Bambang Harwono Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia. Kata kunci: karangan narasi, teknik reka cerita gambar

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA KELAS IV MI DARUL FALAH GOMBOLIRANG KECAMATAN KABAT KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN TEKNIK REKA CER

15 downloads 488 Views 96KB Size

Data uploaded manual by user so if you have question learn more, including how to report content that you think infringes your intellectual property rights, here.

Report DMCA / Copyright

Transcript

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA KELAS IV MI DARUL FALAH GOMBOLIRANG KECAMATAN KABAT KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN TEKNIK REKA CERITA GAMBAR

Bambang Harwono Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia

Abstrak. Pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa terampil berbahasa yang meliputi: keterampilan berbicara, membaca, menyimak dan menulis. Menulis sebagai salah satu keterampilan berbahasa yang harus dikuasai siswa sangat penting keberadaannya karena dapat mengkomunikasikan,gagasan, penghayatan, dan pengalamannya kedalam bentuk tulisan. Penggunaan teknik reka cerita gambar dalam meningkatakan keterampilan menulis karangan narasi siswa kels IV MI Darul Falah Gombolirang Kecamatan Kabat Kabupaten Banyuwangi dipilih berdasarkan latar belakang hasil observasi di kelas yaitu siswa masih belum mampu menuangkan gagasan atau pemikirannya kedalam bahasa tulis. Nilai rata-rata menulis karangan narasi masih 58,5 yang berarti masih di bawah nilai KKM yaitu 60,00. Masih kurangnya respon siswa dalam menulis sebuah karangan apabila tidak disertai dengan teknik dan media yang tepat. Guru dalam pembelajarannya masih bersifat konvensional kebanyakan guru menugaskan siswa menulis tanpa adanya contoh atau karakteristik yang mendukung. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan model spiral Kemmis dan Taggart yang dilakukan selama dua siklus. Setting penelitian dilakukan di kelas IV MI Darul Falah Gombolirang Kecamatan Kabat Kabupaten Banyuwangi. Sedangkan Subjek penelitian adalah siswa kelas IV yang berjumlah 23 siswa. Untuk memperoleh data, penelitian ini menggunakan teknik observasi, teknik wawancara dan teknik tes. Kata kunci: karangan narasi, teknik reka cerita gambar PENDAHULUAN

Penerapan keterampilan menulis karangan merupakan salah satu butir pembelajaran ditingkat sekolah dasar khususnya kelas IV. Bentuk keterampilan menulis yang diajarkan

kepada siswa adalah menulis karangan narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi. Dalam penelitian ini, penulis tertarik untuk memilih karangan narasi karena sebagian besar tulisan adalah karangan narasi. Buku-buku seperti

NOSI Volume 3, Nomor 3, Agustus 2015____________________________________________Halaman | 327

majalah, artikel, surat kabar, karya sastra, komik dan cerita merupakan contoh narasi. Di samping itu, pengetahuan dan pemahaman keterampilan mengenai tulisan narasi selalu diujikan dalam setiap ujian akhir nasional. Oleh karena itu, sangat diperlukan keterampilan serta pengetahuan dalam menulis karangan narasi. Berdasarkan hasil observasi banyak keluhan tentang keterampilan menulis karangan narasi bagi siswa kelas IV MI Darul Falah Gombolirang Kecamatan Kabat Kabupaten Banyuwangi, meskipun keterampilan menulis ini telah telah diajarkan dan dipelajari melalui mata pelajaran bahasa Indonesia. Dalam hal ini masih banyak siswa yang belum mampu menuangkan gagasan atau pemikirannya kedalam bahasa tulis secara tepat. Ketidak mampuan itu menjadi masalah bagi siswa yang harus dipecahkan dalam menulis karangan narasi antara lain: (1) pemilihan ide/gagasan secara lebih rinci dengan menggunakan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki, (2) pemilihan kosakata yang sangat sederhana dan kurang memperhatikan aturan/kaedah penulisan yang benar, (3) mengorganisasi-kan gagasan serta mengembangkan paragraf menjadi isi karangan yang baik sesuai karakteristik narasi, (4) menulis karangan sesuai ejaaan yang disempurnakan (EYD), (5) penggunaan tanda baca yang benar, (7) kerjasama antar siswa dalam merencanakan, mengembangkan dan memperbaiki tulisan/karangan yang dihasilkan. Berdasarkan pembahasan di atas maka peneliti tertarik menggunakan

teknik reka cerita gambar dalam pembelajaran menulis karangan narasi. Menulis karangan narasi dengan teknik reka cerita gambar adalah cara yang dilakukan dengan mengarahkan siswa menulis cerita dengan mereka gambar sesuai dengan pemahamannya sendiri. Penggunaan teknik reka cerita gambar diharapkan dapat menciptakan suatu kondisi belajar yang menarik dan atraktif sehingga dapat menumbuhkan minat dan antusias siswa dalam menulis karangan narasi. Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan keterampilan menulis karangan narasi siswa kelas IV MI Darul Falah Gombolirang Kecamatan Kabat Kabupaten Banyuwangi dengan teknik reka cerita gambar. Secara khusus penelitian ini betujuan untuk (a) mendeskripsikan peningkatan proses pembelajaran keterampilan menulis karangan narasi siswa kelas IV MI Darul Falah Gombolirang Kecamatan Kabat Kabupaten Banyuwangi dengan reka cerita gambar, dan (2) mendeskripsikan hasil peningkatan pembelajaran keterampilan menulis karangan narasi siswa kelas IV MI Darul Falah Gombolirang Kecamatan Kabat Kabupaten Banyuwangi dengan teknik reka cerita gambar. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap teori pembelajaran yang berkaitan dengan keterampilan menulis, khususnya keterampilan menulis karangan narasi. Bagi guru, adanya penelitian ini diharapkan guru dapat mengetahui hasil peningkatan keterampilan menulis

NOSI Volume 3, Nomor 3, Agustus 2015____________________________________________Halaman | 328

karangan narasi siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia dengan teknik reka cerita gambar. Sebagai bahan masukan bagi peneliti lain, mengenai penggunaan teknik reka cerita gambar yang member kesan menarik perhatian siswa, memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat secara aktif, antusias dan kreatif dalam proses pembelajaran. METODE PENELITIAN Pada bagian ini akan diuraikan hal-hal yang berkenaan dengan metode penelitian yaitu: (1) rancangan penelitian, (2) seting dan subjek penelitian, (3) prosedur penelitian. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas merupakan suatu proses yang memiliki siklus berbentuk spiral yang artinya penelitian dilakukan dengan menggunakan tahap prasiklus, siklus I, siklus II dan seterusnya dimulai dari perencanaan, melakukan tindakan dan penemuan fakta-fakta untuk melakukan refleksi. Menurut Syamsuddin dan Damaianti (2011:228) menjelaskan “PTK adalah bentuk penelitian yang dilakukan secara kolaboratif dan partisipatif”. Sedangkan Suharjono (dalam Arikunto, 2014:58) menjelaskan “PTK adalah penelitian tindakan yang dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki/meningkatkan mutu praktik pembelajaran”. Seting penelitian ini dilakukan di kelas IV MI Darul Falah Gombolirang Kecamatan Kabat Kabupaten Banyuwangi. Penelitian ini dilakukan mulai tanggal 27 april

