II. TINJAUAN PUSTAKA. Kegiatan pembelajaran merupakan sarana yang digunakan oleh seorang

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Sains Kegiatan pembelajaran merupakan sarana yang digunakan oleh seorang pembelajar untuk menyampaikan suatu mat

43 downloads 338 Views 424KB Size

Data uploaded manual by user so if you have question learn more, including how to report content that you think infringes your intellectual property rights, here.

Report DMCA / Copyright

Transcript

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Sains Kegiatan pembelajaran merupakan sarana yang digunakan oleh seorang pembelajar untuk menyampaikan suatu materi kepada siswa baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Menurut Sanjaya (2008: 196) pembelajaran adalah kegiatan yang bertujuan, yaitu membelajarkan siswa. Proses pembelajaran itu merupakan rangkaian kegiatan yang melibatkan berbagai komponen.

Munadi (2013: 4) menyatakan : “kata pembelajaran sengaja dipakai sebagai padanan dari kata instruction (bahasa inggris). Kata instruction mempunyai pengertian yang lebih luas dari pada pengajaran. Jika kata pengajaran ada dalam konteks guru-murid di kelas (ruang) formal, pembelajaran mencakup pula kegiatan belajar mengajar yang tidak dihadiri guru secara fisik. Oleh karena itu, dalam pembelajaran yang ditekankan adalah proses belajar, maka usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri siswa kita sebut pembelajaran.” Hadirnya orang lain dalam kegiatan belajar siswa untuk membuat belajar lebih mudah, lebih efesien dan lebih lancar dinamakan pembelajaran. Menurut Bruner dalam Karwono (2010: 10) bahwa teori belajar adalah deskriptif, sedangakan teori pembelajaran adalah prespektif. Jadi teori belajar mendeskripsikan terjadinya proses belajar, sedangkan teori pembelajaran mendeskripsikan strategi atau metode pembelajaran yang optimal agar terjadi proses belajar.

9 Menurut Gagne, Briggs, dan Wagner dalam Karwono (2010: 10) pengertian pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada peserta didik. Sedangkan, menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentnag Sisdiknas, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Berdasarkan sifatnya, ilmu pengetahuan (science) dibedakan menjadi social science (ilmu pengetahuan sosial) dan natural science (ilmu pengetahuan alam). Ilmu pengetahuan alam (IPA) atau sering kita sebut sains adalah sebuah kajian ilmu yang lebih mempelajari alam sekitar. Dikatakan mempelajari ilmu sekitar karena memang sesungguhnya sains didapatkan melalui pengamatan secara langsung terhadap alam maupun pengamatan terhadap sesuatu yang berkaitan dengan alam tersebut, tidak hanya menghafalkan kumpulan rumus, fakta, teorema, dan sebagainya. Viyanti (2012: 2) menyatakan bahwa, Ilmu pengetahuan alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja, tetapi juga sebuah proses penemuan. IPA merupakan pengetahuan ilmiah, yaitu pengetahuan yang telah mengalami uji kebenaran melalui metode ilmiah, dengan bercirikan objektif, metodik, sistematis, universal, dan tentatif. Pembelajaran IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat, sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Sementara itu, Carin dan Sund dalam Viyanti (2012: 2) mendefinisikan IPA sebagai pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum (universal), dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen.

Benyamin dalam Toharudin, dkk (2011: 27) mengartikan sains sebagai cara penyelidikan yang berusaha keras mendapatkan data hingga informasi tentang

10 alam semesta dengan menggunakan metode pengamatan dan hipotesis yang telah teruji berdasarkan pengamatan tersebut. Senada dengan Benyamin, Toharudin (2011: 28) berpendapat bahwa sains merupakan pengetahuan ilmiah, yaitu pengetahuan yang telah mengalami pengujian kebenarannya melalui metode ilmiah dan bahasan pokoknya adalah alam dan segala isinya.

Berdasarkan beberapa pengertian tentang pembelajaran dan sains di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran sains merupakan serangkaian aktivitas belajar yang menimbulkan interaksi antara pendidik dengan peserta didik di kelas maupun di lingkungan belajar serta memanfaatkan sumber belajar yang tersedia untuk mengetahui suatu hal menggunakan metode pengamatan dan hipotesis yang telah teruji berdasarkan pengamatan tersebut.

B. Pendidikan Karakter Semua warga sekolah, yaitu pimpinan sekolah, guru, siswa, pegawai administrasi, bahkan penjaga sekolah, pengelola kantin, dan orang tua siswa, serta masyarakat perlu bekerja sama dalam melaksanakan program pendidikan karakter. Tempat pelaksanaan pendidikan karakter baik di dalam kelas maupun di luar kelas dalam berbagai jenis kegiatan, termasuk kegiatan di rumah atau di lingkungan masyarakat sebaiknya melibatkan partisipasi orang tua siswa. Menurut Mundilarto (2013: 156), kehidupan seseorang dari mulai bayi sampai dewasa sangat dipengaruhi oleh karakternya. Karakter seseorang merupakan hasil perpaduan antara faktor internal dan faktor eksternal dari individu tersebut. Dengan kata lain, karakter seseorang dapat dibentuk oleh lingkungan kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa karakter dapat dibangun melalui pendidikan.

