Transcript
PENGARUH KOMUNIKASI INTERNAL TERHADAP SIKAP PEKERJA DALAM PENERAPAN MANAJEMEN K3 PADA PROYEK KONSTRUKSI (Studi Kasus: Proyek Pembangunan Apartemen Senopati Suites 2 & 3 Senayan Jakarta oleh PT. NKE) Taufick Max1, Bambang Endro Yuwono2
ABSTRAK Penerapan Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada proyek konstruksi seringkali memiliki masalah dengan kedisiplinan menaati aturan dan pedoman pelaksanaan K3. Hal tersebut kemudian menyebabkan tingkat kecelakaan kerja yang tinggi. Berdasarkan penelitian sebelumnya tentang faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja, faktor budaya K3, dan pengaruh komunikasi internal. Ditemukan bahwa salah satu faktor yang paling dominan adalah kurangnya kordinasi dan komunikasi yang efektif sehingga menimbulkan sikap yang negatif dalam penerapan K3. Metode penelitian ini yaitu metode deskriptif yang dilakukan dengan cara survey menggunakan kuesioner dan wawancara. Metode Analisis yang digunakan yaitu alternatif jawaban dari kuesioner menggunakan skala likert. Analisis data menggunakan SPSS versi 16.0 untuk menguji Validitas, reabilitas, regresi linier, korelasi berganda, dan uji determinasi. Hasil dari penelitian ini yaitu komunikasi internal secara simultan atau bersama-sama memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap sikap pekerja dengan koefisien korelasi ganda berada diantara 0,8 hingga 1,00 yang berarti bahwa komunikasi internal memiliki korelasi yang sangat kuat dengan sikap pekerja. Di samping itu, derajat kekuatan hubungan antara komunikasi internal dan sikap pekerja, memiliki derajat hubungan korelasi yang sangat besar yaitu 75,34%, sedangkan faktor yang paling dominan adalah penerimaan saran dari pekerja, kesediaan mendengar pandangan yang berbeda dari pekerja dan selalu berkomunikasi dalam menyelesaikan masalah pekerjaan tentang K3. Kata kunci: Komunikasi internal, sikap pekerja, manajemen K3, proyek konstruksi.
ABSTRACT There are a few problems may come-out in the time of implementing Occupational Health and Safety Principles on a construction project such as disciplinary issues on how to stick-on to the rule and regulation of the OHS principles. Thus, it causes level of injury getting high. One of the most important reason it happens is, lack of internal communications which carries the ineffective communications way within the worker. This research aims are to determine the effect of the internal communications between OHS supervisor and the worker, how big is the influence upon its effectiveness, and to figure-out the dominant factors. The research method is a descriptive method by using the quitionaire as a part of survey activity and interviewing the respondents for identifying the variables of internal communications factors and the worker attitudes upon this matter. This research uses the answers and responds of the quitionairies’ respondents on the likert scale basis. Data is analyzed by using SPSS (Statistical Package for Social Sciences) version 16.0 to test the validity, realibility, linear regresion, multiple correlation, determination test. The result of this research is create a better of a group stimulus internal communications which carries a very significant or strong influence onto the workers’ attitutide in respect to multiple correlation coefficient 0.8 up to 1.00. The level of strenght and closeness relationship between the internal communication and worker attitudes is 75.34 %. The dominant factors are the acceptance
1
Alumni Magister Teknik Sipil FTSP Universitas Trisakti Dosen Jurusan Teknik Sipil FTSP Universitas Trisakti Pengaruh Komunikasi Internal Terhadap Sikap Pekerja dalam Penerapan Manajemen K3 pada Proyek Konstruksi (Studi Kasus: Proyek Pembangunan Apartemen Senopati Suites 2 & 3 Senayan Jakarta oleh PT. NKE) (Taufick Max) 2
111
worker suggestions degree, the willingness to listen vary point-of-views from worker, the simultan and continuous communications in finding the problem solvings about OHS. Keywords: Internal communications, worker attitudes, OHS management, construction project
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam sebuah organisasi komunikasi merupakan hal yang sangat penting karena mengikat kesatuan organisasi. Komunikasi membantu anggota-anggota organisasi mencapai
tujuan
individu
dan
juga
tujuan
organisasi,
merespon
dan
