JURNAL GEOGRAFI VOLUME 14 NO. 1 JANUARI 2017
JURNAL GEOGRAFI Media Pengembangan Ilmu dan Profesi Kegeografian http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujet
PENELUSURAN BANJIR SUNGAI PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN
LUK
ULO
AKIBAT
Oleh: Muchamad Arif B udiyanto Dosen Teknik Sipil Universitas Maβarif Nahdlatul Ulama Kebumen Email:
[email protected] Info Artikel ________________ Sejarah Artikel: Diterima September 2016 Disetujui Oktober 2016 Dipublikasikan Januari 2017
________________ Keywords: Soil Conservation Service Unit Hydrograf (SCS-UH), Curve Number (CN), Perubahan tutupan lahan. ____________________
Abstract ___________________________________________________________________ River is the most important source of water and its benefits are needed by all levels of society, directly or indirectly. The river control is essentially an effort to obtain the greatest benefit and reduce the damage or loss to minimum. Highly dynamic socio-economic development in Indonesia impact on various components of the community environment, one of which is land use change from time to time. Research of landused changes made in Luk Ulo Watershed (DAS) in line with the development of Kebumen district. In this research of flood routing due to changes in landused are known of analysis flood discharge, one of which is the method βSoil Conservation Service Hydrograf Unit: (SCS-UH). In this research, conducted flood routing of Luk Ulo watershed due to changes in land use on 2009 and 2015. The method used in this research is the method SCS -UH by assessing changes in the value of Curve Number (CN). This research was conducted assessment parameters on Luk Ulo watershed land used by Watershed rainfall with a specific return period. From the analysis obtained changes in the area in the form of open field in the amount of 945.52 ha. From the discharge analysis there are no significant changes in flood peak, only the addition of 2.89 m3 / sec. These results indicate the method by only using SCS - curve number show unsignificant results. preferably coefficient of land cover assessment should be obtained from the measurement results on the field as verification on watershed conditions.
Abstrak Sungai merupakan sumber air yang terpenting dan manfaatnya dibutuhkan oleh seluruh lapisan masyarakat, baik secara langsung maupun tak langsung. Pengaturan sungai pada dasarnya adalah upaya untuk memperoleh manfaat sebesar-besarnya dan mengurangi kerusakan atau kerugian sampai sekecil-kecilnya. Perkembangan sosial ekonomi masyarakat Indonesia yang sangat dinamis memberikan dampak pada berbagai komponen lingkungan tempat hidup masyarakat tersebut, salah satunya adalah pada tutupan lahan yang mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Kajian perubahan tutupan lahan dilakukan pada daerah aliran Sungai (DAS) Luk Ulo seiring dengan perkembangan wilayah Kabupaten kebumen. Pada penelitian ini, dilakukan penelusuran banjir DAS Luk Ulo akibat perubahan tutupan lahan tahun 2009 dan 2015. Metode yang digunakan dalam penelitian penelusuran ini adalah metode SCS-UH dengan melakukan penilaian perubahan nilai Curve Number (CN). Penelitian ini dilakukan penilaian parameter-parameter tutupan lahan DAS Luk Ulo diberi hujan DAS dengan kala ulang tertentu. Dari hasil analisis didapatkan perubahan luasan lahan menjadi lahan terbuka berupa tanah kosong sebesar 945,52 ha. Dari analisis debit tidak dihasilkan perubahan puncak banjir yang signifikan hanya penambahan debit puncak sebesar 2,89 m3 /detik. Dengan Hasil tersebut menunjukkan metode SCS-UH hanya menggunakan bilangan kurva kurang menunjukkan hasil secara signifikan. οͺ
Alamat korespondensi: Ge dung C1 Lantai 1FIS UNNES Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229 E-mail :
[email protected]
26
JURNAL GEOGRAFI VOLUME 14 NO. 1 JANUARI 2017 I. PENDAHULUAN
baru atau menyebabkan alih fungsi lahan,
Sungai merupakan sumber air yang terpenting oleh
dan
seluruh
secara
manfaatnya lapisan
langsung
dibutuhkan
masyarakat,
maupun tak
dengan kata lain menyebabkan terjadinya perubahan tutupan lahan.
baik
Perubahan
tutupan
lahan
ini
langsung.