sampai dengan 26 juni 2015. Yang menjadi subyek penelitian adalah siswa kelas IV MI Darul Falah Gombolirang Kecamatan Kabat Kabupaten Banyuwangi tahun pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 23 siswa. Kegiatan penelitian dimulai dari pengamatan awal terhadap latar penelitian yang meliputi guru, siswa, dan kegiatan belajar mengajar menulis karangan. Selanjutnya diadakan analisis hasil pengamatan awal dan diperoleh temuan awal. Berdasarkan temuan tersebut disusun rencana tindakan untuk diterapkan dalam pembelajaran menulis karangan narasi dengan teknik reka cerita gambar. Rencana tersebut dituangkan dalam persiapan mengajar untuk dilaksanakan dalam siklus pembelajaran. Hasil pengamatan dan wawancara pada kegiatan awal dijadikan dasar menyusun suatu rencana tindakan kelas untuk diterapkan dalam pembelajaran menulis karangan narasi. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam rangka meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi siswa kelas IV MI Darul Falah Gombolirang Kecamatan Kabat Kabupaten Banyuwangi semester 2 tahun pelajaran 2014/2015. Langkah-langkah yang dilakukan peneliti pada bersiklus ini adalah tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi dan tahap refleksi. Pada tahap perencanaan tindakan yang dilakukan (1) merancang kegiatan pembelajaran, (2) menyusun dan mempersiapkan instrumen penelitian. (3) menetapkan dan menyusun jadwal pelaksanaan tindakan

NOSI Volume 3, Nomor 3, Agustus 2015____________________________________________Halaman | 329

peningkatan keterampilan menulis karangan narasi dengan teknik reka cerita gambar. Kegiatan pertama adalah merancang kegiatan pembelajaran yang meliputi (1) pembuatan silabus, (2) Pembuatan rencana pembelajaran. Dalam pembuatan silabus dan rencana pembelajaran menggunakan acuan kurikulum 2006. Pada tahap pelaksanaan kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut. (a) Peneliti mengisi daftar siswa pada lembar observasi, tes, lembar wawancara siswa yang mengikuti proses pembelajaran. (b) Guru melaksanakan rencana pelaksanaan Pembelajaran (RPP) hasil diskusi antara peneliti dan guru kelas IV. (c) Peneliti melakukan observasi dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan siswa yang mengikuti kegiatan pembelajaran. (d) Melaksanakan diskusi dengan guru mengenai pelaksanaan tindakan yang bertujuan merefleksikan tindakan yang telah dilaksanakan. Pada tahap observasi semua indikator berusaha dikenali dan didokumen-tasikan dengan menggunakan pedoman observasi. Observasi dilakukan pada setiap siklus. Hasil observasi yang dilakukan pada siklus pertama dapat mempengaruhi penyusunan pada siklus selanjutnya. Hasil pengamatan ini, kemudian diadakan refleksi untuk perencanaan siklus berikutnya. Instrumen dalam penelitian ini ada dua jenis, yaitu (1) instrumen pengumpul data, (2) instrumen

analisis data. Instrumen pengumpul data berupa lembar observasi, wawancara dan tabel penskoran tes. Instrumen analisis data berupa hasil observasi, minat dan sikap, analisis hasil belajar dan nilai tes materi yang diajarkan. Tahap refleksi diadakan setiap akhir siklus, dalam tahap ini diadakan, (1) menganalisis tindakan yang baru dilaksanakan, (2) membahas kesesuaian tindakan dengan perencanaan yang telah dilaksanakan, (3) menemukan pemecahan masalah apabila terdapat kendalam dalam pelaksanaan kegiatan, dan (4) melakukan pemaknaan dan menyimpulkan data yang diperoleh. Untuk memperoleh data dalam penelitian ini digunakan beberapa teknik yaitu teknik observasi, wawancara dan tes. Data yang digunakan pada penelitian tindakan kelas ini adalah data kualitatif dan kuantitatif. Data yang dianalisis secara kualitatif adalah data yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara. Data yang diperoleh dari hasil tes kompetensi menulis karangan narasi siswa dianalisis secara kuantitatif dan dideskripsikan dengan kata-kata atau kalimat. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini disajikan hasil penelitian atas permasalahan bagaimanakah proses pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi siswa kelas IV MI Darul Falah Gombolirang Kecamatan Kabat Kabupaten Banyuwangi dengan teknik reka cerita gambar. Hasil penelitian

NOSI Volume 3, Nomor 3, Agustus 2015____________________________________________Halaman | 330

tindakan kelas ini disajikan berdasarkan tiga tahapan siklus yaitu prasiklus, siklus I dan siklus II. Kondisi Prasiklus (Pratindakan) Sebelum mengadakan penelitian terlebih dahulu melakukan observasi awal. Dari hasil wawancara pada tahap prasiklus yang dilakukan diketahui bahwa siswa banyak mengalami kesulitan. Wawancara ini dilakukan kepada 23 siswa yang telah dites kompetensi menulis karangan narasi. Petanyaan yang ada dalam wawancara tahap prasiklus yaitu pertanyaan tentang permasalahan siswa dalam menulis karangan narasi. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa siswa yang mengalami kesulitan dalam menuliskan tanda baca 12 siswa atau 52,2%. Siswa yang mengalami kesulitan dalam menuliskan ejaan 11 siswa atau 47,8%. Siswa yang mengalami kesulitan dalam menentukan kosakata 12 siswa atau 52,2%. Siswa yang mengalami kesulitan ketika menentukan karakteristik narasi 13 siswa atau 56,5% sedangkan siswa yang masih mengalami kesulitan dalam menghubungkan judul dan isi karangan dengan gambar 14 siswa atau 60,8%. Berdasarkan hasil observasi awal berupa pengamatan dan wawancara dengan guru serta siswa kelas IV, maka perlu dilakukan upaya perbaikan dengan penggunaan teknik reka cerita gambar dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia tentang menulis karangan narasi. Hasil Tindakan Siklus I Pada bagian ini disajikan penelitian yang terdiri dari (1) tahap