mengimplementasikan perubahan organisasi, mengoordinasikan aktivitas organisasi, dan ikut memainkan peran dalam hampir semua tindakan organisasi yang relevan. Meski demikian berkomunikasi dengan baik tidaklah mudah. Jika sebuah organisasi sampai pada titik dimana komunikasi dalam organisasi tidak seefektif yang seharusnya, maka organisasi itu tidak berfungsi secara efektif, (Romli, 2014). Begitu juga dalam organisasi manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), menurut Rudi Suardi (2005) untuk menerapkan system Manajemen K3 maka komunikasi yang efektif sangat diperlukan agar tujuan penerapan K3 bisa berjalan dengan baik. Berdasarkan hal tersebut, maka dibutuhkan pengelolaan komunikasi dalam sebuah organisasi K3. Adapun tujuannya adalah: Mengantisipasi ketidaktahuan, kesalahpahaman dan permasalahan di dalam organisasi. Bentuk partisipasi perusahaan dalam sistem manajemen K3. Semua personel yang ada dalam perusahaan mendukung implementasi K3. Dalam pengelolaan komunikasi, akan terjadi proses konsultasi dan komunikasi. Oleh sebab itu dalam perusahaan harus terdapat prosedur/tata cara yang mengatur hal tersebut. Tujuan dari standarisasi prosedur proses konsultasi dan komunikasi adalah untuk mengatur mekanisme konsultasi semua masalah K3 yang ada di perusahaan dan memastikan bahwa setiap masalah yang ada, diproses dan ditindaklanjuti dengan tindakan perbaikan/penyelesaian masalah untuk peningkatan berkelanjutan dari sistem manajemen K3 agar sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditentukan. Dalam penerapan K3 sesuai Permenaker 05/Men/1996, dinyatakan bahwa dalam mencapai tujuan K3 perusahan harus menunjuk personal yang mempunyai kualifikasi yang sesuai dengan sistem yang diterapkan. Kualifikasi Penerapan K3 berdasarkan Permenaker 05/men/1996 yang berhubungan dengan konsultasi dan komunikasi adalah sebagai berikut:
112
Jurnal Sipil Vol. 14, No. 2, September 2014: 111 - 127
1. Konsultasi, Motivasi dan Kesadaran Pengurus harus menunjukkan komitmennya terhadap keselamatan dan kesehatan kerja melalui konsultasi dengan melibatkan tenaga kerja maupun pihak lain yang terkait didalam penerapan Sistem Manajemen K3, sehingga semua pihak merasakan ikut memiliki dan merasakan hasilnya. Tenaga kerja harus memahami serta mendukung tujuan dan sasaran sistem manajemen K3 dan perlu disadakan terhadap bahaya fisik, kimia, ergonomist, radiasi, biologist dan psikologis yang mungkin dapat mencederai dan melukai mereka pada saat bekerja. Para pekerja harus memahami sumber bahaya tersebut sehingga dapat mengenali dan mencegah tindakan yang dapat mengarah terjadinya insiden. 2. Komunikasi Internal Komunikasi dua arah yang efektif dan pelaporan rutin merupakan sumber penting dalam penerapan Sistem Manajemen K3. Penyediaan informasi yang sesuai bagi tenaga kerja dan semua pihak yang terkait dapat dipergunakan untuk memotivasi dan mendorong penerimaan serta pemahaman umum dalam upaya perusahaan untuk meningkatkan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja. Perusahaan harus mempunyai prosedur yang menjamin bahwa informasi keselamatan dan kesehatan kerja terbaru dikomunikasikan semua pihak dalam perusahaan. Berdasarkan informasi tersebut maka menurut penulis hal yang paling terpenting untuk mewujudkan tujuan organisasi adalah terciptanya hubungan komunikasi yang efektif secara terkhusus yaitu komunikasi yang terjadi dalam organisasi tersebut atau Komunikasi internal dalam penerapan manajemen K3. Karena Komunikasi Internal memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap Kinerjadalam sebuah organisasi, maka penelitian tentang Komunikasi Internal ini patut kita lakukan lagi pada Organisasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) proyek konstruksi agar penerapan K3 bisa berjalan secara efektif dan sesuai dengan tujuan organisasi K3 dalam hal efektifitas komunikasi internal agar memenuhi standar kinerja yang diharapkan. 1.2 RUMUSAN MASALAH 1. Apakah Komunikasi Internal dalam penerapan Manajemen K3 berpengaruh terhadap sikap pekerja? 2. Faktor apa saja yang paling dominan dalam mempengaruhi sikap pekerja? 3. Seberapa besar komunikasi Internal tersebut mempengaruhi sikap pekerja? Pengaruh Komunikasi Internal Terhadap Sikap Pekerja dalam Penerapan Manajemen K3 pada Proyek Konstruksi (Studi Kasus: Proyek Pembangunan Apartemen Senopati Suites 2 & 3 Senayan Jakarta oleh PT. NKE) (Taufick Max)
113
1.3 TUJUAN PENELITIAN 1. Untuk mengetahui pengaruh antara Komunikasi Internal Pengawas K3 terhadap sikap pekerja. 2. Untuk mengetahui faktor Komunikasi Internal apa saja yang paling dominan terhadap sikap pekerja. 3. Untuk mengetahui seberapa besar Komunikasi Internal berpengaruh terhadap Sikap Pekerja. 1.4 KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka pemikiran ini berdasarkan pada latar belakang masalah dan acuan teori yang sudah dibahas sebelumnya. Kerangka pemikiran dan penelitian ini yaitu: Dalam sebuah organisasi komunikasi merupakan hal yang sangat penting karena mengikat kesatuan organisasi. Komunikasi membantu anggota-anggota organisasi mencapai
tujuan
individu
dan
juga
tujuan
organisasi,
merespon
dan