difokuskan pada wilayah Daerah Aliran
Pengaturan sungai pada dasarnya adalah
Sungai (DAS) Luk Ulo (Gambar 1). Hal
upaya untuk memperoleh manfaat sebesar-
ini berkaitan dengan isu perubahan tutupan
besarnya dan mengurangi kerusakan atau
lahan di daerah ini selama 20 tahun
kerugian sampai sekecil-kecilnya, akibat
terakhir
seiring
fenomena alam terkait perilaku sungai.
wilayah
Kabupaten
Banjir yang sering terjadi dibeberapa
penelusuran
dengan
perkembangan
Kebumen.
hidrograf
banjir
Dalam dikenal
bagian belahan dunia termasuk Indonesia,
berbagai macam metode, salah satunya
merupakan
adalah metode Soil Conservation Service
peristiwa
alam yang
tidak
dapat dicegah. Peristiwa banjir merupakan
Unit
akibat dari berbagai sebab. Misalnya hujan
penelitian ini dilakukan analisis perubahan
deras
hidrograf
dan lama serta kondisi daerah
pengaliran
sungai
menahan
air hujan,
aliran
yang
permukaan
palung
tidak
banjir
dalam
Pada
melakukan
penelusuran puncak banjir, khususnya di
akan menimbulkan
DAS Luk Ulo. Sehingga dengan hasil
besar.
Ketika
menampung aliran
permukaan yang besar berakibat banjir. Perkembangan
(SCS-UH).
mampu
yang
sungai tidak
Hydrograf
sosial
tersebut dapat digunakan untuk analisis awal
dari
perencanaan
penanggulangan
banjir disekitar sungai Luk Ulo.
ekonomi
Tujuan
dari penelitian
masyarakat Indonesia yang sangat dinamis
untuk
berdampak
pada
berbagai
komponen
banjir DAS Luk Ulo terkait perubahan
lingkungan
tempat
hidup
masyarakat
tutupan lahan di DAS Luk Ulo. Hasil
salah satu diantaranya adalah
penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk
tersebut, pada
tutupan
perubahan
lahan
dari
yang
waktu
mengalami ke
waktu.
analisis
melakukan
ini adalah
penelusuran
awal
penanggulangan
dari banjir
hidrograf
perencanaan disekitar
sungai
Perkembangan tersebut antara lain dipicu
Luk Ulo dan memberikan informasi yang
oleh pertambahan jumlah penduduk yang
sangat
diikuti
kebutuhan
keputusan penetapan besaran rancangan
penunjang kehidupan. Usaha pemenuhan
untuk sungai yang melintas di Ibukota
kebutuhan
Kabupaten Kebumen.
dengan
peningkatan
tersebut
membutuhkan
lahan
berguna
untuk
meyakinkan
27
JURNAL GEOGRAFI VOLUME 14 NO. 1 JANUARI 2017
Gambar 1. Administrasi DAS Luk Ulo
II METODOLOGI
data yang mudah, dapat dilakukan dengan
2.1. Data
Seri
Data hujan yang digunakan dalam
Citra
dikarenakan
Satelit seri
Landsat.
satelit
Hal
Landsat
ini telah
penelitian ini merupakan data hujan yang
beroperasi semenjak tahun 1971 dengan
berasal dari Balai PSDA Probolo (Progo
perkembangan
Bogowonto Luk Ulo) yang berasal dari
spasial yang signifikan (NASA 2010) serta
stasiun
Adimulyo/
memadai untuk pemetaan tutupan lahan
Arjowinangun,
dengan skala 100.000 (Anderson, et al.
Adikarto,
hujan
Adimulyo,
Alian/
Bagebangan,
Krakal,
spektral
dan
Karang
1976; Houghton, et al. 2004). Di samping
Kebumen,
itu, seri data citra landsat disediakan secara
Kelapasawit, Klirong, Pesucen, Petanahan,
gratis oleh beberapa instansi pemerintah
Rantewringin.
maupun universitas di Amerika Serikat.
sambung,
Kaligending,
resolusi
Kedung
Data
samak,
hujan
yang
dapat
dikumpulkan merupakan data hujan harian antara Tahun 1994- 2014.
