BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Secara geografis SMAN I Kendal Ngawi terletak di kaki pegunungan Lawu, dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat s

Autor Liana Kusumo

15 downloads 353 Views 2MB Size

Data uploaded manual by user so if you have question learn more, including how to report content that you think infringes your intellectual property rights, here.

Report DMCA / Copyright

Transcript

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Secara geografis SMAN I Kendal Ngawi terletak di kaki pegunungan Lawu, dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitarnya yang umumnya masih rendah. Hasil survey pada peserta didik menunjukkan mayoritas orang tua peserta didik kurang peduli terhadap prestasi dan minat belajar anaknya, sehingga menyebabkan peserta didik kurang peduli dengan masa depannya. Berdasarkan data hasil nilai UN tahun 2015, SMAN I Kendal Ngawi menjadi sekolah negeri peringkat nomer 11 se-kabupaten Ngawi. Hasil data tersebut sedikit banyak berkorelasi dengan kualitas input kemampuan siswa yang ada di SMAN I Kendal, Ngawi. Sumber daya manusia peserta didik SMAN I Kendal Ngawi mayoritas adalah anak-anak yang tidak diterima di sekolah kota. SMA I Kendal Ngawi merupakan pilihan alternatif kedua atau terakhir jika siswa tidak diterima di sekolah tujuan utama mereka. Siswa yang pandai memilih SMA yang ada di kota atau SMK dibanding SMAN I Kendal, hal ini secara langung dapat menentukan kualitas input peserta didik SMAN I Kendal Ngawi. Rendahnya kemampuan peserta didik menyerap informasi atau pengetahuan inilah yang sering dikeluhkan oleh para guru. Masuknya Biologi sebagai salah satu mata ujian Nasional menimbulkan beban baru bagi guru mata pelajaran biologi. Guru dituntut mampu meluluskan semua peserta didik dari ketentuan nilai minimal yang harus dicapai peserta didik. Salah satu standar kompetensi lulusan Ujian Nasional yang berkaitan dengan materi system imunitas adalah siswa dapat mendeskripsikan proses imunitas pada tubuh serta kaitannya dengan lingkungan dan masyarakat. Banyaknya tahapan proses imunitas dalam runtutan pembentukan antibody dan cara kerja antibodi menjadi beban sendiri bagi siswa dan menjadikan materi imunitas sebagai materi yang paling sulit dibanding materi lainnya. Hal ini seharusnya menjadi tantangan bagi guru untuk menjalankan peranannya sebaik-baiknya. Namun, realita yang terjadi di SMA Negeri I Kendal Ngawi adalah siswa sering mengeluhkan masih banyaknya

1   

guru yang

hanya mengajarkan bagaimana menyelesaikan soal-soal bukan

mengajari peserta didik secara komprehensif dalam memahami suatu materi. Selama ini strategi ceramah sangat diminati oleh sebagian besar guru karena mempersingkat waktu untuk menyampaikan materi system imunitas yang begitu banyak. Namun, metode ini membuat banyak siswa merasa bosan atau jenuh sehingga menyebabkan siswa kurang memperhatikan, tidak memahami materi dan mudah untuk melupakan materi yang sudah diajarkan bahkan yang baru diajarkan. Minat belajar peserta didik yang rendah dapat dilihat dari perilaku peserta didik saat pembelajaran di kelas. Guru seringkali menemukan peserta didik tidak siap untuk menerima pelajaran. Ketika guru menanyakan materi pelajaran yang telah disampaikan pada pertemuan sebelumnya, sedikit sekali atau bahkan tidak ada satupun peserta didik yang dapat menjawab. Saat ditanya mengapa mereka tidak mau belajar dengan mengulang materi yang telah diajarkan, jawaban yang diberikan adalah karena peserta didik malas belajar. Peserta didik beralasan bahwa materi imunitas sangat bersifat tekstual, terlalu kompleks dan penuh dengan konsep yang masih abstrak dan susah dipahami. Sementara, keberhasilan pembelajaran sangat tergantung pada kreativitas guru dan profesionalitas guru untuk menyediakan dan mengelola media belajar agar penjabaran kurikulum di sekolah sesuai dengan ketercapaian kompetensi yang telah ditetapkan. Media belajar hendaknya perlu disajikan agar pembelajaran menarik dan menyenangkan. Untuk itu, diperlukan inovasi dalam proses pembelajaran. Guru biologi perlu merancang strategi yang dapat melatih peserta didik untuk terampil dalam menemukan konsep secara mandiri terhadap konsep yang diajarkan oleh guru sehingga pembelajaran dapat lebih bermakna dan diingat. Model pembelajaran yang tepat dibutuhkan untuk menciptakan suasana pembelajaran yang alamiah dalam meningkatkan prestasi belajar. Banyak modelmodel pembelajaran inovatif yang dapat digunakan misalnya dengan pembelajaran kooperatif, pembelajaran berbasis masalah, dan pembelajaran aktif, akan tetapi guru belum menerapkannya. Model kooperatif dengan media video dengan karakteristik keunggulan yang dimilikinya merupakan salah satu model pembelajaran yang dianggap tepat untuk memecahkan berbagai masalah pembelajaran Biologi di SMAN I Kendal Ngawi. Model kooperatif dengan video