mengimplementasikan perubahan organisasi, mengoordinasikan aktivitas organisasi, dan ikut memainkan peran dalam hampir semua tindakan organisasi yang relevan. Begitu juga dalam Organisasi manajemen K3, untuk menerapkan system Manajemen K3 maka komunikasi yang efektif sangat diperlukan agar tujuan penerapan K3 bisa berjalan dengan baik. Berdasarkan hal tersebut, maka dibutuhkan pengelolaan komunikasi dalam sebuah organisasi K3. Dalam persyaratan Permenaker 05/Men/1996 dan OHSAS juga menjadikan Komunikasi sebagai Faktor pendukung diantaranya adalah Konsultasi, Motivasi,dan kesadaran termasuk Komunikasi Internal dalam penerapan Manajemen K3. Berdasarkan penelitian sebelumnya diketahui bahwa dalam Penerapan Manajemen K3 faktor yang paling dominan salah satunya adalah Komunikasi, akan tetapi belum melakukan penelitian tentang seberapa besar pengaruh efektifitas komunikasi internaltersebut terhadap sikap pekerja. Maka dari itu, dibutuhkan suatu pengetahuan yang berhubungan Komunikasi internal dalam penerapan K3 yang mempengaruhi sikap pekerja untuk meminimalisir kesalahan dalam menyampaikan informasi kepada pekerja. Dengan Memahami Komunikasi Internal dalam peberapan K3 maka diharapkan proses komunikasi pada penerapan K3 akan berjalan efektif untuk mewujudkan tujuan K3
114
Jurnal Sipil Vol. 14, No. 2, September 2014: 111 - 127
2 METODE PENELITIAN 2.1 Jenis Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis, yaitu suatu metode penelitian yang menggambarkan objek penelitian berdasarkan faktafakta yang ada sedang berlangsung dengan cara mengumpulkan, menyusun, dan menjelaskan data yang diperoleh untuk kemudian dianalisis sesuai dengan teori yang ada. 2.2 Waktu dan Tempat Peneltian Waktu penelitian ini dilakukan selama kurang lebih 3 bulan yang dimulai pada bulan Juni sampai bulan agustus 2014. Objek penelitian bertempat di Proyek Apartemen Senopati Suites 2 dan 3 Senayan Jakarta oleh PT. NKE. 2.3 Populasi dan Sampel Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek atau subyek yang didefinisikan untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2008: 115) Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul – betul representatif (mewakili). (Sugiyono, 2008: 116) Besarnya sampel dapat ditentukan dengan menggunakan rumus slovin sebagai berikut: Rumus Slovin: n dimana :
n = Besarnya sampel N = Populasi e = Error (persentase kesalahan yang dapat ditolerir dalam pengambilan sampel)
Dimana populasi yang akan digunakan pada penelitian ini seperti yang telah disebutkan sebelumnya, yaitu Pekerja pada proyek apartemen senopati suites yang berjumlah 502 orang. Dan nilai e (error) yang di ambil pada penelitian ini adalah 10%. Berdasarkan rumus diatas, maka dapat ditentukan besarnya sampel sebagai berikut: n n = 83,38870 (dibulatkan menjadi 84) Maka sampel yang digunakan pada penelitian ini yaitu 84 pekerja sebagai respondennya.
Pengaruh Komunikasi Internal Terhadap Sikap Pekerja dalam Penerapan Manajemen K3 pada Proyek Konstruksi (Studi Kasus: Proyek Pembangunan Apartemen Senopati Suites 2 & 3 Senayan Jakarta oleh PT. NKE) (Taufick Max)
115
2.4 Teknik Sampling Teknik sampling adalah teknik pengambilan sample. Dalam menentukan sample yang digunakan dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik probability sampling yaitu teknik sampling (teknik pengambilan sample) yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sample. Sugiono (2006:74). Sedangkan metode analisis yang digunakan stratified random sampling metode ini digunakan karena populasi mempunyai anggota atau unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional. 2.5 Jenis Data 1. Data Primer Yaitu data yang diperoleh secara langsung dari responden dengan cara menjawab kuisioner dan melakukan observasi langsung dilapangan pada proyek konstruksi. 2. Data Sekunder Yaitu data yang telah tersedia dari perusahaan berupa brosur, pedoman kerja, instruksi kerja yang berhubungan dengan penerapan Manajemen Keselamatan dan kesehatan kerja pada proyek konstruksi 2.6 Sumber Data Sumber data mempunyai peran yang sangat penting dalam penelitian karena adanya sumber data penulis akan mendapatkan tempat/sumber yang dapat digunakan untuk mengetahui segala informasi yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan. Adapun sumber data dalam penelitian ini diperoleh melalui kuesioner dan melalui studi pustaka 2.7 Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data, peneliti menggunakan tehnik pengumpulan data dengan cara: 1. Kuesioner Kuesioner adalah suatu metode dimana peneliti menyusun daftar pernyataan secara tertulis yang kemudian dibagikan kepada responden untuk memperoleh data yang berhubungan dengan kegiatan penelitian yaitu komunikasi internal pada pekerja. 2. Wawancara Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara Tanya jawab sambil bertatap muka antara penanya untuk memperoleh data yang diperlukan. Tanya jawab ini dilakukan oleh peneliti dengan pihak responden tentang hasil jawaban responden di kuesioner.