11 Terdapat 10 nilai dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa yang dirancang oleh Kemendikbud RI. Mulai tahun ajaran 2011, seluruh tingkat pendidikan di Indonesia harus menyisipkan pendidikan karakter tersebut dalam proses pendidikan. Adapun nilai-nilai dalam pendidikan karakter bangsa yang dimaksud adalah sebagai berikut : 1. Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang akan dilakukan, memiliki keberanian untuk melakukan hal yang benar. 2. Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. Bersikap jujur, tidak menipu, tidak main curang, atau tidak mencuri, dapat diandalkan, apa yang dikatakan membangun reputasi baik, setia pada keluarga, teman, dan negara. 3. Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. 4. Kerja keras Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya. 5. Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.

12 6. Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. 7. Demokratis Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dengan orang lain. Bertindak sesuai aturan, mau bergiliran dan berbagi, berpikiran terbuka, mendengarkan orang lain, tidak mengambil keuntungan dari orang lain, tidak menyalahkan orang lain secara sembarangan, memperlakukan semua orang secara fair. 8. Rasa ingin tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar. 9.

Peduli lingkungan Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.

10. Tanggung jawab Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara, dan Tuhan Yang Maha Esa. Melakukan apa yang seharusnya dilakukan, memiliki rencana ke depan, tekun, terus mencoba, selalu melakukan yang terbaik, pengendalian diri, disiplin, berpikir sebelum bertindak-mempertimbangkan konsekuensi, bertanggung jawab

13 terhadap kata-kata, tindakan, dan sikap; memberi contoh yang baik bagi orang lain.

Mundilarto (2013: 156) menyatakan, Pengembangan keterampilan hidup (soft skills), terutama yang terkait dengan nilai dan moral harus menjadi perhatian bagi semua pihak, terutama pemerintah, sekolah, guru, bahkan orang tua. Siswa perlu dilatih untuk mengembangkan kemampuannya, baik secara intelektual maupun moral dalam pemecahan masalah-masalah nyata yang ada di lingkungannya. Kegiatan-kegiatan yang melibatkan proses baik intelektual maupun moral mencakup antara lain mengamati, mengukur, memprediksi, mendeskripsi, membuat inferensi, berkreasi, berdisiplin, bekerjasama, menghargai orang lain, dan membangun kepercayaan diri. Elfindri, dkk (2012: 94) menyatakan bahwa, Di dalam skema model karakter yang dibuatnya, elemen yang pertama yaitu spiritual yang merupakan sumber inspirasi sekalius tujuan. Unsur spiritual ini dinyatakan dalam ungkapan religius, yang ditempatkan di bagian tengah, sebagai inti karakter dan mewarnai keseluruhan karakter lainnya. Sehigga dapat kita fahami bahwa pada sistem pembelajaran yang bertujuan untuk menumbuhkan karakter-karakter baik perlu dilandasi dengan unsur religius. Penerapan unsur religius dapat dilakukan secara langsung dalam pembelajaran di kelas maupun secara tidak langsung ketika belajar di lingkungan sekitar. Dalam hal ini seorang guru harus mampu membimbing siswa agar karakter yang diharapkan tercapai dan bisa memunculkan karakter-karakter baik yang lainnya.

Prinsip-prinsip yang digunakan dalam pengembangan pendidikan karakter (Pusat Kurikulum Kemendikbud) sebagai berikut : 1. Berkelanjutan, mengandung makna bahwa proses pengembangan nilai- nilai karakter merupakan sebuah proses yang tiada berhenti, dimulai dari awal siswa masuk sampai selesai dari suatu satuan pendidikan, bahkan setelah tamat dan terjun ke masyarakat.

14 2. Melalui semua mata pelajaran, pengembangan diri, dan budaya sekolah, serta muatan lokal; mensyaratkan bahwa proses pengembangan nilai-nilai karakter dilakukan melalui setiap mata pelajaran, serta dalam kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler. 3. Nilai tidak diajarkan, tapi dikembangkan dan dilaksanakan, mengandung makna bahwa materi nilai karakter tidak dijadikan pokok bahasan seperti halnya ketika mengajarkan suatu konsep, teori, prosedur, ataupun fakta dalam mata pelajaran agama, bahasa Indonesia, PKn, IPA, IPS, matematika, pendidikan jasmani dan kesehatan, seni, dan keterampilan, atau mata pelajaran lainnya. Guru tidak perlu mengubah pokok bahasan untuk mengembangkan nilai-nilai karakter bangsa. Selain itu, guru tidak harus mengembangkan proses belajar, khusus untuk mengembangkan nilai. Suatu hal yang selalu harus diingat bahwa satu aktivitas belajar dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. 4. Proses pendidikan dilakukan siswa secara aktif dan menyenangkan. Prinsip ini menyatakan bahwa proses pendidikan nilai karakter dilakukan oleh siswa, bukan oleh guru. Guru menerapkan prinsip tut wuri handayani dalam setiap perilaku yang ditunjukkan siswa. Prinsip ini juga menyatakan bahwa proses pendidikan dilakukan dalam suasana belajar yang me- nimbulkan rasa senang dan tidak indoktrinatif. Diawali dengan perkenalan terhadap pengertian nilai yang dikembangkan, guru menuntun siswa agar aktif. Hal ini dilakukan tanpa guru mengatakan kepada siswa bahwa mereka harus aktif, tapi guru merencanakan belajar yang menyebabkan siswa aktif merumuskan