2   

merupakan pembelajaran yang menekankan pada penciptaan lingkungan belajar yang aktif, kreatif, inovatif dan kreatif dengan memadukan potensi yang dimiliki peserta didik dan lingkungan sekitar melalui interaksi di dalam kelas dikarenakan proses belajar mengajar adalah fenomena yang kompleks. Mengacu pada permasalahan-permasalahan di atas, maka diperlukan adanya suatu alternatif pemecahan masalah yang dapat memberikan perubahan ke arah yang lebih baik dalam proses pembelajaran, sehingga hasil belajar seluruh siswa dapat lebih meningkat dari sebelumnya. Sebagai salah satu solusi yang dapat dilakukan berkaitan dengan permasalahan di atas adalah dengan menerapkan suatu metode pembelajaran yang lebih menarik bagi siswa dan dapat memfasilitasi siswa untuk lebih aktif dan termotivasi untuk belajar. Model yang akan diterapkan yaitu model kooperatif dengan media video yang dibuat oleh siswa sendiri Dengan

demikian,

penulis

mendokumentasikan

deskripsi

praktik

pembelajaran yang telah dilaksanakan sebagai upaya pengembangan pembelajaran dalam sebuah Best Practices yang berjudul “MAKE and SHARE MOVIE untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa terhadap Materi Sistem Imunitas” pada siswa SMAN I Kendal, Kabupaten Ngawi.

B. Ruang Lingkup Berdasarkan latar belakang masalah di atas, ada beberapa masalah yang dapat diidentifikasi, yaitu sebagai berikut : 1.

Guru cenderung menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan materi dan kurang variatif dalam pembelajaran. Saat ini sudah banyak berkembang bebagai model pembelajaran inovatif yang dapat dipilih oleh guru sesuai dengan karakter materi pelajaran tetapi guru belum menerapkannya.

2.

Guru belum menggunakan berbagai media pembelajaran yang tepat sementara media dapat membantu proses kegiatan belajar mengajar dan sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif siswa tingkat SMA

3.

Terdapat beberapa faktor internal yang mempengaruhi prestasi belajar Biologi seperti IQ, EQ, tingkat kecerdasan sosial, minat, bakat, dan motivasi. Tapi guru belum memperhatikan faktor internal siswa dalam proses belajar mengajar.

3   

Agar diperoleh kedalaman dalam penarikan kesimpulan maka diperlukan adanya batasan masalah. Adapun pembatasan masalah dalam tulisan ini adalah: 1.

Model pembelajaran yang digunakan adalah kooperatif

2.

Media yang digunakan adalah Video

3.

Prestasi belajar siswa yang dijadikan sasaran hanya ranah kognitif

4.

Materi pelajaran Biologi yang akan dikaji adalah pokok bahasan Sistem Imunitas.

C. Tujuan Tujuan penulisan Karya Tulis ini adalah untuk mengetahui efektifitas Model Kooperatif dengan Media Video pada pembelajaran materi system imunitas pada siswi SMAN I KENDAL, Kab. Ngawi.