Tahapan penelitian yang dilakukan
Data monitoring tutupan lahan dalam jangka
waktu
25
tahun
2.2. Tahapan
(1990β2015)
oleh peneliti dijelaskan dalam Gambar 2 seperti dibawah ini:
dengan bantuan citra satelit dengan akses 28
JURNAL GEOGRAFI VOLUME 14 NO. 1 JANUARI 2017
Mulai
Peta DAS
Hujan
Terukur
Peta Tutupan lahan
Hujan DAS Parameter DAS
Parameter CN DAS
Distribusi Hujan Hidrograf Satuan SCS
Hidrograf Banjir
Pembahasan : - Waktu puncak - Debit puncak
Selesai
Gambar 2. Diagram Alir Penelitian 2.3 Pengolahan Data
ini didapatkan peta digital tutupan lahan
a. Hujan DAS
dengan
gradasi
tutupan
lahan.
Untuk digunakan
perhitungan metode
hujan
Poligon
DAS Thiessen
didapatkan
seperti yang dijelaskan sebelumnya. Dari
berupa
perhitungan, Thiessen
didapatkan untuk
Faktor
Dari
luas
DAS,
peruntukan
masing-masing
stasiun
DAS yang lebih akurat.
digital
ini
lahan,
dan
besaran-besaran
c. Hidrograf Satuan
ini
Sherman pada tahun 1932 (dalam Sri
menggambarkan besarnya kontribusi hujan
Harto, 1993) mengemukakan bahwa dalam
yang
suatu sistem DAS terdapat suatu sifat khas
terukur
pada tiap
Thiessen
peta
dengan
luas masing-masing
bobot
bobot
sesuai
juga parameter lahan yang
faktor
hujan pada tiga kejadian banjir di DAS Code.
warna
stasiun hujan
terhadap hujan di DAS.
yang menunjukkan sifat tanggapan DAS
b.
terhadap
suatu
Tanggapan
ini
Pengolahan Data Tutupan Lahan Peta tutupan lahan hasil citra satelit
masukan
diandaikan
tetap
tertentu. untuk
untuk masing-masing DAS diolah dengan
masukan dengan besaran dan penyebaran
software Arc GIS 10.1. Dari pengolahan
tertentu. Tanggapan yang demikian dalam 29
JURNAL GEOGRAFI VOLUME 14 NO. 1 JANUARI 2017 konsep model hidrologi dikenal dengan
invariant,
hidrograf satuan. Hidrograf satuan suatu
diturunkan dari kasus-kasus yang berbeda,
DAS
akan memperoleh hidrograf satuan yang
adalah
(Soemarto,
1987)
suatu
limpasan langsung yang diakibatkan oleh satu satuan volume hujan yang efektif yang terbagi rata dalam waktu dan ruang. Hidrograf satuan (unit hydrograph) didefinisikan langsung
sebagai hidrograf limpasan
(direct
runoff)
akibat
hujan
maka hidrograf satuan yang
berbeda pula. Pada penelitian ini hidrograf yang digunakan
adalah
Conservation (SCS-UH).
metode
Soil
Service Unit Hydrograf Salah
dikembangkan
satu
oleh
cara
Soil
tersebut
Conservation
efektif merata di seluruh DAS dengan
Service, U.S. Department of Agriculture
intensitas
(USDA-SCS) pada tahun 1972 dengan
tetap
dengan
durasi
dan
kedalaman tertentu (satu satuan). Teori
memanfaatkan
klasik
memperoleh
hidrograf
satuan
hubungan
antara
hujan
limpasan
langsung.
berasal
dari
efektif dengan
Hubungan
tersebut
parameter hidrograf
DAS satuan
untuk sintetis.
Hidrograf satuan sintetis yang ditemukan digambarkan
secara
sederhana
merupakan salah satu komponen model
membentuk
segitiga,
dengan
waktu
watershed.
pencapaian
puncak
lebih
cepat
dibandingkan
dengan
Teori hidrograf satuan mendasarkan pada andaian sistem DAS yang linear time
waktu
turunnya
seperti Gambar 3.
Gambar 3. Sketsa Perata-rataan Hidrograf Satuan
USDA SCS mengembangkan rumus dengan
koefisien-koefisien empirik
menghubungkan
unsur-unsur
yang
hidrograf
satuan Hidrograf dengan
dengan
karakteristik
satuan unsur
tersebut
yang
antara
DAS. ditentukan lain
Qp 30
JURNAL GEOGRAFI VOLUME 14 NO. 1 JANUARI 2017 (m3 /detik),
Tp
(jam),
dan
Tb
(jam).