15 pertanyaan, mencari sumber informasi dan mengumpulkan informasi dari sumber, mengolah informasi yang sudah dimiliki, merekonstruksi fakta, data, atau nilai, menyajikan hasil rekon- struksi atau proses pengembangan nilai, menumbuhkan nilai-nilai budaya dan karakter pada diri mereka melalui berbagai kegiatan belajar yang terjadi di kelas, sekolah, dan tugas-tugas di luar sekolah.

C. Nilai Ketuhanan Manusia harus senantiasa mensyukuri nikmat yang diberikan oleh Allah Subhanahuwata’alla. Nikmat-Nya tidak mampu kita sebutkan satu persatu, karena nikmat-Nya banyak sekali. Kenikmatan yang dapat kita gunakan untuk mengetahui sesuatu sejak kita terlahir di dunia ini adalah telinga untuk mendengar, mata untuk melihat dan hati unutk merasa. Sebagaimana Allah Subhanahuwata’alla telah berfirman dalam Al-Quran surat An-Nahl ayat 78, “ .... Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”.

Ayat di atas secara dzahir (tinjauan secara teks) telah menunjukan bahwa pengetahuan yang didapatkan oleh manusia tidak lepas dari peranan Allah Subhanhuwata’alla. Hal ini menunjukan adanya nilai ketuhanan di setiap aktifitas menuntut ilmu pengetahuan. Tanpa telinga, kita tidak bisa mendengarkan penjelasan dari seorang guru. Tanpa mata, kita tidak bisa melihat penjelasan yang ditulis dipapan tulis dan kegiatan praktikum yang dilakukan oleh guru. Tanpa hati, kita tidak bisa meresapi hikmah dari ilmu yang kita pelajari selama ini. Maka, bersyukur kepada Allah Subhanahuwata’alla wajib kita lakukan setiap saat.

16

Nilai adalah harga atau kualitas sesuatu. Nilai ketuhanan bermakna adanya pengakuan dan keyakinan terhadap adanya Allah Subhanahuwata’alla. Adanya nilai ketuhanan pada seseorang, akan menunjukkan identitasnya sebagai orang yang religius, bukan atheis.

Pendidikan berkarakter saat ini sedang marak digunakan di Indonesia. Dengan sistem ini, diharapkan melalui pendidikan formal akan dilahirkan anak-anak yang berkarakter dan berakhlak mulia. Dalam pendidikan berkarakter akan ditanamkan nilai-nilai yang dibutuhkan dapat meningkatkan dan menggunakan pengetahuaannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilainilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.

Pada kurikulum 2013 yang merupakan kurikulum terbaru di Indonesia, tiga target di dalam kurikulum yakni keahlian, pengetahuan dan sikap akan dihubungkan dengan nilai-nilai ketuhanan. Munif dalam Suara Merdeka (17 Mei 2013) menambahkan bahwa, Target kurikulum 2013 itu kan pertama anak itu punya keahlian, kedua anak punya pengetahuan, ketiga anak punya sikap yang baik kepada sesama, nah ketiga hal itu kemudian harus dihubungkan kepada Allah ta’ala, kalau itu benar bukan hanya tulisan tulisan teori tetapi mampu diaplikasikan saya yakin pendidikan di Indonesia akan maju.

Siswanto (2008: 88) menyatakan bahwa, pendidikan yang membentuk manusia secara utuh baik lahiriah maupun batiniah membutuhkan sebuah model pendidikan yang mentransformasikan nilai-nilai moral keagamaan dalam setiap aspek sosial dan ekonomi. Hatami dalam Siswanto (2008: 89) menambahkan, Dalam rangka mewujudkan pemeliharaan lingkungan hidup dengan bantuan model pendidikan tersebut, yang pelaksanaannya dapat melalui pendidikan

17 formal dalam setiap jenjangnya. Maka perumusan tujuan pendidikan yang hendak harus difokuskan dalam beberapa indikator berikut: 1. Pemahaman sebagai makhluk fisik dan biologik sebagai manifestasi keesaan, ciptaan, kekuasaan, keadilan, keagungan, dan keindahan Allah melalui karya-Nya (Allah sebagai pencipta Agung segala sesuatu dan ciptaan itu sebagai refleksi dari sifat-sifat-Nya) 2. Pemahaman mengenai martabat dan kedudukan makhluk dalam kerangka penciptaan semesta (kesatuan alam). 3. Mampu memahami berbagai prinsip dan implikasi ilmu dalam konteks pengetahuan yang digali melalui al-Qur'an dan Sunnah (rangkaian antara pengetahuan saintifik dan pengetahuann wahyu). 4. Mampu memahami bahwa penelitian dan aplikasi ilmu-ilmu harus terpadu dengan nilai-nilai etik dan moral agama.