D. Manfaat Tulisan ini mengandung sejumlah manfaat yang bisa diharapkan. Manfaat yang diharapkan adalah : 1. Manfaat teoritis a. Mengetahui efektifitas Model Kooperatif dengan Media Video terhadap prestasi kognitif siswa b. Memberikan acuan bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian tentang model Kooperatif dengan Media Video pada pembelajaran Biologi 2. Manfaat praktis a.

Meningkatkan prestasi dan minat belajar peserta didik di sekolah karena pembelajaran Biologi menjadi lebih menarik

b.

Memberikan sumbangan bagi dunia pendidikan untuk meningkatkan kompetensi guru dalam pembelajaran Biologi

c.

Guru mendapatkan alternatif pembelajaran biologi yang bermutu, inovatif, kreatif, menyenangkan, gembira dan berbobot.

4   

BAB II STUDI PUSTAKA

A. Belajar dan Teori Belajar 1.

Pengertian Belajar Hakikat belajar menurut pandangan teori belajar bermakna (meaningfull

learning), Ausubel menjelaskan bahwa “belajar itu merupakan proses bagaimana caranya agar sesuatu yang diketahui seseorang dapat dibentuk secara terstruktur dalam dirinya”(Ratna Wilis, 1989: 112). Sedangkan menurut Gagne, belajar dapat didefiniskan sebagai “suatu proses di mana suatu individu berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman” (Ratna Wilis, 1989:11). Dengan demikian belajar dapat diartikan sebagai suatu peristiwa pembentukan suatu kemampuan yang sebelumnya tidak mampu dilakukan

2.

Teori Belajar Kognitif a. Teori Ausubel Ausubel (dalam Dahar, 1989:137) mengemukakan bahwa belajar dikatakan bermakna (meaningful) jika informasi yang akan dipelajari peserta didik disusun sesuai dengan struktur kognitif yang dimiliki peserta didik sehingga peserta didik dapat mengaitkan informasi barunya dengan struktur kognitif yang dimilikinya. Ausubel (dalam Dahar,1989 : 142), Menurut Ausubel, Novak,dan Hanesian ada dua jenis belajar yaitu Belajar bermakna (meaningful learning) dan Belajar menghafal (rote learning). Belajar bermakna adalah suatu proses belajar dimana informasi baru dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah dipunyai seseorang yang sedang belajar. Belajar bermakna terjadi bila pelajar mencoba menghubungkan fenomena baru dengan konsep yang telah ada sebelumnya. Bila konsep yang cocok dengan fenomena baru itu belum ada maka informasi baru tersebut harus dipelajari secara menghafal. Belajar menghafal ini perlu bila seseoarang memperoleh informasi baru dalam dunia

5   

pengetahuan yang sama sekali tidak berhubungan dengan apa yang ia ketahui sebelumnya.

b. Teori Vygotsky Menurut Vygotsky bahwa pembelajaran terjadi apabila siswa bekerja atau belajar menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas-tugas tersebut masih berada dalam jangkauan kemampuan siswa atau tugas-tugas itu berada dalam Zone Proximal Development (ZPD) siswa, yaitu tingkat perkembangan intelektual yang sedikit lebih tinggi di atas perkembangan intelektual siswa yang dimiliki saat ini. Vygotsky dalam Slavin (1994:37), memberikan batasan tentang teori perkembangan ZPD, yakni sebagai berikut : jarak antara tingkat perkembangan sesungguhnya didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah secara mandiri dan tingkat perkembangan potensial yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau melalui kerjasama dengan teman sebaya yang lebih mampu. Vygotsky sangat yakin bahwa kemampuan yang tinggi pada umumnya akan muncul dalam dialog dan kerjasama antar individu siswa, sebelum kemampuan yang lebih tinggi itu terserap ke dalam individu siswa. Ada dua implikasi utama teori Vygotsky dalam pembelajaran biologi. Pertama adalah dikehendakinya susunan kelas berbentuk pembelajaran kooperatif antar peserta didik, sehingga peserta didik dapat berinteraksi di sekitar tugas-tugas yang sulit dan saling memunculkan strategi-strategi pemecahan masalah yang efektif di dalam masing-masing ZPD. Kedua, dalam pengajaran menekankan scaffolding, dengan memberikan bantuan kepada peserta didik selama tahap-tahap awal pembelajaran Biologi dan kemudian mengurangi bantuan tersebut dan memberikam kesempatan kepada anak untuk mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar yang semakin besar segera setelah ia dapat melakukannya (Herawati Susilo,2000:1.45).