perencanaan, (2) tahap pelaksanaan, (3) hasil observasi, (4) refleksi. Halhal tersebut disajikan sebagai berikut. Tahap perencanaan tindakan peningkatan kemampuan menulis karangan narasi dengan teknik reka cerita gambar pada siklus I disusun sebelum tindakan dilaksanakan. Secara kelaboratif denga guru kelas IV disusun perangkat pembelajaran berupa silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang dipersiapkan untuk melaksanakan pembelajaran menulis karangan narasi dengan teknik reka cerita gambar Tahap pelaksanaan ini guru melaksanakan proses pembelajaran sesuai silabus dan Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP) hasil diskusi dan disepakati antara peneliti dan guru kelas IV yang pelaksanaan sebagai berikut. Tindakan siklus 1 dilaksanakan sebanyak 1 kali pertemuan (tiap pertemuan 2 x 35 menit). Pertemuan ini dilakukan pada tanggal 7 mei 2015. Adapun langkah-langkah pembelajaran adalah pendahuluan, kegiatan inti, kegiatan penutup. Pendahuluan yang dilakukan guru dalam memulai palajaran yaitu dengan memberi salam dan ketua kelas memimpin doa untuk memulai pelajaran. Setelah doa selesai dilanjutkan guru mengabsen siswa, selanjutnya guru menjelaskan tujuan pelajaran yang ingin dicapai dalam pembelajaran hari ini. Tujuan pembelajaran khusus yang ingin dicapai yaitu siswa dapat menyusun kerangka karangan berdasarkan rangkaian gambar, siswa dapat menentukan tema karangan, siswa dapat menyusun kerangka karangan,

NOSI Volume 3, Nomor 3, Agustus 2015____________________________________________Halaman | 331

siswa dapat mengembangkan kerangka karangan menjadi karangan yang utuh. Guru mengadakan apersepsi yang diawali dengan bertanya kepada siswa tentang kendala yang ada pada pertemuan sebelumnya. Guru membagikan gambar kepada semua siswa dan mengajak siswa mengamati gambar yang ada. Guru menjelaskan maksud rangkaian gambar dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan adalah siswa berdiskusi dengan teman sebangku atau teman lain dalam mengamati gambar secara cermat dan teliti, siswa mengurutkan gambar dan membuat daftar kata atau memberi keterangan/maksud pada masingmasing gambar. Pada keadaan ini siswa mulai ramai karena saling berdiskusi dalam satu kelas. Walaupun masih ada siswa yang tidak antusias dan bermain sendiri dalam berdiskusi. Guru selalu memotivasi siswa agar tercipta situasi dan kondisi pembelajaran yang baik. Motivasi yang dilakukan oleh guru diantaranya ajakan untuk mengikuti pembelajaran dengan baik, melaksanakan diskusi dengan aktif dan disiplin, memberikan hadiah bagi siswa yang mematuhi peraturan dan memberikan hukuman kepada siswa yang melanggar peraturan. Pada kegiatan pendahuluan pembelajaran dilakukan selama 10 menit sesuai dengan rencana pembelajaran. Kegiatan inti dilakukan setelah guru mengadakan apersepsi dilanjutkan dengan menjelaskan tentang pengertian dan jenis dan macam serta unsur–unsur karangan

dan bagaimana cara memulai menulis karangan narasi, guru melanjutkan dengan penjelasan tentang teknik reka cerita gambar. Pada tahap ini guru menjelaskan cara mengarang karangan narasi dengan teknik reka cerita gambar, selanjutnya guru menugaskan siswa mengamati rangkaian gambar dengan cermat dan teliti serta memberi keterangan pada masing-masing gambar tersebut dengan berdiskusi dengan teman sebangku atau teman lainya. Kegiatan berdiskusi diarahkan pada keaktifan dan keseriusan dalam melakukan pengamatan gambar yang telah dibagikan. Pada tahap ini dimungkinkan suasana kelas agak ramai karena diskusi yang dilakukan siswa bertujuan untuk mengetahui bahan yang didiskusikan. Keadaan akan mereda setelah siswa menemukan urutan gambar berseri yang baik dan benar serta mendapatkan banyak pengetahuan yang akan digunakan untuk menulis karangan narasi. Setelah gambar diurutkan dengan baik dan benar, siswa membuat daftar kata dan memberi keterangan/maksud pada masingmasing gambar. Setelah itu pelajaran diilanjutkan dengan guru menugaskan siswa secara individual menuliskan kerangka karangan. Pada saat menulis kerangka karangan siswa banyak mengalami kesulitan karena tidak mengetahui dari mana menulis dan mengurutkannya. Guru menjelaskan cara menulis kerangka karangan secara detail. Setelah memperhatikan pengarahan dari guru kemudian siswa melaksanakan kegiatan sesuai dengan arahan guru dalam menyusun kerangka karangan.

NOSI Volume 3, Nomor 3, Agustus 2015____________________________________________Halaman | 332

Setelah selesai siswa mengembangkan kerangka karangan menjadi karangan yang padu sesuai dengan gambar dengan langkahlangkah sebagai berikut (1) mengembangkan keterangan yang ditulis berdasarkan gambar nomor 1, 2, 3, dan 4, menjadi kalimat utama, (2) mengembangkan keterangan pada huruf a, b, c, (3) mengembangkan kerangka karangan menjadi karangan narasi yang padu, (4) memberi judul yang sesuai, (5) memperhatikan penggunaan ejaan dan tanda baca dalam karangan. Siswa mengalami kesulitan pada tahap pengembangan kerangka karangan menjadi karangan yang padu sehingga suasana kelas menjadi gaduh dikarenakan banyak siswa yang saling bertanya dengan temannya. Guru memberikan penjelasan dan motivasi kepada siswa agar pembelajaran berjalan dengan baik sehingga keadaan dalam kelas dapat dikendalikan. Pada kegiatan konfirmasi guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahuai siswa serta meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan. Waktu yang dibutuhkan dalam kegiatan ini adalah 50 menit. Pada proses pembelajaran ini guru diusahakan berkeliling kelas yang dimungkinkan ada siswa yang mengalami kesulitan menulis karangan narasi. Kegiatan penutup dialakukan setelah waktu yang di tentukan selesai. Guru menugaskan siswa membacakan hasil karangan narasi, siswa yang lain dipimpin guru mendengarkan sambil mengoreksi hasil karangan narasi temannya, waktu ini mungkin siswa akan sedikit ramai lagi karena sedang

mengoreksi hasil karangan teman lain, disini keaktifan tampak saat siswa memperbaiki tulisan temannya, kemudian guru memberi penguatan. Kegiatan penutup dilakukan selama 10 menit Hasil penelitian ini diperoleh melalui observasi, tes, dan wawancara setelah diterapkan teknik reka cerita gambar. Dari hasil analisis diketahui bahwa jumlah siswa yang aktif dalam proses pembelajaran sebanyak 12 orang atau sekitar 52,2% sedangkan siswa yang tidak aktif sebanyak 4 orang atau 17,4% dan siswa yang mainmain 4 orang atau 17,4% dan berbicara sendiri ada 3 orang atau 13%. Selama pembelajaran pada dasarnya siswa terlibat antusias mengerjakan tugas 12 siswa atau 52,1%, sedangkan 11 (sebelas) siswa atau 47,8% siswa tidak antusias. Berdasarkan hasil analisis menunjukan bahwa siswa yang mendapat nilai di bawah 60 sebanyak 5 siswa atau 21,7% persen siswa yang mendapat nilai 60 sebanyak 13 orang siswa atau 56,5% dan siswa yang mendapat nilai diatas 60 sebanyak 5 siswa atau 21,7% ketuntasan belajar siswa pada materi menulis karangan narasi sebanyak 18 siswa atau 78,3% yang tidak tuntas dalam pembelajaran sebanyak 5 siswa atau 21,7% sedangkan ketuntasan belajar secara klasikal nilai rata-rata adalah 78,3% belum memenuhi standar ketuntasan belajar yaitu 85%. Akan tetapi jika dibandingkan dengan hasil belajar sebelumnya/tahap pratindakan sudah ada peningkatan dari 13 siswa yang mendapat nilai >60 menjadi 18 siswa.