Rumusan model SCS-UH adalah berikut
tc
= waktu konsentrasi,
tsheet
=
(Wanielista, Kersten, and Eaglin, 1997): tlag
= 0,6 . tc
tc
= tsheet + tshallow + tchannel
dalam
segmen pengaliran, tshallow = jumlah dari travel time dalam segmen
dimana : tlag
jumlah travel time
arus
yang
dangkal
dijalan, di selokan, atau di anak
= waktu
tenggang
(time
lag)
sungai dan sungai kecil yang
antara
terjadinya
hujan
lebih
dangkal,
sampai terjadinya aliran puncak
tchannel = jumlah dari travel time dalam
(jam)
segmen saluran.
Gambar 4. Hidrograf Satuan SCS-UH Jika
DAS
terdiri
dari
berbagai
macam tutupan lahan dengan koefisien
lahan, dan yg kelembaban, menggunakan persamaan berikut:
aliran permukaan yang berbeda, maka C
ππ =
yang dipakai adalah koefisien DAS yang dapat dihitung dengan persamaan berikut : πΆπ·π΄π = di mana
βππ=1 πΆπ π₯π΄π βππ=1 π΄π
: CDAS =
Koefisien aliran
dimana
Pe
=
(π β 0,2π)2 π + 0,8π akumulasi curah
hujan
berlebih pada waktu t; P = akumulasi mendalam curah hujan pada waktu t; Ia = abstraksi awal (rugi awal); dan S = potensi
permukaan DAS Ai = Luas lahan dengan
retensi
jenis penutup lahan i (km2 ) Ci = Koefisien
suatu DAS abstrak dan mempertahankan
aliran permukaan jenis penutup tanah i~n
curah hujan badai. Sampai
= jumlah jenis penutup lahan Model
SCS-UH
maksimum,
memperkirakan
ukuran
akumulasi
kemampuan
curah
hujan
melebihi abstraksi awal, kelebihan curah
curah hujan berlebih sebagai fungsi curah
hujan,
dan
hujan kumulatif, tanah penutup, tutupan
menjadi nol.
karenanya
limpasan,
akan
31
JURNAL GEOGRAFI VOLUME 14 NO. 1 JANUARI 2017 Dari analisis hasil dari banyak aliran sungai
percobaan
kecil,
USDA-SCS
permeabel dengan tingkat infiltrasi yang tinggi (Lihat Tabel 1).
mengembangkan hubungan empiris Ia dan S:
Jenis
tanah
dibagi
menjadi
4
hydrologic soil group : ο§ Jenis Tanah A
Ia = 0.2 S Oleh karena itu, kelebihan kumulatif
: Potensi limpasan
rendah, infiltrasi tinggi. Tekstur pasir
pada waktu t adalah:
(deep sand) dengan (silty) dan clay
(π β 0,2π)2 ππ = π + 0,8π
sangat sedikit, juga kerikil (gravel). ο§ Jenis Tanah B
: Potensi limpasan
kelebihan tambahan untuk interval waktu
agak
dihitung
Tekstur sedang (sandy soil).
sebagai
perbedaan
antara
akumulasi kelebihan pada akhir dan awal
ο§ Jenis Tanah C
periode. Retensi karakteristik
rendah,
laju
infiltrasi
sedang.
: Potensi limpasan
agak tinggi, laju infiltrasi lambat jika maksimum, DAS
S,
terkait
dan
tanah
melalui
sepenuhnya
basah.
Tekstur sedang sampai halus (clay dan
parameter menengah, jumlah kurva (biasa disingkat CN) sebagai:
tersebut
colloids). ο§ Jenis Tanah D
: Potensi limpasan
π
tinggi, mempunyai laju infiltrasi sangat
1000 β 10πΆπ (ππππ‘ β πππ’ππ π π¦π π‘ππ) πΆπ ={ } 25400 β 254πΆπ (ππΌ ) πΆπ nilai CN berkisar dari 100 (untuk badan
lambat. Tekstur liat (clay) dengan daya
air)
air. (Triatmodjo, 2009).