6   

B. Pembelajaran Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan pencapaian tujuan belajar adalah kemampuan guru untuk mengembangkan model pembelajaran. Model yang dipilih guru harus mampu menciptakan suasana pembelajaran yang memberi kesempaytn seluas-luasnya kepada peserta didik untuk berpartisipasi aktif menemukan dan membangum pengetahuannya. Model pembelajaran yang dilakukan penulis adalah kooperatif Pembelajaran kooperatif menggunakan kelompok-kelompok kecil sehingga siswa-siswa saling bekerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Siswa dalam kelompok kooperatif belajar berdiskusi, saling membantu, dan mengajak satu sama lain untuk mengatasi masalah belajar. Pembelajaran kooperatif mengkondisikan siswa untuk aktif dan saling memberi dukungan dalam kerja kelompok untuk menuntaskan materi masalah dalam belajar. Koes (2003: 46) menyebutkan bahwa belajar kooperatif didasarkan pada hubungan antara motivasi, hubungan interpersonal, strategi pencapaian khusus, suatu ketegangan dalam individu memotivasi gerakan ke arah pencapaian hasilyang diinginkan. Dalam pembelajaran kooperatif terdapat elemen-elemen yang saling terkait di adalamnya, diantaranya adalah saling ketergantungan positif, interaksi tatap muka, akuntabilitas individual, keterampilan untuk menjalin hubungan antar pribadi atau kerterampilan sosial yang sengaja diajarkan (Nurhadi, 2004: 61). Keempat elemen tersebut tidak bisa dipisahkan dalam pembelajaran kooperatif karena sangat mempengaruhi kesuksesan dari pembelajaran kooperatif sendiri.

C. Media Video Rudi Susilana dan Cepi Riyana (2008:5) menjelaskan, “Kata media merupakan bentuk jamak dari kata medium. Medium dapat didefinisikan sebagai perantara atau pengantar terjadinya komunikasi dari pengirim menuju penerima”. Berdasarkan definisi tersebut, Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar.

7   

Menurut Rudi Susilana dan Cepi Riyana (2008:10) “media dapat membuat konkrit konsep-konsep yang abstrak”. Konsep-konsep yang dirasakan masih bersifat abstrak dan sulit dijelaskan secara langsung kepada peserta didik bisa disederhanakan melalui pemanfaatan media. Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2005:2) menambahkan “media pengajaran dapat mempertinggi proses belajar peserta didik yang pada gilirannya dapat mempertinggi hasil belajar” Video berasal dari bahasa Latin, video-vidi-visum yang artinya melihat (mempunyai daya penglihatan) dapat melihat (K.Prent, 1969: 926). Peter Salim dalam

The

Contemporary

English-Indonesian

Dictionary

(1996:

2230)

memaknainya dengan sesuatu yang berkenaan dengan penerimaan dan pemancaran gambar. Tidak jauh berbeda dengan dua definisi tersebut, Smaldino (2008: 374) mengartikannya “the storage of visuals and their display on television-type screen” (penyimpanan/perekaman gambar dan penanyangannya pada layar televisi). Banyak orang yang memahami video dalam dua pengertian: 1. sebagai rekaman gambar hidup yang ditayangkan. dan 2. sebagai teknologi, yaitu teknologi pemrosesan sinyal elektronik mewakilkan gambar bergerak. Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa video itu berkenaan dengan apa yang dapat dilihat, utamanya adalah gambar hidup (bergerak; motion), proses perekamannya, dan penayangannya yang tentunya melibatkan teknologi. Selain itu juga Vidio merupakan media komunikasi yang sangat cepat ditangkap informasinya oleh manusia. Karena tampilannya selain berupa gambar juga berupa suara dan gerak. Video selain memeberikan informasi dan hiburan juga dapat dijadikan sebagai media pembelajaran. Tujuannya adalah agar proses pembelajaran akan lebih cepat ditangkap dan dipahami oleh siswa. Selain itu juga para pengajar atau guru akan lebih mudah menyampaikan materi melalui media video. Tentunya hal tersebut harus didukung oleh ilmu pengetauan dan pengusaan teknologi terhadap materi yang diajarkan.