NOSI Volume 3, Nomor 3, Agustus 2015____________________________________________Halaman | 333

Untuk mengetahui adanya peningkatan nilai yang diperoleh siswa dalam menulis karangan

narasi, maka peneliti melakukan perbandingan hasil tes tiap siklus.

Tabel Hasil Komparatif Tes Keterampilan Menulis Karangan Narasi Prasiklus dengan Siklus I

N o

Nilai

1. 2. 3.

>60 60 60. Sehingga untuk adanya tindakan lanjutan yaitu siklus II. Oleh sebab itu mengingat kriteria keberhasilan tindakan belum tercapai, maka perlu diadakan tindakan siklus II. Hasil Tindakan Siklus II Pada bagian ini disajikan penelitian yang terdiri dari (1) tahap perencanaan, (2) tahap pelaksanaan, (3) hasil observasi, (4) refleksi. Halhal tersebut disajikan sebagai berikut. Pada tahap perencanaan ini penggunaan silabus dan rencana

pelaksanaan pembelajaran merupakan hasil diskusi/kesepakatan antara peneliti dan guru kelas IV. Silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran disusun agar sesuai dengan kebutuhan siswa. Tahap pelaksanaan ini guru melaksanakan proses pembelajaran sesuai silabus dan Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP) hasil diskusi dan disepakati antara peneliti dan guru kelas IV, yang pelaksanaan sebagai berikut. Tindakan siklus II dilaksanakan sebanyak 1 kali pertemuan (tiap pertemuan 2 x 35 menit). Pertemuan ini dilakukan pada tanggal 15 mei 2015. Adapun langkah-langkah pembelajaran adalah pendahuluan, kegiatan inti, kegiatan penutup. Pendahuluan diawali dengan ketua kelas memimpin doa untuk memulai pelajaran kemudian guru memberikan salam. Saat berdoa siswa tidak ada yang bergurau sehingga terasa khidmat memohon kepada Allah SWT agar diberi kemudahan dalam menerima pelajaran. Setelah doa selesai dilanjutkan guru mengabsen siswa, pada keaadaan ini siswa mulai ada yang berbicara sendiri-sendiri karena merasa penasaran dengan materi yang akan diberikan guru tetapi guru masih bisa mengendalikan keadaan sehingga tidak terjadi kegaduhan. Selanjutnya guru menjelaskan tujuan pelajaran yang ingin dicapai dalam pembelajaran hari ini. Tujuan pembelajaran khusus sama dengan siklus I yang ingin dicapai yaitu siswa dapat menyusun kerangka karangan berdasarkan rangkaian gambar, siswa dapat menentukan tema karangan, siswa dapat menyusun kerangka karangan, siswa

NOSI Volume 3, Nomor 3, Agustus 2015____________________________________________Halaman | 335

dapat mengembangkan kerangka karangan menjadi karangan yang utuh. Siswa bersemangat setelah mendengarkan tujuan pembelajaran yang telah disampaikan oleh guru karena pada pertemuan sebelumnya siswa masih belum menguasai materi pembelajaran sehingga siswa berharap pada pertemuan ini bisa menyerap pelajaran dengan baik. Guru mengadakan apersepsi yang diawali dengan bertanya kepada siswa tentang kendala yang ada pada pertemuan sebelumnya. Guru menjelaskan kembali materi pertemuan sebelumnya yang masih berhubungan dengan pembelajaran yang akan dilakukan. Guru membagikan gambar kepada semua siswa dan mengajak siswa mengamati gambar yang ada. Gambar yang dibagikan berbeda dengan gambar yang ada pada siklus I. Guru menjelaskan maksud rangkaian gambar dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Salah satu pertanyaan siswa yaitu “apa yang harus kita lakukan dengan rangkaian gambar ini sama dengan pertemuan kemarin, pak?”. Guru menjelaskan kepada siswa tentang langkah-langkah pelaksanaan pembalajaran yang akan dilakukan. Langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan adalah siswa berdiskusi dengan teman sebangku atau teman lain dalam mengamati gambar secara cermat dan teliti, siswa mengurutkan gambar dan membuat daftar kata atau memberi keterangan/maksud pada masingmasing gambar. Pada keadaan ini siswa mulai ramai karena saling berdiskusi dalam satu kelas. Walaupun masih ada siswa yang

tidak antusias dan bermain sendiri dalam berdiskusi. Guru selalu memotivasi siswa agar tercipta situasi dan kondisi pembelajaran yang baik. Motivasi yang dilakukan oleh guru diantaranya ajakan untuk mengikuti pembelajaran dengan baik, melaksanakan diskusi dengan aktif dan disiplin, memberikan hadiah bagi siswa yang mematuhi peraturan dan memberikan hukuman kepada siswa yang melanggar peraturan. Dengan adanya motivasi dari guru pembelajaran di kelas berjalan dengan baik, sehingga tidak terjadi kegaduhan. Pada kegiatan pendahuluan pembelajaran dilakukan selama 10 menit sesuai dengan rencana pembelajaran. Kegiatan inti dilakukan setelah guru mengadakan apersepsi dilanjutkan dengan menjelaskan tentang pengertian, jenis, macammacam karangan serta unsur–unsur karangan dan bagaimana cara memulai menulis karangan narasi, guru melanjutkan dengan penjelasan tentang teknik reka cerita gambar. Guru menjelaskan teknik reka cerita gambar berdasarkan kekurangan yang dilakukan siswa pada siklus I. Pada tahap ini guru menjelaskan cara mengarang karangan narasi dengan teknik reka cerita gambar, selanjutnya guru menugaskan siswa mengamati rangkaian gambar dengan cermat dan teliti serta memberi keterangan pada masing-masing gambar tersebut dengan berdiskusi dengan teman sebangku atau teman lainya. Kegiatan berdiskusi diarahkan pada keaktifan dan keseriusan dalam melakukan pengamatan gambar yang telah dibagikan. Pada tahap ini