116
Jurnal Sipil Vol. 14, No. 2, September 2014: 111 - 127
3. Studi Pustaka Studi Pustaka adalah proses pengumpulan data untuk menunjang keabsahan penelitian, berupa studi tentang buku-buku dan penelitian-penelitian terdahulu. 2.8 Metode Analisis Data Pengolahan data dengan menggunakan perhitungan statistik ketentuan teknik sampling. Dalam mendapatkan data, penulis menentukan sampel acak dari populasi dengan membuat daftar pernyataan untuk dijawab oleh responden yang dijadikan sampel. Adapun alternatif jawaban menggunakan skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. (Sugiyono 2003:86). Dengan skala Likert, variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel dan dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen dimana alternatifnya dapat berupa pertanyaan atau pernyataan. Selanjutnya data yang diperoleh dianalisis dengan cara sebagai berikut: 1. Uji Validitas Valid menunjukan derajat ketetapan antara data yang sesungguhnya terjadi pada objek dengan data yang dapat dikumpulkan oleh peneliti. Menurut Sugiyono (2006) untuk mencari nilai validitas disebuah item kita mengkoralasikan skor item dengan total item-item tersebut. Jika koefisien sama atau sama dengan 0,3 maka item tersebut dinyatakan valid, tetapi jika nilai korelasi dibawah 0,3 maka item dinyatakan tidak valid. 2. Uji Reabilitas Sugiyono (2006) juga menyebutkan untuk menguji reliabilitas instrument terlebih dahulu dilihat validitasnya, membuang instrument yang tidak valid, dan kemudian bila seluruh instrument sudah valid, dengan menggunakan metode split half jawabanjawaban responden dibagi menjadi dua kelompok ganjil dan genap yang kemudian dikorelasikan 3. Analisis Regresi linier ganda Untuk menjawab rumusan masalah yang pertama maka perlu diuji data menggunakan analisis regresi ganda yaitu analisis yang digunakan untuk mengetahui adanya korelasi antara X komunikasi Internal terhadap Y sikap pekerja. 4. Analisis Korelasi Berganda Untuk menjawab rumusan masalah kedua maka data di uji menggunakan analisis Korelasi berganda yaitu analisis yang digunakan untuk mengetahui derajat atau
Pengaruh Komunikasi Internal Terhadap Sikap Pekerja dalam Penerapan Manajemen K3 pada Proyek Konstruksi (Studi Kasus: Proyek Pembangunan Apartemen Senopati Suites 2 & 3 Senayan Jakarta oleh PT. NKE) (Taufick Max)
117
kekuatan hubungan antara variabel bebas (X) komunikasi internal, dan (Y) Sikap Pekerja, sehingga mengetahui faktor yang paling dominan. 5. Analisis Koefisien determinasi Untuk menjawab rumusan masalah ke tiga maka dapat dihitung dengan menggunakan koefisien determinasi yaitu untuk melihat presentase pengaruh variabel X (komunikasi internal), terhadap Y (Sikap Pekerja).
3 LANDASAN TEORI 3.1 Komunikasi Manusia tidak dapat bekerja sendirian akan tetapi manusia akan senantiasa berinteraksi dengan yang lainnya karena manusia diciptakan oleh Allah SWT adalah makhluk individu dan makhluk sosial yang mempunyai perasaan gembira, sakit, sehat, senang, maupun sedih. Manusia tidak hanya membutuhkan hal-hal yang bersifat materi saja, tetapi manusia juga membutuhkan penghargaan dan pengakuan dari sesamanya. Manusia mendorong dirinya bekerja lebih semangat dan lebih bergairah didalam bekerja dengan cara komunikasi yang lebih efektif dan efisien kepada sesamanya. Komunikasi merupakan satuan alat manajemen untuk mencapai tujuan perusahaan, suatu perusahaan memerlukan informasi didalam aktivitasnya sehari-hari. Oleh karena itu komunikasi akan sangat penting sekali artinya dalam menjamin kelangsungan hidup suatu perusahaan/eksistensi suatu perusahaan. Proses penyampaian informasi dan instruksi bukanlah suatu hal yang mudah, sebagian besar waktu manajer disita untuk aktivitas komunikasi, baikkomunikasi dengan bawahannya, rekan kerjanya, supervisor (pengawas/mandor), dan lain-lain. Pengertian komunikasi dari pakar berbeda, untuk orang-orang awam sering mengidentifikasikan komunikasi sebagai alat atau media pengrim pesan dan informasi seperti: televisi, radio, telegram dan lain-lain. Berikut ini beberapa pengertian komunikasi yang dikemukakan oleh beberapa pakar dibawah ini, diantaranya sebagai berikut: Menurut Agus M. Hardjana (2007:11), bahwa komunikasi adalah Proses penyampaian makna dalam bentuk gagasan atau informasi dari seseorang kepada orang lain melalui media tertentu. Sedangkan menurut Djoko Purwanto (2006:3), Komunikasi dapat didefinisikan sebagai Suatu proses pertukaran informasi antar individu melalui suatu sistem yang biasa (lazim) baik dengan simbol-simbol, sinyal-sinyal maupun perilaku atau tindakan. Menurut Koontz yang dialihbahasakan oleh Marwansyah dan Mukaram (2004:201) komunikasi adalah Penyampaian atau pengiriman informasi dari seseorang
118
Jurnal Sipil Vol. 14, No. 2, September 2014: 111 - 127