8   

BAB III LANGKAH LANGKAH PELAKSANAAN

A. Rancangan Pembelajaran Proses kegiatan belajar pada materi system imunitas dirancang melalui langkah-langkah pembelajaran secara garis besar dengan sebagai berikut : Kegiatan No.

Guru

Peserta didik

Kegiatan Awal 

Memotivasi dengan mengajukan

 Antusias memperhatikan

pertanyaan

dan termotivasi untuk

”Pernahkah kalian mengalami sakit

belajar materi sistem

tenggorokan? Apa yang kalian

imunitas

rasakan saat sakit tenggorokan?. Pernahkah kalian demam? Megapa seseorang itu demam? 1.

” Apresepsi dengan mengajukan pertanyaan:”apa arti sistem imunitas” 

Menuliskan topik yang akan dipelajari, yaitu: sistem imunitas



 Menjawab pertanyaan guru

dan respon imunitas non spesifik

 Muncul berbagai jawaban

Menyebutkan tujuan pembelajaran

 Menulis topik dan tujuan

yang harus dicapai dalam belajar.

yang akan dipelajari.

Kegiatan Inti  Membagi peserta didik menjadi 5

sesuai pembagian.

kelompok 2

 Mendengarkan presentasi,

 Masing masing kelompok mempresentasikan video yang telah

membaca dan

mereka buat

mengerjakan LKPD

9   

 Membentuk kelompok

 Guru memantau diskusi/penjelasan

 Siswa aktif berdiskusi

tim ahli di kelas 

Guru memberikan penguatan pada



Siswa melihat video

hasil diskusi (penguatan berupa:

dengan seksama,

konsep-konsep penting) melalui

mendengarkan, dan

media video

mencatat penguatan yang

 Memberikan reward bagi kelompok

diberikan guru.

peserta didik yang aktif. Kegiatan Penutup 

Meminta dan membimbing peserta



telah dipelajari.

didik merangkum materi yang telah

3

Merangkum materi yang

dipelajari. 



Memberikan soal post test

Mengerjakan post test

Dari langkah-langkah pembelajaran tersebut, kemudian disusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) agar menjadi, aktif, kreatif, inovatif dan komunikatif serta membuat media pembelajaran berupa video pembelajaran yang sesuai dengan tahapan proses imunitas sehingga dapat menarik perhatian siswa sehingga siswa dapat belajar dengan menyenangkan dan mudah memahami serangkaian proses sistem imunitas

B. Pelaksanaan Pembelajaran dengan Metode yang dirancang termasuk Alat Bantu yang Digunakan Pelaksanaan proses kegiatan belajar mengajar dimulai dengan kegiatan awal mengucapkan salam, memberi semangat dengan yel-yel dan tepukan dan mengkondisikan siswa agar semangat belajar. Sesudah itu, kehadiran siswa dicek. Kemudian guru memberikan motivasi kepada siswa tentang pentingnya mempelajari materi system imunitas dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya, guru melakukan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan mengenai system imunitas dan mengkaitkan materi pelajaran dengan pengalaman siswa,

10   

menginformasikan kegiatan yang akan dilaksanakan, serta menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Kegiatan inti dimulai dengan membagi kelas menjadi lima kelompok. Guru menanyakan tentang tugas membuat video yang telah siswa buat. Guru memberikan peta konsep tentang system imunitas. Setelah itu kelompok satu mempresentasikan video yang telah mereka buat. Guru memfasilitasi jalannya diskusi dan membagikan LKPD yang akan dkerjakan secara individu. Siswa mengerjakan LKPD dengan sumber referensi dari buku dan video pembelajaran yang telah guru dan siswa buat. Di akhir kegiatan inti, seluruh kelompok berkumpul menjadi satu untuk memperhatikan penjelasan guru yang memberikan penguatan dari hasil diskusi secara menyeluruh. Penguatan-penguatan tersebut berupa penguatan konsepkonsep penting melalui media video pembelajaran.