NOSI Volume 3, Nomor 3, Agustus 2015____________________________________________Halaman | 336

dimungkinkan suasana kelas agak ramai karena diskusi yang dilakukan siswa bertujuan untuk mengetahui bahan yang didiskusikan. Keadaan akan mereda setelah siswa menemukan urutan gambar berseri yang baik dan benar serta mendapatkan banyak pengetahuan yang akan digunakan untuk menulis karangan narasi. Setelah gambar diurutkan dengan baik dan benar, siswa membuat daftar kata dan memberi keterangan/maksud pada masingmasing gambar. Setelah itu pelajaran diilanjutkan dengan guru menugaskan siswa secara individual menuliskan kerangka karangan. Pada saat menulis kerangka karangan siswa banyak mengalami kesulitan karena tidak mengetahui dari mana menulis dan mengurutkannya. Guru menjelaskan cara menulis kerangka karangan secara detail dengan memperbaiki kesalahan pada siklus I. Setelah memperhatikan pengarahan dari guru kemudian siswa melaksanakan kegiatan sesuai dengan arahan guru dalam menyusun kerangka karangan. Walaupun terdengar gaduh dalam mengerjakan tugas tapi siswa masih fokus dan antusias dalam pembelajaran. Kegaduhan itu diakibatkan siswa saling berdiskusi dengan teman sebangku, meskipun ada beberapa siswa yang hanya bermain-main, berbicara sendiri dan tidak antusias dalam mengerjakn tugas. Keadaan ini masih bisa diatasi oleh guru dengan memberikan motivasi kepada siswa. Setelah selesai siswa mengembangkan kerangka karangan menjadi karangan yang padu sesuai dengan gambar dengan langkah-

langkah sebagai berikut (1) mengembangkan keterangan yang ditulis berdasarkan gambar nomor 1, 2, 3, dan 4, menjadi kalimat utama, (2) mengembangkan keterangan pada huruf a, b, c, (3) mengembangkan kerangka karangan menjadi karangan narasi yang padu, (4) memberi judul yang sesuai, (5) memperhatikan penggunaan ejaan dan tanda baca dalam karangan. Siswa mengalami kesulitan pada tahap pengembangan kerangka karangan menjadi karangan yang padu sehingga suasana kelas menjadi gaduh dikarenakan banyak siswa yang saling bertanya dengan temannya, kurangnya perbendaharaan kosakata yang dimiliki siswa menyebabkan siswa tidak mampu mengembangkan kerangka karangan menjadi karangan yang padu. Guru memberikan penjelasan dan motivasi kepada siswa agar pembelajaran berjalan dengan baik sehingga keadaan dalam kelas dapat dikendalikan. Pada kegiatan konfirmasi guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahuai siswa serta meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan. Waktu yang dibutuhkan dalam kegiatan ini adalah 50 menit. Pada proses pembelajaran ini guru selalu berkeliling dalam kelas untuk medampingi siswa yang mengalami kesulitan menulis karangan narasi. Kegiatan penutup dialakukan setelah waktu yang di tentukan selesai. Guru menugaskan siswa dengan cara memanggil sesuai dengan nomor urut absen untuk membacakan hasil karangan narasi, siswa yang lain dipimpin guru mendengarkan sambil mengoreksi

NOSI Volume 3, Nomor 3, Agustus 2015____________________________________________Halaman | 337

hasil karangan narasi temannya, waktu ini mungkin siswa akan sedikit ramai lagi karena sedang mengoreksi hasil karangan teman lain, disini keaktifan tampak saat siswa memperbaiki tulisan temannya, kemudian guru memberi penguatan. Kegiatan penutup dilakukan selama 10 menit sesuai dengan rencapa pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat. Hasil penelitian ini diperoleh melalui observasi, tes, dan wawancara setelah diterapkan teknik reka cerita gambar. Dari hasil analisis diketahui bahwa jumlah siswa yang aktif dalam proses pembelajaran sebanyak 16 orang atau sekitar 69,5%. Sedangkan siswa yang tidak aktif sebanyak 4 orang atau 17,3% dan siswa yang mainmain 2 orang atau 8,6% dan berbicara sendiri ada 1 orang atau 4,4%. Dari hasil observasi diketahui keberhasilan siklus II terdapat pada proses pembelajaran (pengerjaan tugas). Selama pembelajaran pada dasarnya siswa terlibat antusias mengerjakan tugas 20 siswa atau 86,9% sedangkan 3 siswa atau 13,% tidak antusias.

Analisis hasil tes menunjukan bahwa siswa yang mendapat nilai di bawah 60 sebanyak 2 siswa atau 8,6%, siswa yang mendapat nilai 60 sebanyak 4 orang siswa atau 17,3% dan siswa yang mendapat nilai diatas 60 sebanyak 17 siswa atau 73,9% ketuntasan belajar siswa pada materi menulis karangan narasi sebanyak 21 siswa atau 91,3% yang tidak tuntas dalam pembelajaran sebanyak 2 siswa atau 8,6% sedangkan ketuntasan belajar secara klasikal nilai rata-rata adalah 91,3% sudah memenuhi standar ketuntasan belajar yaitu 85%. Dengan demikian tindakan pembelajaran sudah baik dan tidak perlu adanya tindakan lagi. Pada tahap siklus ini dilakukan perbandingan hasil observasi siklus I dan siklus II. Hal ini untuk mengetahui seberapa besar perubahan yang terjadi pada aktivitas siswa pada setiap siklus. Hasil komparatif observasi dalam proses Pembelajaran Bahasa Indonesia tentang keterampilan menulis karangan narasi Siklus I dan Siklus II.

Tabel Hasil Komparatif Observasi dalam Proses Menulis Karangan Narasi Siklus I dengan Siklus II

Aktivitas Siswa Aktif Tidak Aktif Main-main Berbicara Sendiri Jumlah

Jumlah Siklus Siklus I

Frekue Siklus

II

12 4 4

16 4 2

3

1

23

23

nsi Perubahan +4 0 -2 -1

Persent ase % +17,3 0 -8,6 -4,3

NOSI Volume 3, Nomor 3, Agustus 2015____________________________________________Halaman | 338

Hasil komparatif obsevasi menunjukkan bahwa frekuensi perubahan siswa yang aktif adalah dari 12 orang menjadi 16 orang. Berarti jumlah siswa yang aktif

bertambah 4 orang. Hal tersebut menunjukkan adanya peningkatan keaktifan siswa dalam pembelajaran dari siklus I ke siklus II.

Tabel Hasil Komparatif Observasi dalam Proses Menulis Karangan Narasi (Pengerjaan Tugas) Siklus I dengan Siklus II

Aktivitas Siswa Antusias Tidak Antusias Jumlah

Jumlah Siklus Siklus I 12 11 23

Siklus II 20 3 23

Sendangkan hasil observasi dalam keterampilan menulis karangan narasi (pengerjaan tugas) siklus I dan siklus II menunjukkan bahwa frekuensi perubahan siswa yang antusias mengerjakan tugas menulis karangan narasi 12 siswa menjadi 20 orang siswa atau terjadi peningkatan sebesar 34.,7%. Berarti jumlah siswa yang antusias menjadi

Frekuensi Perubahan

Persentase %

+8 -8

+34,7 -34,7

20 siswa atau semua siswa di dalam kelas tersebut sudah santusias dalam pembelajaran tersebut. Dan siswa tidak mengerjakan pada siklus I ada 11 orang, sedangkan pada siklus II menjadi 3 atau penurunan 34,7% yang tidak mengerjakan artinya siswa antusias sekali pada siklus II dalam menulis karangan narasi.