kepada orang lain, sehingga informasi dapat dipahami oleh penerima. Dari ketiga definisi diatas, memberikan pemahaman bahwa yang dimaksud dengan komunikasi adalah Proses penyampaian informasi dari seseorang (sender) kepada orang lain (receiver) melalui sistem media tertentu yang biasa dilakukan (yang lazimnya dilakukan), bisa menggunakan simbol-simbol, sinyal-sinyal tertentu maupun perilaku atau tindakan sehingga informasi dapat dipahami oleh penerima pesan (receiver) dan adanya feedback penerima pesan (receiver) kepada pengirim pesan (sender). Dalam suatu perusahaan setiap bagian harus melakukan komunikasi dengan berbagai pihak untuk mencapai tujuannya. Setiap bentuk perusahaan pendekatan didalam melakukan kegiatan komunikasi yang dipakai antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya tidaklah sama, masing-masing mempunyai karakter yang satu dengan yang lainnya memiliki variasi yang berbeda-beda. Dalam menciptakan pola komunikasi yang efektif untuk peningkatan kinerja karyawan maka perlu diterapkan manajemen komunikasi yang baik, apakah itu komunikasi internal atau komunikasi ekternal dan dalam konteks formal maupun nonformal. Akan tetapi pada penelitian ini kita hanya akan membatasi hanya pada komunikasi internal. Komunikasi Internal Adapun
definisi
dari
komunikasi
internal
telah
banyak
para
pakar
yang
mendefinisikannya, antara lain adalah sebagai berikut: Menurut Neni Yulianita (2007:92), komunikasi Internal adalah Komunikasi yang terjadi diantara orang-orang yang berada didalam suatu perusahaan. Sedangkan menurut Lawrence D. Brennan, yang dialih bahasakan oleh Onong Uchjana Effendy (2006:122), Komunikasi Internal adalah Penukaran gagasan di antara para administrator dan karyawan dalam suatu perusahaan atau jawatan yang menyebabkan terwujusnya perusahaan atau jawatan tersebut lengkap dengan struktur organisasi yang khas (organisasi) dan pertukaran gagasan secara horisontal dan vertikal didalam perusahaan atau jawatan yang menyebabkan pekerjaan berlangsung (operasi dan manajemen). Dari definisi-definisi tersebut diatas, memberikan pemahaman bahwa yang dimaksud dengan Komunikasi Internal adalahKomunikasi yang terjadi diantara orang-orang yang berada didalam suatu perusahaan, yang menyebabkan terjadinya pertukaran gagasan diantara para administrator dan pegawai dalam suatu perusahaan yang menyebabkan terwujudnya perusahaan tersebut lengkap dengan struktur organisasi khas dan pertukaran gagasan secara horizontal dan vertikal didalam perusahaan yang menyebabkan.
Pengaruh Komunikasi Internal Terhadap Sikap Pekerja dalam Penerapan Manajemen K3 pada Proyek Konstruksi (Studi Kasus: Proyek Pembangunan Apartemen Senopati Suites 2 & 3 Senayan Jakarta oleh PT. NKE) (Taufick Max)
119
Melihat dari definisi Neni Yulianita bahwa, komunikasi internal timbul akibat adanya interaksi/hubungan yang ada pada orang-orang yang ada di dalam organisasi, hubungan/interaksi yang ada dikarenakan hubungan kerja didalam organisasi haruslah hubungan yang simbosis mutualis, artinya meskipun terdapat perbedaan tugas, misalkan adanya
tuntutan spesialisasi, selalu diperlukan hubungan
yang selalu saling
menguntungkan, agar tercapainya tujuan perusahaan tersebut, kepuasan pegawai dan masyarakat. Menurut Sutrisna Dewi (2005:03), Komunikasi akan aktif apabila terjadi pemahaman yang sama dan pihak terangsang untuk berfikir atau melakukan sesuatu. Jadi, komunikasi secara efektif menambah keberhasilan individu dan organisasi
3.2 Manajemen K3 Definisi K3 Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu upaya yang dapat menjamin keutuhan dan kesempurnaan jasmani dan rohani sebagai hak azasi setiap pekerja untuk mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja, disini K3 diperlukan oleh setiap orang yang melakukan suatu pekerjaan ditempat kerjanya, (Matsushita Gobel Institut, 2007). Kecelakaan kerja Kecelakaan kerja adalah kejadian apapun yang tidak direncanakan yang menghasilkan cidera atau sakit pada manusia atau kerusakan atau kerugian terhadap properti, peralatan,material atau lingkungan Penyebab kecelakaan Akar penyebab dari kecelakaan dapat dikelompokan sebagai immediate cause dan contributing cause. Immediate cause adalah tingkah laku pekerja yang tidak aman (Unsafe act) dan kondisi kerja yang tidak aman (Unsafe condition). Cintributing cause dapat berupa faktor-faktor yang berhubungan dengan manajemen,lingkungan dan kondisi fisik dan mental dari pekerja. Sebuah kombinasi dari penyebab-penyebab tersebut harus bertemu secara konvergen supaya menghasilkan kecelakaan. Terdapat 2 (dua) tipe penyebab kecelakaan yang mendasar, yaitu : Kondisi yang tidak aman (Unsafe condition) dan tindakan yang tidak aman (unsafe act). Kecelakaan melibatkan salah satu darikedua penyebab atau kedua-duanya Pencegahan kecelakaan kerja Pencegahan kecelakaan dapat didefinisikan sebagai sebuah program yang terintegrasi, sebuah rangkaian aktifitas yang terkordinasi, yang mengarah kepada kontrol dari kinerja
120
Jurnal Sipil Vol. 14, No. 2, September 2014: 111 - 127