C. Evaluasi Kreativitas Pembelajaran Pelaksanaan pembelajaran kooperatif dengan media video pembelajaran telah menciptakan suatu perubahan positif, baik pada proses maupun hasil belajar siswa yang terdapat di kelas XI SMAN I Kendal, Kabupaten Ngawi. Namun, tidak dapat dipungkiri adanya evaluasi kendala-kendala yang dihadapi ketika proses pembelajaran berlangsung . Adapun kendala-kendala yang dihadapi adalah sebagai berikut. 1.

Ketika siswa bekerja sama membuat video pembelajaran, ada saja siswa yang merasa tidak cocok dengan teman anggota dalam satu kelompok.

2.

Dalam pelaksanaan diskusi, siswa lambat belajar menghabiskan waktu yang cukup lama dibandingkan dengan siswa yang normal, dan hal itu menimbulkan adanya protes dari beberapa siswa yang lain karena menunggu agak lama.

3.

Pembuatan media video pembelajaran memerlukan waktu yang lebih banyak.

11   

BAB IV LAPORAN HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Pembelajaran Saat pembelajaran materi system imunitas, guru memberikan evaluasi dengan memberikan ujian lisan. Kegiatan ini dilakukan sebagai alat untuk mengukur keberhasilan siswa dalam memahami menyerap proses kegiatan belajar mengajar. Anak yang biasanya memiliki kemampuan rendah, dapat menjawab pertanyaan dengan bahasa siswa sendiri. Di akhir pembelajaran, siswa diminta guru untuk menulis perasaan setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar system imunitas dengan media video pembelajaran. Tulisan pesan dan kesan siswa ditulis secara jujur untuk mengungkapkan isi hati. Tulisan pesan dan kesan dapat memberi gambaran afektif siswa saat mengikuti proses pembelajan. Beberapa contoh tulisan pesan dan kesan siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan media video pembelajaran dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1. Contoh I beberapa tulisan pesan dan kesan siswa

12   

Gambar 4.2. Contoh II beberapa tulisan pesan dan kesan siswa

Gambar 4.3. Contoh III beberapa tulisan pesan dan kesan siswa

13   

B. Analisis Hasil Pembelajaran Tujuan penulisan Karya Tulis ini adalah untuk mengetahui efektifitas pembelajaran kooperatif dengan media video pada pembelajaran materi system imunitas. Dalam best practice ini, model yang digunakan adalah pembelajaran kooperatif dengan media video karya guru dan siswa. Siswa mengalami proses pengalaman belajar yang berpusat pada siswa dimana siswa membuat video pembelajaran yang disesuaikan dengan berbagai tahapan pada proses sistem imunitas. Materi sistem imunitas merupakan materi yang sangat sulit pada jenjang pendidikan kelas XI. Pada materi sistem imunitas, Siswa dituntut oleh kurikulum agar dapat memahami serangkaian proses imflamasi, sistem respon humoral dan selular. Dari pengalaman penulis menjadi pengajar selama bertahun-tahun, nilai kognitif pada materi metabolisme pada tahun-tahun sebelumnya sangat tidak memuaskan. Banyak siswa yang mendapatkan nilai dibawah Standar Ketuntasan Minimal sehingga banyak siswa yang remidi agar mendapatkan nilai sesuai Standar Ketuntasan Minimal (KKM). Proses belajar mengajar materi sistem imunitas pada tahun ajaran 2016/2017 telah menggunakan pembelajaran kooperatif dengan media video. Jika dibanding dengan nilai biologi materi sistem imunitas pada tahun ajaran sebelumnya, hasil tes ujian lesan tahun ajaran ini berbeda dengan siswa pada tahuntahun ajaran sebelumnya yang tidak menggunakan proses kegiatan belajar menggunakan pembelajaran kooperatif dengan media video. Siswa dapat menjawab pertanyaan guru, termasuk siswa yang mengalami kesulitan belajar dapat memahami materi sistem imunitas ini dengan baik. Salah satu siswa SMAN I Kendal menulis kesan “Pembelajaran ini sangat mengasikkan dan membuat saya menjadi cepat paham. Ternyata belajar Biologi tentang sistem pertahanan tubuh itu sangat mengasikkan”. Dengan media video, siswa tumbuh minat dan motivasi untuk belajar proses sistem imunitas, meski materi tersebut dirasakan sulit. Siswa juga menjadi percaya diri untuk belajar, siswa yang awalnya malu untuk bertanya menjadi tidak sungkan untuk bertanya. Siswa yang

