kenyataan ini me nunjukkan bahwa perempuan di Indonesia masih harus mem perjuangkan haknya lebih banyak lagi, sebelum dia benar-benar menjadi oknum mandiri bersama lelaki di dalam masyarakat kita. Di bidang perburuhan masih banyak keluhan mengenai kurang terjaminnya hak-hak perernpuan. Sebuah contoh yang mudah ialah nasib pembantu rumah tangga (yang sebahagian besar adalah perempuan) yang setelah hampir setengah abad Indonesia merdeka masih belum mendapat pengaturan hukum yang layak, yang menjamin hak-haknya sebagai pekerja. Banyak pembantu rumah tangga bekerja tanpa jam kerja. Praktis nasib mereka sepenuhnya di tangan majikan, apakah jika mereka sakit akan diberikan rawatan dan santunan kerja yang wajar? Atau jika mereka sedang melakukan pekerjaan mendapat
viii
Kata Pengantar kecelakJan, ap,lkah ada asuransi atau jaminan ganti-rugi, pe raw,ltan yang wajar, dan bagaimana pula di hari lua merE'ka? Oi banyak keluarga eli Indonesia, banyak kJwJn saya yang mempekerjakan pembantu rumah tdngga mereka hingga berumur amat tua, lebih dari 60 tahun, dan elengan bangga mereka mengatakan, bahwa "mbnk" ilu sungguh setia, hingga l'akan-akJn telah jadi anggota keluarga saja. Tetapi si "mbok" pun terus harus bekerja setiap saat. Tidakkah harus ada per I indungan y