untuk
sekitar
30
untuk
tanah
kembang
(swelling)
tinggi,
tanah
dengan muka air tanah permanen tinggi, lapisan lempung dengan bahan kedap
Tabel 1. Bilangan Kurva aliran (CN) untuk kondisi tutupan lahan Kelompok Hidrologi Tanah Deskripsi Tutupan Lahan
A
B
C
D
98
98
98
98
Trotoar
98
98
98
98
Batu Kerikil
76
85
89
91
Arang Besi
72
82
87
89
Lapangan Parkir Jalan Raya :
Lahan Pertanian:
32
JURNAL GEOGRAFI VOLUME 14 NO. 1 JANUARI 2017 Tanpa perlakuan
72
81
88
91
62
71
78
91
68
79
86
89
39
61
74
80
30
58
71
78
30
48
65
73
45
66
77
83
36
60
73
79
30
55
70
77
49
69
79
84
39
61
74
80
89
92
94
95
81
88
91
93
65% tidak menampung air
77
85
90
92
38% tidak menampung air
61
75
83
87
25% tidak menampung air
54
70
80
85
20% tidak menampung air
51
68
79
84
(terasering) Dengan Perlakuan (terasering, kontur) Padang Rumput : 75% lahan tertutup Hutan: Pohon kecil tergantikan oleh rumput Rumput, beberapa semak belukar Tertutup semak belukar Lahan Terbuka (taman, lapangan golf, pemakaman): 50-75% lahan tertutup rumput >75% lahan tertutup rumput Daerah Bisnis dan Komersil (85% tidak menampung air) Daerah Industri (72% tidak menampung air) Area Pemukiman:
Sumber : SCS (1986) dan Chow et, al. (1988)
33
JURNAL GEOGRAFI VOLUME 14 NO. 1 JANUARI 2017 Kelompok
hidrologi
tanah
(Soil
Hydrology Group) menunjukkkan potensi infiltrasi
tanah
setelah
keadaan basah pada kurun waktu tertentu (Tabel 2).
mengalami
Tabel 2. Hubungan Laju Infiltrasi Minimum dengan Jenis Tanah Kelompok Hidrologi Tanah
Laju Infiltrasi (mm/jam)
A
8 β 12
B
4β8
C
1β4
D
0-1
Sumber : Asdak, 1995 d. Identifikasi Parameter DAS
model) diperoleh dari citra Radar SRTM,
Dalam analisis hidrologi, identifikasi
ekstraksi dari DEM tersebut digunakan
parameter DAS didapatkan dari berbagai
sebagai
macam data, seperti peta, survei keadaan
lereng,
di lapangan dan studi terdahulu. Menurut
intepretasi
Puguh (2010), Secara morfometri DAS
Parameter DAS Luk Ulo yang digunakan
Lukulo Hulu ini memiliki bentuk DAS
dalam mengolah Hidrograf Banjir Metode
yang membulat sehingga sehingga waktu
SCS-UH diantaranya adalah Luas DAS
konsentrasinya (Tc) sangat cepat untuk
(A) = 63.926,02 ha, Panjang Sungai (L) =
mencapai pada titik keluar (outlet).
132,65 Km, kemiringan saluran DAS (So)
Keragaman geologi pada daerah ini sangat
mempengaruhi
morfometri
pembuatan serta
untuk
bentuk
peta
kemiringan
membantu lahan.
dalam
Beberapa
= 0,0046.
DAS
Lukulo, sehingga aliran permukaan setiap
III. PEMBAHASAN DAN HASIL
sub-DAS sangatlah berbeda tingkatannya
3.1 Pengolahan Peta Tutupan lahan
tergantung dari kondisi singkapan batuan
Peta yang diperoleh dari hasil citra
yang ada. Sebagai control terhadap nilai
satelit diolah dengan software Arc GIS
koefisien
lebih
10.1. Peta digital dalam format dbf file
rendah, debit banjir dapat lebih maka
kemudian dicari besar-besaran yang akan
diperlukannya
lahan
digunakan sebagai masukan untuk nilai
sebagai
tutupan lahan (Curve Number β CN),
penghambat laju aliran permukaan (Puguh,
seperti luas dan jenis peruntukan lahan
R. 2016) Data DEM (digital elevation
pada DAS penelitian.
terutama
aliran
permukaan
penataan
vegetasi
agar
tutupan
penutup
34
JURNAL GEOGRAFI VOLUME 14 NO. 1 JANUARI 2017 Pada penelitian ini data tutupan lahan
yang berbeda antara Tahun 2009 dan 2015
menggunakan data hasil digitasi tutupan
(Lihat Gambar 5 dan Gambar 6), sehingga
lahan. Dari hasil pengolahan peta tutupan
dalam penelitian ini dibatasi untuk melihat
lahan landsat didapatkan tutupan lahan
perubahan pada tahun tersebut.