Tabel Hasil Komparatif Tes Keterampilan Menulis Karangan Narasi Siklus I dengan Siklus II

Jumlah Siklus No

Nilai Siklus I

1. 2. 3.

>60 60 60, dan hanya 2 orang siswa yang mendapat nilai < 60. Hal ini berarti keberhasilan tindakan kelas telah mencapai 91,3%, sedangkan kriteria keberhasilan tindakan adalah 85%. Dari segi proses siswa terlihat antusias dengan kegiatan-kegiatan menulis karangan narasi yang dilaksanakan dengan teknik reka cerita gambar. Berdasarkan hasil wawancara menulis karangan narasi pada siklus II pertanyaan nomor 1 diketahui halhal sebagai berikut. Siswa yang mengalami kesulitan dalam tanda baca 6 siswa atau 26,08%, siswa mengalami kesulitan dalam menuliskan ejaan 7 siswa atau 30,4%, siswa yang mengalami kesulitan dalam menentukan kosakata 4 siswa atau 17,3%, sebaiknya siswa merasa kesulitan ketika menentukan karakteristik karangan narasi sebanyak 5 siswa atau 21,7%, siswa yang mengalami kesulitan dalan menghubungkan judul dan isi karangsan dengan gambar sebanyak 7 siswa atau 30,4%. Hasil wawancara pada pertanyaan nomor 2 dari 23 siswa yang diwawancarai terdapat 19 siswa atau 82,6% yang merasa perlunya

guru menggunakan teknik reka cerita gambar. Adapun alasannya antara lain untuk mempermudah siswa dalam menulis karangan narasi. Sedangkan 4 siswa atau 17,3% merasa tidak perlu menggunakan teknik reka cerita gambar Hasil wawancara pada pertanyaan nomor 3 diketahui bahwa 20 siswa atau 86,9% merasa lebih mudah menulis karangan serta lebih memahami bagian karangan seperti mudah menyesuaikan isi, tema dan alur karangan, kosakata, ejaan dan tanda baca dengan gambar. Sedangkan 3 siswa atau 13,04% merasa kesulitan. Hal ini Karena siswa merasa kurang mampu menulis karangan narasi. Hasil tes pada siklus II menunjukkan terjadi peningkatan ketuntasan nilai tes siswa jika dibandingkan dengan hasil tes siswa pada siklus I, yaitu 78,3% menjadi 91,3% serta peningkatan terjadi pula pada siswa yang mencapai nilai diatas 60 yaitu dari 18 orang siswa menjadi 21 siswa, dan penurunan pada siswa yang mendapat niali kurang dari 60 yaitu 5 siswa menjadi 2 siswa. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan teknik reka cerita gambar berhasil. Jadi peneliti memberikan kesimpulan bahwa penggunaan teknik reka cerita gambar dapat meningkatkan hasil keterampilan menulis karangan narasi siswa kelas IV MI Darul Falah Gombolirang Kecamatan Kabat Kabupaten Banyuwangi. Dengan melihat kriteria keberhasilan secara keseluruhan dari hasil analisa dari obsevasi, wawancara, baik dalam proses pembelajaran dan hasil tes karangan narasi siswa peneliti

NOSI Volume 3, Nomor 3, Agustus 2015____________________________________________Halaman | 340

berkesimpulan yang ditentukan yaitu (1) nilai rata-rata kelas dalam menulis karangan narasi mencapai 60,00, (2) jumlah siswa yang mencapai minimal 85% dari jumlah seluruhnya mencapai ≥ 60 sehingga tidak diperlukan untuk adanya tindakan lanjutan yaitu siklus III. PEMBAHASAN Pembahasan hasil penelitian didasari pada masalah-masalah yang yang diajukan dalam kaitannya dengan tinjauan pustaka serta hasilhasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini. Pembahasan ini terdiri dari pembahasan prasiklus, siklus I, siklus II, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran dengan penggunaan teknik reka cerita gambar. Pada tahap prasiklus, pembelajaran diikuti oleh seluruh siswa kelas IV MI Darul Falah Gombolirang Kecamatan Kabat Kabupaten Banyuwangi yang berjumlah 23 siswa. Pada tahap ini pembelajaran dilaksanakan tanpa menggunakan teknik reka cerita gambar. Berdasarkan hasil dari prasiklus diketahui bahwa siswa yang mengalami kesulitan dalam menulis karangam narasi adalah 8 siswa sedangkan siswa yang tidak mengalami kesulitan sebanyak 15 siswa. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara maka dilakukan upaya perbaikan melalui penggunaan teknik reka cerita gambar dalam pembelajaran Bahasa Indonesia tentang menulis karangan narasi. Ini sesuai dengan pengertian yang diungkapkan oleh Iskandarwassid dan Sunendar (2013:66) “Teknik merupakan suatu kiat, siasat, atau

penemuan yang digunakan untuk menyelesaikan serta menyempurnakan suatu tujuan langsung. Teknik harus konsisten dengan metode”. Data hasil observasi pada siklus 1 diperoleh pada saat proses pembelajaran, nilai tes diperoleh dari hasil keterampilan menulis karangan narasi siswa berupa lembar kerja siswa (LKS) sedangkan wawancara dilakukan setelah pembelajaran. Ketuntasan klasikal pada siklus ini masih belum tercapai karena belum memenuhi standar ketuntasan belajar yaitu 85% oleh sebab itu, mengingat kriteria keberhasilan tindakan belum tercapai maka perlu diadakan tindakan siklus II. Hal ini sesuai dengan pendapat Arikunto (2014:21) yang menyatakan “ Apabila sudah diketahui letak keberhasilan dan hambatan dari tindakan yang baru selesai dilakukan dalam satu siklus, guru pelaksana (bersama peneliti pengamat) menentukan rancangan untuk siklus kedua”. Pada siklus 2 peningkatan proses pembelajaran menulis karangan narasi bisa diketahui dari hasil observasi siklus II yang lebih baik dari siklus I. Pada siklus 2 diketahui bahwa siswa yang aktif meningkat dari 12 siswa pada siklus I menjadi 16 siswa pada siklus II, 4 Siswa tidak aktif pada siklus I menjadi 4 siswa pada siklus II, 4 siswa bermain-main pada siklus I menjadi 2 siswa pada siklus II, dan 3 siswa berbicara sendiri-sendiri pada siklus I menjadi 1 siswa pada siklus II. Sedangkan dari hasil observasi pada pengerjaan tugas terdapat 12 siswa antusias mengerjakan tugas pada siklus I menjadi 20 siswa pada siklus II, 11 siswa yang awalnya tidak antusia