Penerapan nilai ketuhanan dalam pendidikan sebenarnya tidaklah sulit, karena dari sekian banyak ilmu yang dipelajari di sekolah seharusnya mengingatkan manusia akan kebesaran Allah Subhahuwata’alla. Dia dalam surat Ali Imran ayat 190-191 menjelaskan bahwa, “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. ....... “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. ....... ” Mengomentari ayat ini, At-Tabari dari Ibnu Hatim meriwayatkan dari Ibnu 'Abbas ra, Ayat yang diturunkan setelah orang-orang yahudi meminta bukti kebenaran Muhammad bin Abdullah sebagai seorang Rasul, maka beliau berdoa dan turun ayat ini yang intinya mengajak supaya mereka memikirkan langit dan bumi tentang kejadiannya, hal-hal yang menakjubkan di alamnya, seperti bintang-bintang, bulan dan matahari serta peredarannya laut, gununggunung, pohon-pohon, buah-buahan, binatang-binatang, tambang-tambang dan sebagainya di bumi ini. Memikirkan pergantian siang dan malam. mengikuti terbit dan terbenamnya matahari, siang lebih lama dari malam dan sebaliknya. Semuanya itu menunjukkan atas kebesaran dan Kekuasaan Penciptanya bagi orang-orang yang berakal.

D. Kecintaan terhadap Lingkungan Peduli terhadap lingkungan menjadi topik utama dalam pembahasan masalah pemanasan global (global warming) yang melanda bumi ini. Tanggung jawab

18 terhadap kerusakan alam ini tidak bisa dituduhkan pada salah satu pihak saja, melainkan semua elemen masyarakat ikut terlibat. Mulai dari para pejabat, Dinas Kehutanan, kelompok sosial peduli lingkungan, sampai masyarakat secara umum. Kerusakan yang ditimbulkan akibat pemanasan global berdampak pada sistem kehidupan manusia menjadi tidak stabil. Salah satu dampak yang ditimbulkan yaitu, menaiknya permukaan air laut yang diprediksi akan menenggelamkan ibu kota negara, cukup menakutkan dan membuat pemerintah waspada.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pemanasan global, diantaranya : polusi karbon dioksida, gas metana dari peternakan, aktivitas penebangan pohon, dan pengunaan pupuk kimia yang berlebihan. Namun, sebab utama yang mempengaruhi pemanasan global ini adalah manusia. Tentunya manusia yang tidak mendapatkan pendidikan yang baik tentang lingkungan di masa kecilnya. Padahal pendidikan kecintaan terhadap lingkungan sangat baik ditanamakan sejak manusia masih kecil, sebab anak kecil mampu menyimpan hal-hal baik yang dicontohkan padanya.

Kemiskinan dan sistem sosial budaya kerap membuat anak-anak sering kali menjadi korban dari kerusakan lingkungan. Hal tersebut disampaikan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Linda Amalia Sari Gumelar (jurnas.com,16 Oktober 2013, 21:22:52).

Linda dalam jurnas.com (16 Oktober 2013, 21:22:52) menambahkan, Anak-anak kerap menjadi korban karena ketidaksepahaman orang tua tentang pentingnya menjaga dan melestarikan lingkungan. Faktor ekonomi keluarga menjadi salah satu penyebabnya. Kalangan keluarga miskin kurang mendengarkan keinginan dan kebutuhan anak. "Ini tentu saja mempengaruhi

19 proses tumbuh kembang anak,". Padahal anak-anak merupakan kelompok masyarakat yang sangat strategis untuk menanamkan rasa cinta pada lingkungan. Faktor lainnya adalah faktor sosial budaya yang tanpa disadari menciptakan diskriminasi kepada anak-anak. Terkesan tanggung jawab menjaga kelestarian lingkungan adalah tanggungjawab orang dewasa semata. Apalagi masalah lingkungan yang dihadapi sekarang ini sudah sangat bisa dirasakan. Pemanasan global, perubahan iklim ditandai dengan fenomena alam yang menimbulkan bencana bajir, longsor dan bencana alam lainnya adalah contoh nyata. Karena itu anak-anak sejak dini harus ditanamkan rasa cinta pada lingkungan. Hal ini bisa dimulai dari hal-hal yang sederhana misalnya dengan menjaga kebersihan lingkungan dan menanam pohon. "Kita sebagai orang tua diharapkan untuk bisa menanamkan kesadaran untuk ikut serta menjaga dan memelihara ekosistem". Sehingga penanaman kecintaan terhadap lingkungan sejak masih anak-anak ini, diharapakan ketika dewasa kelak, ia dapat menjaga kelestarian alam serta mencintai alam yang indah ini. Bukan sebaliknya, merusak alam untuk kepentingannya sendiri yang merugikan penduduk bumi.