Gambar 5. Peta Penggunaan DAS Luk Ulo
Gambar 6. Peta Penggunaan DAS Luk Ulo
Tahun 2009
Tahun 2015
Tabel 3. Tutupan Lahan DAS Luk Ulo Tutupan Lahan Badan Air Belukar Hutan Tanaman Pemukiman Pertanian Lahan Kering Pertanian Lahan Kering Campur Sawah Tanah Kosong Total
Th. 2009 207,78 1.853,92 18.642,58 1.305,00 10.580,39
Th. 2015 207,78 1.853,92 17.173,34 1.305,00 11.084,04
19.912,74
19.915,13
11.423,60 11.441,28 945,52 63.926,02 63.926,02
Sumber: Analisis Landsat, 2016
35
JURNAL GEOGRAFI VOLUME 14 NO. 1 JANUARI 2017 Dengan menggunakan hasil luasan tutupan lahan tersebut dikonversi dengan nilai CN
maka
didapatkan
Komposit untuk tutupan lahan tahun2009 seperti yang terlihat pada tabel berikut.
nilai CN
Tabel 4. Analisa CN Tutupan Lahan tahun 2009 Guna lahan
luas (ha)
Nilai CN
CN komposit
207,78
100
0
Belukar Hutan Tanaman
1.853,92 18.642,58
60 40
2 12
Pemukiman Pertanian Lahan Kering Pertanian Lahan Kering Campur Sawah
1.305,00
92
2
10.580,39
75
12
19.912,74
66
21
11.423,60
76
14
Badan Air
Tanah Kosong Jumlah Sumber : Analisis, 2016
79 63.926,02
62
Tabel 5. Nilai CN Komposit Tutupan Lahan tahun 2015 Guna lahan Badan Air Belukar Hutan Tanaman Pemukiman Pertanian Lahan Kering Pertanian Lahan Kering Campur Sawah Tanah Kosong Jumlah
luas (ha) 207,78 1.853,92 17.173,34 1.305,00 11.084,04
Nilai CN 100 60 40 92 75
CN komposit 0 2 11 2 13
19.915,13
66
21
11.441,28 945,52 63.926,02
76 79
14 1 63
Sumber : Analisis, 2016 3.2 Analisa Banjir Pada distribusi
blok menggunakan model ABM, karena
penelitian hujan
jam
ini jaman
dilakukan dengan
model hujan
ini
mengakomodasi data
dengan
interval yang
curah
berurutan.
Alternating Block Method. Analisis hujan
Analisis grafik diagram blok hujan jam
jam-jaman dapat dibuat menjadi diagram
jaman,
dihitung
sebagai
hujan
efektif 36
JURNAL GEOGRAFI VOLUME 14 NO. 1 JANUARI 2017 untuk
tiap
kala
ulang
menggunakan
Model
dengan
:
12,61
mm.
artinya
terjadi
serta
penurunan kemampuan menyimpan retensi
infiltrasi melalui CN Number. Kombinasi
sebesar 0,17 mm. Berikut adalah tabel
hujan
rekapitulasi
rancangan
menunjukkan
SCS-UH
S2015
dan
curve
adanya
number
perubahan
nilai
hujan
efektif
jam
jaman
dengan metode ABM.
retensi maksimum S2009 : 12,43 mm, dan Tabel 6. Rekapitulasi Hujan Efektif Tahun 2009 dan 2015 Kala Ulang
XT
Hujan Efektif Th. 2009
Th. 2015
2 10
79,11 92,05
34,50 59,76
34,14 59,47
20
107,25
73,28
72,95
50 100
131,65 154,12
95,56 116,52
95,19 116,13
1000
264,43
222,57
222,08
Sumber : Analisis Data, 2016 Analisis
debit
menggunakan seperti
luas
SCS-UH
Metode
SCS-UH
menggunakan
input
parameter
DAS
hidrograf tak berdimensi, atau hidrograf
DAS,
kemiringan
rerata,
yang bisa disesuaikan dengan data debit
panjang sungai utama,
panjang seluruh
lapangan
atau
kondisi tertentu.
pangsa sungai (orde) dan hujan efektif,
mengetahui
termasuk
yang terjadi, selanjutnya dihitung dengan
durasi
hujan.