awalnya

susah

menjelaskan

14   

suatu

konsep

menjadi

mudah

mengkomunikasikan konsep dengan bahasa siswa sendiri sehingga mudah dipahami oleh siswa lain. Penggunaan video sebagai bahan bantu mengajar memberikan satu pengalaman baru kepada sebilangan pelajar. Melalui pembelajaran kooperatif dengan media video, guru menanamkan pemikiran “Learning is fun” kepada siswa, sehingga minat dan motivasi belajar siswa meningkat sehingga memberi kegembiraan bagi peserta didik untuk memahami konsep sistem imunitas. Pemanfaatan media video ini meningkatkan minat belajar siswa. Adegan – adegan siswa

mengandung unsur visual yang kuat. Berbagai adegan yang

divisualisasikan membuat siswa terlibat secara emosional sehingga membuat siswa menikmati pembelajaran. Siswa mengungkapkan perasaan nya lewat tulisan bahwa pembelajaran dengan

media video, “Menyenangkan, kreatif dan tidak

menjenuhkan”. Dengan media video proses belajar menjadi lebih menggairahkan, dapat menarik imajinasi, serta mendorong siswa untuk menikmati pembelajaran Erland, Jan (1995:20, 1, 87-101) dalam The Journal of Accelerated Learning and Teaching menjelaskan bahwa, “Cognitive Skills Training Improves Listening and Visual Memory for Academic and Career Success. First, quick, resilient information processing capability, with memory and cognition skill, is required before higher-order thinking skill can take place When listening and visual memory levels are strengthened, to aid reading and skill proficiency, then, one can become proficient with science, technological and higher-order thinking skills”. Siswa dapat menjadi mahir dan berpikir tingkat tinggi, saat mengerjakan tugas dari guru dengan mendengarkan penjelasan video, sehingga tingkat emosi dan memori yang bersangkutan diperkuat. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa penguatan segala informasi yang berasal dari visual melului media ataupun pendengaran saat berkomunikasi dilakukan agar materi disimpan dalam memori jangka panjang

15   

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan 1. Pembelajaran Kooperatif dengan media video menggairahkan proses pembelajaran, membuat materi sistem imunitas yang sulit menjadi mudah dan meningkatkan pemahaman siswa, serta lebih lama diingat siswa, karena siswa dilibatkan secara aktif baik mental, fisik, dan sosial. 2. Pembelajaran Kooperatif dengan media video meningkatkan pemahaman siswa pada materi sistem imunitas

B. Saran Berdasarkan kesimpulan penelitian yang diperoleh, dalam rangka turut mengembangkan pemikiran yang terkait dengan peningkatan prestasi belajar biologi, maka disarankan : 1.

Kepada Guru a. Guru harus menyiapkan secara lebih kreatif media video atau dengan memodifikasi media yang sudah ada agar lebih mendekati keadaan sebenarnya b. Guru menyiapkan bahan pembelajaran, alat peraga, dan LKPD materi sistem imunitas yang dapat mendukung pembuatan video c. Guru harus mengelompokkan peserta didik agar heterogen

2. Kepada Peneliti a. Hendaknya membuat penilaian aspek kognitif dan afektif, tidak hanya sekedar penulisan kesan dan pesan siswa pasca pembelajaran saja. b. Hendaknya model pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian sudah dipraktekan pada peserta didik yang akan dijadikan sebagai sampel sebelum penelitian dilaksanakan. Hal ini dimaksudkan agar pada saat penelitian tidak dijumpai kendala yang berhubungan dengan model pembelajaran.