Manusia sebagai pengelola lingkungan hidup memegang peranan penting dalam menjaga kelestarian lingkungan. Untuk itu perlu ditanamkan semangat cinta lingkungan semenjak dini. Karena anak-anak merupakan generasi penerus yang akan mengelola lingkungan untuk selanjutnya. Sudah sepantasnya jika mereka dibekali dengan cara-cara mengelola lingkungan dengan baik. Menurut Wahyuti (Wahyuti Journal, 16 Oktober 2013, 21:29:20),

Contoh termudah yang dapat kita lakukan misalnya menjaga kebersihan lingkungan, tidak membuang sampah sembarangan, tidak merusak pohon sembarangan, mengajak anak-anak untuk mulai mencintai tanaman dengan berkebun. Memberikan tanggung jawab terhadap mereka untuk menjaga tumbuhan yang mereka tanam sendiri. Semua itu merupakan upaya untuk menanamkan kecintaan anak terhadap lingkungan hidup. Membawa anakanak keluar jalan-jalan menikmati udara segar di persawahan atau pun alam terbuka juga merupakan salah satu upaya untuk menanamkan cinta lingkungan terhadap anak-anak usia dini.

20 Dengan adanya rasa cinta terhadap lingkungan diharapkan anak-anak usia dini ini nantinya akan dapat berperan aktif dalam menjaga lingkungan hidup tempat tinggal mereka. Lingkungan hidup yang lestari akan membawa kesejahteraan bagi penghuninya. Kepala Dinas Pemuda Olah Raga Budaya dan Pariwisata Kota Tangerang, Tabrani (Jurnas.com, 14 Oktober 2013, 14:37:55) mengatakan, “Pemuda dan masyarakat lebih meningkatkan kecintaanya kepada lingkungan, dengan melakukan penanaman pohon. Artinya, mereka tidak hanya melakukan aktifitas tetapi melakukan sesuatu yang bermanfaat.” Bencana alam yang terjadi di berbagai belahan bumi merupakan dampak dari kerusakan di muka bumi ini. Manusia yang diciptakan di bumi ditugaskan untuk menjaga dan melestarikannya, bukan untuk merusaknya. Sehingga penanaman kecintaan terhadap lingkungan harus dilakukan sejak dini, agar sifat yang dimiliki manusia secara lahiriyah seperti dalam firman Allah Subhanahuwata’alla di atas dapat terbendung dengan kecintaannya terhadap lingkungan.

E. Multimedia Pembelajaran Multimedia berasal dari kata multi dan media. Multi berasal dari bahasa Latin, yaitu nouns yang berarti banyak atau bermacam-macam. Sedangkan, kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang berarti perantara atau sesuatu yang dipakai untuk menghantarkan, menyampaikan atau membawa sesuatu. (Munir, 2012: 2)

Menurut Hofstetter dalam Munir (2012: 3) multimedia dalam konteks komputer adalah penggunaan komputer untuk menyajikan atau menggabungkan teks, suara,

21 gambar, animasi dan video dengan alat bantu (tool) dan koneksi (link) sehingga pengguna dapat melakukan navigas, berinteraksi, berkarya dan berkomunikasi.

Pengertian yang lebih komprehensif dikemukakan oleh Mao Neo dan Ken T. K. Neo dalam Munir (2012: 5) bahwa multimedia adalah kombinasi berbagai tipe media digital seperti teks, gambar, suara dan video yang dipadukan dalam aplikasi atau presentasi interaktif multisensory untuk menyampaikan suatu pesan atau informasi kepada pemirsa.

Munadi (2013: 148) juga menjelaskan bahwa, media dalam konteks pembelajaran diartikan sebagai bahasa, maka multimedia dalam konteks tersebut adalah multibahasa, yakni ada bahasa yang mudah dipahami oleh indra pendengaran, pengelihatan, penciuman, peraba dan lain sebagainya; atau dalam bahasa lain multimedia pembelajaran adalah media yang mampu melibatkan banyak indera dan organ tubuh selama proses pembelajaran berlangsung. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, bila kata multimedia dikaitkan dengan pembelajaran maka dapat diartikan sebagai kombinasi berbagai tipe media digital teks, gambar, suara dan video yang dipadukan secara kreatif untuk menyampaikan materi pembelajaran dari pengajar kepada siswa.