Adapun
hasil
kedalaman
faktor
sebagai berikut.
perhitungan debit model SCS-UH dengan
A (Luas DAS) = 639,26 Km2
beberapa kala ulang ditunjukkan Gambar 7
L (Panjang Sungai Utama)= 132,65 Km
-8 dan Tabel 7. Terlihat
dari
luas
maksimal
analisis GIS pada DAS Luk Ulo adalah
s (kemiringan lahan) = 0,00461
koreksi dan
banjir
Untuk
hasil
analisa
debit
banjir
Durasi hujan (tr)
tidak dapat menunjukkan perubahan debit signifikan
metode
Hasil
Konstanta Satuan (C) =2.08 =4 jam
menggunakan
DAS.
(2,89
SCS-UH
Tc
= 22,689 jam
yang
tp
= 13,613 jam
perubahan
Tp
= 15,613 jam
signifikan dibandingkan dengan luas DAS
Qp
= 85,16 m3/det/cm
Luk Ulo Sendiri.
tutupan
m3/detik) akibat
lahan
yang
tidak
37
JURNAL GEOGRAFI VOLUME 14 NO. 1 JANUARI 2017
Gambar 7. Hidrograf Banjir Tahun 2009
Gambar 8. Hidrograf Banjir Tahun 2015
Tabel 7. Analisis Perubahan Debit Kala Ulang (Tahun) 2 10 20 50 100
Qp (m3 /dt) th. 2009 253,08 438,35 537,46 700,89 854,68
Qp (m3 /dt) th. 2015 250,42 436,23 535,11 698,23 851,80
Sumber: Analisis Data, 2016
38
JURNAL GEOGRAFI VOLUME 14 NO. 1 JANUARI 2017 IV. KESIMPULAN Perhitungan menggunakan
limpasan
metode
mempertimbangkan
permukaan
SCS-UH
hanya
tutupan
lahan,
jenis
kelompok hidrologi tanah dan curah hujan. Karakteristik DAS Luk Ulo yang mengalir ke hilir memiliki nilai CN antara 62 - 63. Hasil ini menunjukkan DAS Luk Ulo tergolong
DAS
ditunjukkan
yang
masih
bagus
dengan perubahan limpasan
permukaan tidak siknifikan apabila terjadi hujan. Metode
ini
hanya
menggunakan
sedikit dari faktor hidrologi lain yang tidak kalah pentingnya. Metode bilangan kurva (CN) yang digunakan dalam penelitian sebaiknya
didapatkan
dari
hasil
pengukuran di lapang.
V. DAFTAR PUSTAKA Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: IPB Press. Puguh, R. 2010. Kajian Karakteristik DAS Lukulo Hulu Dengan Menggunakan Data Penginderaan Jauh. Jurnal Geografi, Vol.3 No. 1 / Januari 2010.
Anderson, B. J., Hardy, E. E., Roach, J. T., & Witmer, R. E. 1976. A Land Use And Land Cover Classification System For Use With Remote Sensor Data. Development (964 ed., Vol. 2001, p. 41). Washington: United States Department of the Interior and USGS. Asdak, C., 1995. Hidrologi dan pengelolaan daerah aliran sungai. Gadjah Mada University Press. (Revisi) Triatmodjo, B., 2009. Hidrologi terapan. Beta Offset, Yogyakarta. US Army Corps Of Engineering, 2000, βHydrologic Modelling System HEC-HMS Technical Reference Manualβ, Institute For Water Resources, Hydrologic Engineering Center Harto, Sri. Analisis hidrologi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1993. Houghton, R. H., Joos, F., & Asner, G. P. 2004. Land Change Science. In Land Change Science, Remote Sensing and Digital Image Processing (Vol. 6, pp. 237-256). Dordrecht: Springer Netherlands. doi: 10.1007/978-14020-2562-4 NASA. 2010. The Landsat Program History. Retrieved from http://landsat.gsfc.nasa.gov/about/lan dsat5.html. Soemarto, C. D. Hidrologi teknik. Usaha Nasional. Surabaya, 1987.
39