NOSI Volume 3, Nomor 3, Agustus 2015____________________________________________Halaman | 341

pada siklus I menjadi 3 siswa pada siklus II. Hasil tes pada siklus 2 menunjukan terjadi peningkatan ketuntasan nilai tes siswa jika dibandingkan dengan hasil tes siswa pada siklus I yaitu 78% menjadi 91% pada siklus II, peningkatan terjadi pula pada siswa yang mencapai nilai diatas 60 yaitu 5 orang siswa pada siklus I menjadi 17 siswa pada siklus II dan nilai 60 dari 13 siswa pada siklus I menjadi 4 siswa pada siklus II serta siswa yang mendapat nilai di bawah 60 yaitu 5 siswa pada siklus I menjadi 2 siswa pada siklus II. Hal ini menunjukan bahwa penggunaan teknik reka cerita gambar berhasil. Bedasarkan hasil di atas menunjukan perubahan mengalami nilai yang diperoleh siswa dari siklus I ke siklus II. Frekuensi perubahan mengalami peningkatan pada tiap siklusnya, pada siklus II peningkatan 52,1% pada siswa yang mendpat nilai diatas 60, pada siswa yang mendapat nilai 60 terjadi penurunan 39% dan penurunan juga terjadi pada siswa yang mendapat nilai di bawah 60 sebanyak 13% dengan demikian penggunaan teknik reka cerita gambar dikatakan berhasil. Fenomena ini disebabkan karena kebanyakan siswa mulai aktif dan antusias mengikuti pembelajaran di kelas, siswa sudah mulai memahami cara menulis karangan narasi dengan menggunakan teknik reka cerita gambar dan siswa merasa senang mengikuti pembelajaran, sehingga selalu mencoba dan berlatih sendiri menulis karangan narasi. Hal ini menunjukkan bahwa apa yang telah diterapkan dalam pembelajaran dikelas sudah dapat dipahami, ini sesuai dengan pendapat

Iskandarwassid dan Sunendar (2013:66) menyebutkan “pengajar perlu mengkaji teknik mengajar yang sesuai dan memilih strategi-strategi yang memberikan peluang paling banyak bagi peserta didik untuk terlibat secara aktif dalam proses pencapaian tujuan pembelajaran atau kompetensi tertentu”. Sedangkan Arsyad (2013:89) berpendapat “media berbasis visual (image atau perumpamaan) memegang peranan yang sangat penting dalam proses pembelajaran”. Dari pendapat tersebut maka penggunaan teknik reka cerita gambar yang digunakan guru dalam meningkatkan kemampuan menulis karangan narasi sudah tepat walaupun dalam kenyataannya masih ada beberapa orang siswa yang belum paham, tetapi persentasenya sangat kecil. Perencanaan penentuan waktu dalam pelaksanaan pembelajaran pada setiap siklus ditetapkan dua kali pertemuan yang masing–masing pertemuan 2 x 35 menit. Berdasarkan hasil penelitian terungkap bahwa perencanaan yang dirancang guru sudah sesuai dengan rancangan pembelajaran. Kurang efektifnya pelaksanaannya pada siklus I disebabkan guru masih kurang pemahamannya terhadap pelaksanaan pembelajaan, pada saat belajar dibiarkan larut dalam kegiatan, tanpa disadari waktu pelaksanaan pembelajaran habis, sedangkan kegiatan pembelajaran masih ada. Selain itu masih banyak siswa yang tidak aktif dan kurang antusias untuk mengatasi hal tersebut perlu diadakan pengulangan pembahasan pelaksanaan

NOSI Volume 3, Nomor 3, Agustus 2015____________________________________________Halaman | 342

pembelajaran menjelang pelaksanaan tindakan siklus II. Pelaksanaan tindakan menulis karangan narasi dengan peggunaan teknik reka cerita gambar, terbagi dalam tiga tahap, yaitu pendahuluan, kegiatan inti dan penutup. Pada tahap pendahuluan, sebelum memulai penjelasan materi ini, peneliti terlebih dahulu membangkitkan skemata siswa yaitu mengulang dan menanyakan materi yang lalu berkaitan dengan materi karangan narasi. Dalam Kegiatan Inti, pada siklus I dan II aktivitas penting yang dilakukan adalah siswa mengamati gambar berseri yang masih acak, siswa berdiskusi mengurutkan gambar, siswa menulis karangan narasi secara individu, siswa bertanya jawab kepada guru tentang hal-hal yang belum diketahui. Pada tahap penutup, pelaksanaan pembelajaan dilakukan dengan menyuruh siswa untuk membaca hasil karangan narasi di depan kelas. Peneliti memilih tiap orang siswa yang berbeda untuk melakukan kegiatan tersebut, siswa yang lain memberi tanggapan dalam kegiatan ini peneliti hanya memberi tanggapan tentang hasil karangan siswa memberi penguatan dan tes pada siswa. Tingkat keberhasilan tindakan kelas ini dapat dilihat pada tingkat perkembangan hasil belajar siswa dengan tindakan-tindakan yang telah dilakukan dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diketahui peningkatan hasil belajar siswa terhadap keterampilan menulis karangan narasi. Kegiatan yang dilakukan pada siklus I merupakan usaha perbaikan untuk meningkatkan

keterampilan menulis karangan narasi siswa. Peneliti berkolaborasi dengan guru dalam penggunaan teknik reka cerita gambar untuk meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi siswa. Hasil tes yang dilakukan pada tindakan pertama atau siklus I belum mencapai kriteria ketuntasan yang diinginkan, sehingga peneliti berkolaborasi dengan guru melaksanakan tindakan kedua atau siklus II dengan memperbaiki rencana belajar yang lebih sempurna dari sebelumnya. Hasil yang dicapai pada tindakan kedua atau aiklus II sudah mencapai hasil yang cukup memuaskan. Pada proses belajar mengajar dengan penggunaan teknik reka cerita gambar dalam pembelajaran menulis karangan narasi dapat membuat siswa lebih aktif untuk menulis karangan narasi. Hasil penelitian yang telah dilakukan dengan diterapkan proses pembelajaran dengan menggunakan teknik reka cerita gambar sudah sangat baik kepada siswas karena dapat memberi manfaat yaitu dapat meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi siswa, dapat membantu siswa mengorganisasikan ide-idenya dan dapat membantu siswa untuk lebih memahami unsurunsur karangan narasi. Jadi, dengan diterapkannya penggunaan teknik reka cerita gambar pada pembelajaran menulis karangan narasi dapat meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi. Tingkat kegagalan dalam penelitian ini sering terjadi pada siklus I. Siswa masih belum dapat menyesuaikan judul dan isi karangan dengan gambar, menemukan