Munir (2012: 9) menyatakan, Pendidikan sangat membutuhkan teknologi multimedia. Peserta didik dapat langsung melihat dan mendengar tentang hal-hal yang dipelajarinya. Dalam aplikasi pembelajaran, peserta didik dapat memilih materi atau subjek yang akan dipelajari. Di layar monitor akan muncul teks materi atau subjek disertai gambar, suara atau gambar hidup dari subjek yang dipelajari. Perhatian peserta didik akan lebih terpusat dan rasa ingin tahunya akan lebih tinggi untuk mempelajari hal-hal lain karena merasa tertarik akan media penyajiannya. Fenrich dalam munir (2012: 46) menyimpulkan keunggulan multimedia pembelajran antara lain :

22 1. Peserta didik dapat belajar sesuai dengan kemampuan, kesiapan dan keinginan. 2. Peserta belajar dari tutor yang ‘sabar’ (komputer) yang menyusaikan diri dengan kemampuan dari peserta didik. 3. Peserta didik terdorong untuk mengejar pengetahuan dan memperoleh uman balok yang seketika. 4. Pesert didik menghadapi suatu elevasi yang obyektif melalui keikutsertaannya dalam latiahan atau tes yang desediakan. 5. Peserta didik menikmati privasi di mana mereka tak perlu malu saat melakukan kesalahan. 6. Belajar saat kebutuhan muncul (“just-in-time” learning). 7. Belajar kapan saja sesuai kemauan mereka tanpa terikat waktu yang telah ditentukan. 8. Peserta didik mengenal perangkat teknologi informasi dan komnikasi. 9. Memberikan pengalaman baru dan menyenangkan baik bagi pendidik dan peserta didik. 10. Metode belajar yang menyenangkan dapat menambah motivasi belajar anak lebih meningkat. 11. Mengejar ketertinggalan akan pengetahuan tentang ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang pendidikan. 12. Mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam usaha memanfaatkan media sebagai alat bantu pembelajaran, Edgar Dale mengklasifikasikan media dari tingkatan yang paling konkrit ke tingkatan paling abstrak. Klasifikasi yang lebih dikenal sebagai “Kerucut Pengalaman Dale” (Gambar 2.1) ini dapat digunakan untuk mempermudah dalam menentukan alat bantu yang paling sesuai untuk pengalaman belajar.

23

Kata Visual Gambar, radio Gambar hidup Televisi Karyawisata Dramatisasi Demontrasi Benda tiruan / Pengamatan Pengalaman Langsung

Gambar. 2.1 Kerucut Pengalaman Dale dalam Azhar (2011) Kerucut pengalaman yang dikemukakan Edgar Dale tersebut memberi gambaran bahwa pengalaman belajar yang diperoleh siswa dapat melalui proses perbuatan atau mengalami sendiri apa yang dipelajari, proses mengamati dan mendengarkan melalui media tertentu dan proses mendengarkan melalui bahasa. Semakin konkret siswa mempelajari bahan pengajaran contohnya melalui pengalaman langsung, maka semakin banyaklah pengalaman yang diperoleh siswa. Sebaliknya, semakin abstrak siswa memperoleh pengalaman, contohnya hanya mengandalkan bahasa verbal, maka semakin sedikit pengalaman yang diperoleh siswa. Oleh karena itu, pemilihan media yang tepat perlu dilakukan agar tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai dengan baik.

F. Video Secara empiris, video berasal dari singkatan dalam bahasa inggris, yaitu visual dan audio. Kata vi adalah singkatan dari visual yang berarti gambar dan deo

24 adalah singkatan dari audio yang berarti suara. Secara bahasa, video berasal dari bahasa latin, video-vidi-visum yang artinya melihat (mempunyai daya penglihatan) atau dapat melihat. Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995: 1119) mengartikan video sebagai bagian yang memancarkan gambar pada pesawat televisi atau rekaman gambar hidup untuk ditayangkan pada pesawat televisi.

Senada dengan itu, Echols dan Shadilly dalam Sukiman (2012: 187) memaknai video dengan penyiaran atau penerimaan gambar pada televisi. Istilah video juga digunakan sebagai singkatan dari videotape, dan juga perekam video serta pemutar video. Aplikasi umum dari sinyal video adalah televisi, tetapi dia dapat juga digunakan dalam aplikasi lain di dalam bidang teknik, saintifik, produksi dan keamanan.

Sementara itu, Agnew dan Kellerman dalam Munir (2012: 290) menyatakan bahwa, Video adalah media digital yang menunjukkan susunan atau urutan gambargambar dan memberikan ilusi, gambaran, serta fantasi pada gambar yang bergerak. Video juga bisa dikatakan sebagai gabungan gambar-gambar mati yang dibaca berurutan dalam suatu waktu dengan kecepatan tertentu.

Dilihat dari media penyampai pesannya, video termasuk media audio-visual atau media pandang-dengar. Dikatakan media pandang-dengar kerena unsur dengar (audio) dan unsur visual (pandang) dapat disajikan serentak. Munadi (2013: 113) menambahkan bahwa, Media audio visual dapat dibagi menjadi dua jenis: pertama, dilengkapi fungsi peralatan suara dan gambar dalam satu unit, dinamakan media audiovisual murni; dan kedua, media audio-visual tidak murni. Film bergerak (movie), televisi, dan video termasuk jenis yang pertama, sedangkan slide, opaque, OHP dan peralatan visual lainnya yang diberi suara termasuk jenis yang kedua.