16   

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi VI, Jakarta: Rineka Cipta Dahar, Ratna Wilis. 1989. Teori-Teori Belajar. Jakarta : Erlangga Eison, J. 2010. Using Active Learning Instructional Strategies to Create Excitement and Enhance Learning. Department of Adult, Career & Higher Education University of South Florida. Handout Erland, Jan. 1995. Cognitive Skills Training Improves Listening and Visual Memory for Academic and Career Success. The Journal of Accelerated Learning and Teaching Herawati Susilo dkk. 2000. Kapita Selekta Pembelajaran Biologi. Jakarta : Universitas Terbuka. Hammond, J., Bithell, C., Jones, L. and Bidgood, P. 2010. A First Year Experience of Student-directed Peer-assisted Learning. Active Learning in Higher Education 11, 201 I Wayan Santyasa. 1997. Landasan Konseptual Media Pembelajaran. Makalah Workshop Media Pembelajaran bagi Guru-Guru SMA Negeri Banjar Angkatan Pada tanggal 10 Januari 2007 di Banjar Angkan Klungkung Melvin L. Silberman, Active Learning (101 Cara Belajar Siswa Aktif), Nusa Media, Bandung, 2004 Muya, David. 2015. Innovative Teaching and Virtual Classroom Tours. http://www.academia.edu/595133/Innovative_Teaching_and_Learning Nana Sudjana, Ahmad Rivai. 2005. Media Pengajaran. Bandung : Sinar Baru Algesindo. Rudi Susilana, Cepi Riyana. 2008. MEDIA PEMBELAJARAN, Hakikat, Pengembangan, Pemanfaatan, dan Penilaian. Bandung:Wacana Prima. Slavin, Robert E. 2008. Psikologi Pendidikan : Teori dan praktek. Jakarta: PT Indeks. Suparlan, Dasim, dan Danny. 2008. PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan). Bandung : PT Genesindo.

17   

Syah, Muhibbin dan Kariadinata, Rahayu. 2009. Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM). Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) Rayon Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Active Learning: Theories and Research Jill Beloff Farrell. http://www.lookstein.org/online_journal.php?id=260

18   

LAMPIRAN LAMPIRAN

Foto 1. Kegiatan Kelompok dimana Siswa membuat konsep video pembelajaran

Foto 2. Kegiatan Guru menjadi trainer pembuatan video pembelajaran menggunakan jam di luar kelas 19   

Foto 3. Kegiatan siswa presentasi

Foto 4. Kegiatan siswa menggunakan video pembelajaran sebagai sumber referensi belajar

20   

Foto 5. Kegiatan siswa menggunakan video pembelajaran sebagai sumber referensi belajar

Foto 6.

Guru memberi penguatan materi dengan media video

21   

BIODATA 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Nama Lengkap NIP NUPTK Pangkat/Gol Jabatan Tempat tanggal lahir Jenis Kelamin Agama Guru Masa Kerja Guru Judul Karya Tulis

12 13 14

Pendidikan Terakhir Fakultas/Jurusan Sekolah : a. Nama Sekolah b. Jalan c. Kelurahan/desa d. Kecamatan e. Kabupaten f. Provinsi g. Telepon

15

16

17

Alamat Rumah : a. Jalan b. Kelurahan/desa c. Kecamatan d. Kabupaten e. Provinsi f. Telepon g. Email Kegiatan Peningkatan professional yang pernah diikuti Kegiatan Lomba Guru yang pernah diikuti

Fitriani Khanifatun, S. Si, M. Pd 19820423 200604 2 011 4735760660300002 Penata/IIIc Guru Dewasa Semarang, 23 April 1982 Perempuan Islam Biologi 7 tahun 4 bulan MAKE and SHARE MOVIE untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa terhadap Materi Sistem Imunitas S2 Pendidikan Sains SMAN I KENDAL Jl. Raya Ngawi – Kendal Km 32 Desa Kendal Kendal Ngawi Jawa Timur (0351) 732301

Gentong Lor Rt 01/Rw 02 Gentong Paron Ngawi Jawa Timur (0351)730135/ HP 082139160602 [email protected] 1. Workshop penulisan Karya tulis 2. Diklat guru mata pelajaran Lomba Guru OSN tingkat Provinsi Jawa Timur, Tahun 2015. Tidak Juara

Ngawi, 4 Mei 2016 Mengetahui,

Peserta Lomba

AGUS SUPRIYONO, M. Pd

FITRIANI KHANIFATUN, S. Si, M. Pd

NIP 19670510 199103 1 006

NIP 19820423 200604 2 011

22   

Life Enjoy

" Life is not a problem to be solved but a reality to be experienced! "

Get in touch

Social

© Copyright 2013 - 2024 KUDO.TIPS - All rights reserved.