perorangan dan kondisi mekanis yang aman dan berdasarkan pada pengetahuan tertentu, sikap dan kemampuan, (Abdel Hamid, Ts, 2000) Pencegahan dimulai dengan menghilangkan semua kemungkinan bahaya Singh, J, 1993). Kecelakaan, penyakit dan kematian dapat dicegah jika para pekerja mengikuti petunjuk/aturan kesehatan dan keselamatan pemerintah pusat (Jule Hove, 2007). Alasan mendasar dari pencegahan kecelakaan adalah kebutuhan untuk menghindari cedera perorangan dan penderitaan yang diakibatkannya. Lebih baik mencegah kecelakaan (Kerugian) daripada menangani setelah terjadi kecelakaan
3.3 SIKAP PEKERJA Definisi Sikap Definisi Sikap pekerja menurut beberapa pakar adalah sebagai berikut : a. Sikap merupakan suatu kecenderunganuntuk secara konsisten memberikan tanggapan menyenangkanatau tidak menyenangkanterhadap suatu objek, kecenderungan ini merupakan hasil belajar, bukan pembawaan/ke-turunan (Ajzen dan Fishben, 1970) b. Sikap sebagai suatu pendapatdisertai perasaan yang menentukan tindakan terhadap suatu objek (Triandis, 1971) c. Sikap adalah pernyataan evaluatif baik yang menyenangkan atau tidak terhadap objek, orang atau peristiwa. Hal ini mencerminkan perasaan seseorang terhadap sesuatu (Robbin dan Judge,2007) Definisi Sikap Kerja Sikap kerja berisi evaluasi positif atau negative yang dimiliki oleh seorang karyawan mengenai aspek-aspek lingkungan kerja mereka.Sebagian besar riset dalam perilaku organisasional berhubungan dengan tiga sikap. Yaitu Kepuasan kerja, Keterlibatan pekerja, dan Komitmen organisasi, (Danang Sunyoto, 2013).
4 PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Pada pembahasan teori pada bab Sebelumnya telah dijelaskan tentang Komunikasi internal yang menurut Neni Yulianita (2007) bahwa, komunikasi internal timbul akibat adanya interaksi/hubungan yang ada pada orang-orang yang ada di dalam organisasi, hubungan/interaksi yang ada dikarenakan hubungan kerja didalam organisasi haruslah hubungan yang simbosis mutualis, artinya meskipun terdapat perbedaan tugas, misalkan adanya
tuntutan spesialisasi, selalu diperlukan hubungan
yang selalu saling
menguntungkan, agar tercapainya tujuan perusahaan tersebut, kepuasan pegawai dan masyarakat.Kemudian, seperti yang telah disampaikan Danang Sunyoto (2013) Sikap Pengaruh Komunikasi Internal Terhadap Sikap Pekerja dalam Penerapan Manajemen K3 pada Proyek Konstruksi (Studi Kasus: Proyek Pembangunan Apartemen Senopati Suites 2 & 3 Senayan Jakarta oleh PT. NKE) (Taufick Max)
121
kerja berisi evaluasi positif atau negative yang dimiliki oleh seorang karyawan mengenai aspek-aspek lingkungan kerja mereka.Sebagian besar riset dalam perilaku organisasional berhubungan dengan tiga sikap.Yaitu Kepuasan kerja, Keterlibatan pekerja, dan Komitmen organisasi. Sedangkan Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Komunikasi Internal pengawas K3 memiliki pengaruh terhadap Sikap pekerja dalam Penerapan K3 pada Proyek Apartemen Senopati suite 2 dan 3.Hal ini dikuatkan dengan hasil analisa dengan data yang di kumpul melalui kuesioner pada pekerja dan kemudian diolah menggunakan alat statistik SPSS versi 16.0. dan seperti yang terlihat pada Analisis regresi linier ganda untuk mengukur apakah ada hubungan dan korelasi antara variabel Komunikasi internal dan Sikap pekerja menunjukan hasil bahwa hampir semua variabel independen memiliki pengaruh dan korelasi yang terjadi secara positif kecuali untuk Variabel X1 dan X13 yang memiliki hubungan korelasi negative terhadap sikap pekerja. Sementara hasil Analisis korelasi memiliki Nilai R sebesar .868 hal ini menunjukkan terjadi hubungan yang sangat kuat antara X1, X2, X3, X4, X5, X6, X7, X8, X9, X10,X11, MSPX12, X13, X14 terhadap Sikap pekerja (Y). Hal ini terlihat dari korelasi ganda (R) sebesar 0,868 berada diantara 0,8 hingga 1,00 yang termasuk dalam kriteria korelasi sangat kuat. Akan tetapi pada hasil pengujian Hipotesis menggunakan Uji-t sebagian besar variabel independen memiliki nilai t-hitung < t-tabel 1,989 sehingga dardinyatakan bahwa Hipotesis Nol (H0) diterima sedangkan Hipotesis alternatif (Ha) ditolak. Namun ada dua variabel yang memiliki t-hitung > dari t-tabel yaitu variabel X12 dan X14. Dengan hasil thitung antara X12 dengan Sikap pekerja adalah sebesar 3,498 > dari t-tabel 1,989 (t-hitung > t-tabel) dengan sig.0,05, sehingga hipotesa bahwa X12 perbengaruh terhadap Sikap pekerja diterima. Maka Hipotesa H0 di tolak dan Ha diterima. Begitu juga dengan X14 karena t-hitung sebesar 3.019 > dari t-tabel 1.989 (t-hitung > t –tabel) maka hipotesa bahwa X14 berpengaruh terhadap Sikap Pekerja diterima. Sementara pada Uji hipotesan secara simultan (UJI F) antara antara X1, X2, X3, X4, IVTX5, X6, X7, X8, X9, X10,X11, X12, X13, X14 dengan sikap pekerja menunjukan hasil bahwa variabel independen memiliki pengaruh yang sagnifikan secara bersama-sama terhadap Sikap pekerja. Hal ini ditunjukan dengan Nilai F hitung > F tabel (15,033> 1,714) maka H0 di tolak . Dengan demikian terdapat Pengaruh antara Komunikasi Internal pengawas K3 dengan Sikap pekerja dalam penerapan K3 pada proyek apartemen senopati suites 2 dan 3.hal tersebut sesuai dengan hasil yang menunjukan bahwa t-hitung lebih besar dari t-tabel.