NOSI Volume 3, Nomor 3, Agustus 2015____________________________________________Halaman | 343

karakteristik narasi, penggunaan kosakata, ejaan dan tanda baca yang sesuai. Penggunaan teknik reka cerita gambar yang masih tergolong baru pada pembelajaran menulis karangan narasi siswa kelas IV MI Darul Falah Gombolirang Kecamatan Kabat Kabupaten Banyuwangi mungkin menjadi kendala yang menyebabkan kekurangan dalam pembelajaran menulis karangan narasi. Setiap metode mengajar memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan Penggunaan teknik reka cerita gambar adalah dapat membantu siswa terutama dalam judul dan isi serta karakteristik narasi dengan gambar. Kekurangannya adalah siswa lemah di bidang organisasi ide dalam paragraf dan penyusunan kalimat. Sesuai dengan pendapat Iskandarwassid dan Sunendar (2013:66) menyatakan “setiap teknik mempunyai kekurangan dan kelebihan”. PENUTUP Dalam bagian ini akan diuraikan tentang simpulan dan saran. Simpulan berisi rangkuman hasil penelitian tentang peningkatan kemampuan menulis karangan narasi siswa kelas IV MI Darul Falah Gombolirang Kecamatan Kabat Kabupaten Banyuwangi dengan teknik reka cerita Gambar. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, peneliti dimulai dari tahap prasiklus, siklus I, dan siklus II. Disimpulkan bahwa terdapat peningkatan keterampilan menulis karangan narasi siswa kelas IV MI Darul Falah

Gombolirang Kecamatan Kabat Kabupaten Banyuwangi dengan teknik reka cerita gambar, yang dijabarkan sebagai berikut. (a) Siswa lebih aktif dan antusias sehingga mempermudah siswa dalam mencatat, mengingat, mengemukakan ide dan meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi. (b) Siswa lebih mudah menentukan unsur-unsur karangan narasi seperti tanda baca, ejaan, kosakata, karakteristik narasi dan menyesuaikan jidul dan isi karangan dengan gambar. (c) Siswa dapat termotivasi untuk selalu mengikuti langkahlangkah yang diberikan oleh guru karena teknik yang digunakan dalam pembelajaran tergolong baru dan tidak monoton bagi siswa sehingga siswa tidak merasa jenuh dalam menerima palajaran. (d) Wujud peningkatan kemampuan menulis karangan narasi dengan teknik reka cerita gambar berupa produk hasil karangan narasi siswa. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan nilai tes menulis karangan narasi. Pada tahap prasiklus terdapat 13 siswa yang tuntas pembelajaran menulis karangan narasi. Kemudian setelah dilakukan tindakan siklus I menjadi 18 siswa. Dilanjutkan pada siklus II meningkat menjadi 21 siswa yang mendapat nilai tuntas terhadap pembelajaran menulis karangan narasi dan

NOSI Volume 3, Nomor 3, Agustus 2015____________________________________________Halaman | 344

hanya 2 siswa yang belum tuntas. Saran Berdasarkan temuan penelitian dikemukakan saran-saran yang berkaitan dengan peningkatan keterampilan menulis karangan narasi dengan teknik reka cerita gambar. Saran-saran tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut. Saran bagi siswa Pembelajaran menulis karangan harus diawali dari motivasi siswa sendiri sehingga siswa dapat lebih aktif, antusias dan memahami apa yang ditulisnya sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna. Siswa perlu meningkatkan pemahaman tentang penggunaan ejaan, tanda baca, kosakata, karakteristik karangan yang benar dalam kegiatan menulis. Siswa harus memperbanyak membaca dan berlatih menuangkan ide-idenya kedalam bentuk tulisan. Saran bagi guru Guru diharapkan mau dan berani merubah pendekatan pembelajarannya sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara maksimal. Guru hendaknya selalu bisa memanfaatkan media pembelajaran dengan baik. Guru harus lebih kreatif, inovatif dan produktif dalam mengembangkan teknik-teknik pembelajaran disekolah. Guru harus selalu memberi penghargaan kepada siswanya terutama terhadap hasil karyanya. Guru hendaknya selalu mengadakan refleksi terhadap kinerja dan mau melakukan perbaikanperbaikan yang disesuaikan dengan karakteristik materi dan siswa yang dihadapi.

Saran bagi Kepala Sekolah Kepala sekolah harus selalu memberi arahan kepada guru untuk selalu memperbaiki cara mengajarnya, mengintruksikan kepada guru untuk selalu memberi layanan yang terbaik kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar, dan selalu memfasilitasi kepentingan guru dalam rangka peningkatan mutu pembelajaran di sekolah. Saran bagi peneliti lain Peneliti lain supaya tertarik untuk mengadakan penelitian sejenis dalam rangka mengatasi semua permasalahan pembelajaran di sekolah. Peneliti lain bisa melakukan penelitian lanjutan terhadap penelitian ini karana masih ditemukan adanya permasalahan yang belum dapat diatasi oleh peneliti. Peneliti lain hendaknya mau mengoreksi dan meluruskan isi laporan penelitian. DAFTAR RUJUKAN Arikunto, Suharsimi dkk. 2014. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT Bumi Aksara Arsyad, Azhar. 2013. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Basuki, Ismet & Hariyanto. 2014. Asesmen Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosydakarya Iskandarwassid & Sunendar, D. 2013. Strategi Pembelajaran Bahasa. Jakarata: PT. Remaja Rosdakarya Keraf, Gorys. 2010. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: Gramedia Nurkholis, Hanif & Mafrukhi. 2004. Saya Senang Berbahasa Indonesia untuk SD Kelas IV. Jakarta: Erlangga

NOSI Volume 3, Nomor 3, Agustus 2015____________________________________________Halaman | 345

Nurudin. 2007. Dasar-dasar Penulisan. Malang: UMM Press Poerwadarminta,W.J.S. 1993. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: PN balai Pustaka Program Pascasarjana. 2010. Pedoman Penulisan Tesis. Malang: PPS Universitas Islam Malang Soedjito & Saryono, Djoko.2011. Kosakata Bahsa Indonesia. Malang: Aditya Media Publishing Suyono. 2005. Cerdas Berfikir Bahasa dan Sastra Indonesi 3A. Jakarta: Ganeca Excact Syamsudin & Damaianti, S Vismaia. 2011. Metode Penelitian Bahasa. Bandung: PT. Remaja Rosydakarya Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menulis : Sebagai suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa Taufik. Wibowo. Budiarto & Sukamiyati. 2007. Cinta Bahasa Kita untuk SD Kelas 6. Jakarta: Ganesa Excact Wahyuni, Sri & Ibrahim, Abd. Syukur. 2012. Perencanaan Pembelajaran Berkarakter. Bandung: PT. Refika Aditama Wahyuni, Sri & Ibrahim, Abd. Syukur. 2012. Asesmen Pembelajaran Bahasa. Bandung: PT. Refika Aditama Wiriatmaja, Rochiati. 2007. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Zaenal & Amran. 2008. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: Akademika Pressindo

NOSI Volume 3, Nomor 3, Agustus 2015____________________________________________Halaman | 346

Life Enjoy

" Life is not a problem to be solved but a reality to be experienced! "

Get in touch

Social

© Copyright 2013 - 2024 KUDO.TIPS - All rights reserved.