25 Video merupakan suatu medium yang sangat efektif untuk membantu proses pembelajaran, baik untuk pembelajaran masal, individual, maupun berkelompok. Pada pembelajaran yang bersifat masal (mass instruction), manfaat kaset video sangat nyata. Kemp dalam Sukiman (2012: 188) menjelaskan bahwa, Video dapat menyajikan informasi, menggambarkan suatu proses, dan tepat mengajarkan keterampilan, menyingkat, dan mengembangkan waktu serta dapat mempengaruhi sikap. Hal ini dipengaruhi oleh ketertarikan minat, di mana tayangan yang ditampilkan oleh video dapat menarik gairah rangsang (stimulus) seseorang untuk menyimak lebih dalam.

Riyana dalam Ayuningrum (2012: 22) menambahkan bahwa, Pemanfaatan video pembelajaran digunakan sebagai bahan ajar bertujuan untuk: 1. Memperjelas dan mempermudah penyampaian pesan agar tidak terlalu verbalistis. 2. Mengatasi keterbatasan waktu, ruang, dan daya indera peserta didik maupun instruktur. 3. Dapat digunakan secara tepat dan bervariasi.

Pemanfaatan video pembelajaran sebagai media dimaksudkan agar meningkatkan ketertarikan peserta didik dalam belajar. Dalam penggunannya sebagai media pembelajaran tentunya ada beberapa kaidah yang harus dipenuhi. Riyana dalam Ayuningrum (2012: 22) menjelaskan bahwa, Karakteristik video pembelajaran yaitu: 1) Clarity of Massage (kejalasan pesan) 2) Stand Alone (berdiri sendiri). 3) User Friendly (bersahabat/akrab dengan pemakainya). 4) Representasi Isi 5) Visualisasi dengan media 6) Menggunakan kualitas resolusi yang tinggi 7) Dapat digunakan secara klasikal atau individual

Munadi (2013: 132) mendefinisikan video sebagai teknologi pemrosesan sinyal elektronik meliputi gambar dan suara. Munadi (2013: 127) menambahkan,

26 Karakteristik video dari segi kelebihan-kelebihannya yaitu: 1. Mengatasi keterbatasan jarak dan waktu 2. Video dapat diulangi bila perlu untuk menambah kejelasan 3. Pesan yang disampaikan cepat dan mudah diingat 4. Mengembangkan pikiran dan pendapat para siswa 5. Mengembangkan imajinasi peserta didik 6. Memperjelas hal-hal yang abstrak dan memberikan gambaran yang lebih realistik 7. Sangat kuat memengaruhi emosi seseorang 8. Sangat baik menjelaskan suatu proses dan keterampilan 9. Semua peserta baik yang pandai maupun yang kurang pandai mampu belajar dari video 10. Menumbuhkan minat dan motivasi belajar 11. Dengan video penampilan siswa dapat segera dilihat kembali untuk dievaluasi.

Namun, sebelum menggunakan video sebagai media pembelajaran kita harus memperhatikan beberapa aspek terlebih dahulu. Munadi (2013: 127-128) menyatakan bahwa, Pemanfaatan video dalam proses pembelajaran hendaknya memperhatikan hal-hal berikut: 1. Program video harus dipilih agar sesuai dengan tujuan pembelajaran. 2. Guru harus mengenal program video yang tersedia dan terlebih dahulu melihatnya untuk mengetahui manfaatnya bagi pelajaran. 3. Sesudah program video dipertunjukkan, perlu diadakan diskusi untuk melatih siswa mencari pemecahan masalah, membuat dan menjawab pertanyaan. 4. Program video bisa diputar dua kali atau lebih, untuk memperhatikan aspek-aspek tertentu. 5. Agar siswa tidak memandang program video sebagai media hiburan belaka, sebelumnya perlu ditugaskan untuk memperhatkan bagianbagian tertentu. 6. Sesudah itu dapat dites, berapa banyakkah yang dapat mereka tangkap dari program video itu.

G. Wujud Zat Semua zat menempati ruang, mempunyai massa, dan dapat berada dalam wujud yang berbeda. Pada dasarnya ada tiga wujud zat: padat, cair, dan gas. Wujud dari suatu zat tergantung pada suhunya. Setiap wujud zat mempunyai karakterisitik

27 masing-masing yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi zat tersebut, sebagaimana yang akan kamu pelajari. Tiga wujud zat tersebut antara lain :

1. Zat Padat Zat padat mempunyai sifat bentuk dan volumenya tetap. Bentuknya tetap dikarenakan partikel-partikel pada zat padat saling berdekatan, tersusun teratur dan mempunyai gaya tarik antar partikel sangat kuat. Volumenya tetap dikarenakan partikel pada zat padat dapat bergerak dan berputar pada kedudukannya saja. Perhatikan gambar 1, batu adalah salah satu contoh dari zat padat.