122
Jurnal Sipil Vol. 14, No. 2, September 2014: 111 - 127
Sementara sesuai dengan hasil Analisis koefisien determinasi menunjukan bahwa Komunikasi Internal pengawas K3 dengan subvariabel X1, X2, X3, X4, IVTX5, X6, X7, X8, X9, X10,X11, X12, X13, X14 mampu memberikan konstribusi perubahan atau pengaruh terhadap sikap pekerja sebesar 75,34 % sementara sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti pada penelitian ini. Namun demikian berdasarkan hasil olah data kuesioner maka diperoleh tanggapan dari pekerja secara negatif diantaranya X2 sebesar 23,8% responden masih menjawab raguragu.Selanjutnya X9 22,6% responden menjawab ragu-ragu.Kemudian faktor tentang X12 20,2% responden menjawab ragu-ragu yang berarti sebagian pekerja masih menganggap pengawas k3 belum sepenuhnya memberikan atau mendengar saran dari pekerja. Selanjutnya X13 26.2% pekerja masih ragu-ragu hal ini menunjukan bahwa masih ada pekerja yang menganggap pengawas K3 belum sepenuhnnya mendengar masukan dari pekerja. Kemudian jawaban responden terkait Sikap mereka kepada akibat komunikasi pengawas K3 yaitu masih ada beberapa hal yang masih dianggap kurang menyenangkan. Hal ini ditunjukan dengan adanya jawaban ragu-ragu pada faktor Hubungan dan kerja sama dengan pengawas K3 dengan tingkat keraguan 22,6 % dan 26,2 % dari responden. Meski demikian sebagian besar Responden memiliki sikap senang terhadap komunikasi yang dilakukan pengawas K3 dalam penerapan aturan dan pedoman K3. Hal tersebut diketahui dengan hasil olah data menunjukan bahwa 80,6% memilikitanggapan positif terkait Komunikasi Pengawas K3, dan 80,3 % memiliki Sikap baik dan senang dengan pengawas K3.
5 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan pembahasan diatas menunjukan bahwa Komunikasi Internal yang dilakukan oleh Pengawas K3 sudah berjalan efektif. Hal ini berarti setiap pesan atau informasi yang disampaikan Pengawas K3 tentang aturan-aturan K3, pedoman K3, dan semua informasi yang berhubungan dengan penerapan K3 sudah dilakukan dengan baik dan dilaksanakan oleh seluruh pekerja. Kemudian Sikap Pekerja tentang Penerapan K3 cendrung baik. Hal ini terlihat dari presentase antara skor ideal dan skor total dari hasil pengukuran Sikap pekerja yaitu 80.3 %. Data ini menunjukan bahwa sebagian besar pekerja bersikap baik dan senang sehingga mau menuruti dan melaksanakan aturan-aturan serta pedoman K3. Hal tersebut sesuai dengan kondisi lapangan, berdasarkan laporan internal dimana
Pengaruh Komunikasi Internal Terhadap Sikap Pekerja dalam Penerapan Manajemen K3 pada Proyek Konstruksi (Studi Kasus: Proyek Pembangunan Apartemen Senopati Suites 2 & 3 Senayan Jakarta oleh PT. NKE) (Taufick Max)
123
Penerapan K3 pada Proyek Apartemen Senopati Suites 2 & 3 ini dengan kondisi zero fatal accidentatau tidak ada insiden yang fatal terkait kecelakaan kerja dilokasi proyek. Sementara rumusan masalahnya yaitu tentang hubungan korelasi antara komunikasi internal dan sikap pekerja, dan Seberapa besar derajat kekuatan korelasi tersebut.Serta Faktor apa saja yang paling dominan dalam Komunikasi Internal yang mempengaruhi Sikap, Maka pada hasil penelitian yang penulis lakukan pada pihak manajemen K3 pada proyek Apartemen senopati suites 2 dan 3 oleh PT. Nusa Konstruksi Engjiniring memiliki hasil sebagai berikut: 1. Korelasi Pengaruh Komunikasi internal terhadap sikap pekerja Berdasarkan pembahasan diatas tentang hubungan korelasi antara Komunikasi Internal terhadap Sikap Pekerja terdiri dari dua kesimpulan, seperti berikut ini: Jika faktor-faktor yang dipakai dalam pengukuran Komunikasi Internal ini dihubungan secara parsial atau masing-masing maka ada beberapa faktor yang memiliki koefisien korelasi atau tingkat hubungannya dengan sikap pekerja sangat kecil serta ada dua faktor yang tidak memiliki hubungan korelasi dengan sikap pekerja. Faktor-faktor yang tidak memiliki pengaruh atau hubungan korelasi (Koefisien Korelasi