Contoh zat padat antara lain adalah pensil, buku, meja, kursi. Bisakah kalian sebutkan lagi contoh benda yang termasuk dalam zat padat yang ada disekitarmu?

Gambar. 2.2 Batuan merupakan contoh benda yang termasuk zat padat. 2. Zat Cair

Gambar. 2.3 Air dalam Gelas Menempati Ruang Bagian dalam Gelas Perhatikan Gambar 2.3! Air di dalam sebuah botol dituangkan ke dalam sebuah gelas. Bagaimanakah jika air tersebut tidak di tuangkan ke dalam gelas? Pastinya air tersebut akan tumpah. Air merupakan contoh dari zat cair, dimana sifat dari zat cair yaitu menempati ruang.

28 Zat cair mempunyai sifat bentuk berubah-ubah dan volumenya tetap. Bentuknya berubah-ubah dikarenakan partikel-partikel pada zat cair berdekatan tetapi renggang, tersusun teratur, gaya tarik antar partikel agak lemah. Volumenya tetap dikarenakan partikel pada zat cair mudah berpindah tetapi tidak dapat meninggalkan kelompoknya. 3. Zat Gas Zat gas mempunyai sifat bentuk berubah-ubah dan volume berubah-ubah. Bentuknya berubah-ubah dikarenakan partikel-partikel pada zat gas berjauhan, tersusun tidak teratur, gaya tarik antar partikel sangat lemah. Volumenya berubahubah dikarenakan partikel pada zat gas dapat bergerak bebas meninggalkan kelompoknya. Setelah mengetahui karakteristik dari masing-masing zat, perbedaan sifat zat padat, cair, dan gas dijelaskan pada Tabel. 2.1. Tabel. 2.1 Perbedaan sifat zat padat, cair, gas Padat Mempunyai bentuk dan volume tertentu.

Jarak antar-partikel zat padat sangat rapat Partikel-pertikel zat padat tidak dapat bergerak bebas.

Cair Mempunyai volume tertentu, tetapi tidak mempunyai bentuk yang tetap, bergantung pada media yang digunakan. Jarak antar-partikel zat cair lebih renggang. Partikel-pertikel zat cair dapat bergerak bebas namun terbatas.

Gas Tidak mempunyai volume dan bentuk yang tertentu.

Jarak antar-partikel gas sangat renggang. Partikel-partikel gas Dapat bergerak sangat bebas.

Setiap wujud zat mempunyai susunan gerak suatu partikel. Zat padat, zat cair, dan gas tersusun dari beberapa partikel. Tahukah kamu apakah partikel itu? Partikel atau molekul adalah bagian terkecil dari suatu zat yang masih memiliki sifat zat tersebut. Tahukah kamu bagaimana susunan dan gerak partikel pada berbagai wujud zat? Perhatikan Gambar. 2.4.

29

(a)

(b)

(c)

Gambar. 2.4 (a) Susunan partikel zat padat, (b) susunan partikel zat cair, dan (c) susunan partikel zat gas. Adapun partikel masing-masing wujud zat tersebut, antara lain : 1. Partikel Zat Padat Zat padat tersusun atas partikel-partikel yang teratur dan mempunyai jarak antarpartikel yang sangat rapat. Gaya tarik-menarik antarpartikel zat padat sangat kuat. Hal ini menyebabkan partikel tidak dapat bergerak secara bebas untuk berpindah tempat. Keadaan ini menyebabkan zat padat dapat mempertahankan bentuk dan volumenya sehingga zat padat selalu mempunyai bentuk dan volume yang tetap.

2. Partikel Zat Cair Berbeda dengan zat padat, zat cair mempunyai susunan partikel yang kurang teratur dan kurang rapat dibandingkan susunan partikel pada zat padat. Hal inilah yang menyebabkan partikel-partikel dapat bergerak bebas untuk berpindah tempat. Akan tetapi, partikel-partikel penyusun zat cair tidak dapat memisahkan diri dari kelompoknya. Keadaan ini menyebabkan volume zat cair selalu tetap, walaupun bentuknya selalu berubah mengikuti tempatnya.

30 3. Partikel Zat Gas Pada zat gas, jarak antarpartikel sangat berjauhan sehingga gaya tarik-menarik antarpartikel sangat lemah. Partikel-partikel ini bergerak sangat bebas dan cepat dalam wadahnya. Hal ini menyebabkan zat gas tidak dapat mempertahankan bentuk dan volumenya sehingga bentuk dan volume zat gas selalu berubah mengikuti ruang yang ditempatinya.

Life Enjoy

" Life is not a problem to be solved but a reality to be experienced! "

Get in touch

Social

© Copyright 2013 - 2024 KUDO.TIPS - All rights reserved.