negatif) dengan sikap pekerja yaitu faktor tentang menginformasikan masalah pekerjaan dan faktor menginformasikan ketidakpuasaan dalam bekerja Sedangkan faktor yang memiliki pengaruh atau hubungan korelasi yang kuat dengan sikap pekerja yaitu faktor penerimaan saran dari pekerja dan faktor menerima pandangan yang berbeda dari pekerja sementara faktor-faktor lainnya memiliki hubungan korelasi yang kecil dengan sikap pekerja. Jika faktor-faktor Komunikasi Internal dihubungkan secara simultan atau bersama-sama terhadap Sikap Pekerja menunjukan bahwa Komunikasi Internal memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap Sikap Pekerja. Hal tersebut ditunjukan dengan besarnya koefisien korelasi ganda (R) .868a berada diantara 0,8 hingga 1,00 yang hal ini berarti bahwa Komunikasi Internal memiliki korelasi yang sangat kuat dengan Sikap pekerja. 2. Persentase derajat kekuatan hubungan korelasi antara Komunikasi Internal dan Sikap pekerja Sementara berdasarkan pembahasan diatas tentang derajat kekuatan hubungan antara Komunikasi Internal dan Sikap Pekerja , memiliki derajat hubungan korelasi yang sangat besar yaitu 75,34 %. Hal tersebut berarti bahwa Komunikasi Internal memiliki pengaruh sebesar 75,34 % terhadap Sikap pekerja.
124
Jurnal Sipil Vol. 14, No. 2, September 2014: 111 - 127
3. Faktor yang paling dominan Sedangkan faktor yang paling dominan dari ke 14 faktor komunikasi internal dari pengawas K3 tersebut yaitu: Bisa menerima saran dari pekerja Bersedia mendengar pandangan yang berbeda darip Selalu berkomunikasi dalam menyelesaikan masalah Saran 1. Sesuai dengan hasil penelitian ini bahwa Komunikasi Internal memiliki pengaruh yang besar terhadap Sikap pekerja, maka disarankan kepada perusahan agar memberikan pelatihan-pelatihan khusus untuk memaksimalkan manajemen komunikasi. Ada beberapa hal yang perlu ditingkatkan lagi yaitu: Cara menyampaikan pesan atau informasi lebih disederhanakan agar mudah dipahami. Informasi yang disampaikan bisa memotivasi untuk bekerja sama. Selalu memberikan ruang kepada pekerja untuk memberikan saran. Selalu mempertimbangkan masukan dari pekerja tentang penerapan K3. Selalu bersedia mendengar pandangan yang berbeda dari pekerja terkait penerapan K3. Komunikasi personal dengan cara menghargai setiap hasil atau prestasi pekerja yang berhubungan dengan penerapan K3 untuk meningkatkan Kedekatan dengan pekerja. Pemanfaatan media komunikasi secara efektif untuk meningkatkan sikap kerja sama pekerja dalam menerapkan aturan-aturan K3. Memberikan ruang komunikasi khusus untuk pekerja dalam rangka membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan penerapan K3. Jika faktor-faktor tersebut diatas sudah dibenahi, maka presentase sikap pekerja yang positif akan meningkat > 80 % seperti pada kondisi saat ini. 2. Kepada pihak manajemen K3 diharapkan dapat meningkatkan lagi cara berkomunikasi dengan pekerja, terutama yang berhubungan dengan Komunikasi personal, memberikan pengahargaan, motivasi, dan menerima saran serta masukan yang berbeda dari pekerja. 3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang Komunikasi internal ini pada beberapa perusahan baik yang berhubungan dengan manajemen K3 ataupun tidak agar memproleh hasil dan prediksi yang tepat. selain itu penelitian komunikasi internal dalam organisasi proyek juga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. Pengaruh Komunikasi Internal Terhadap Sikap Pekerja dalam Penerapan Manajemen K3 pada Proyek Konstruksi (Studi Kasus: Proyek Pembangunan Apartemen Senopati Suites 2 & 3 Senayan Jakarta oleh PT. NKE) (Taufick Max)
125
DAFTAR PUSTAKA Abdelhamid, T.S, and Everet, J.G. 2000. "Identifying Root Cause of Construction Accidents". Journal of contruction Engineering and Management ASCE, hal 54 Aristo Achena. 2013. "Pengaruh Motivasi kerja, lingkungan kerja, dan Komunikasi Interpersonal, terhadap peningkatan kinerja buruh konstruksi". Tesis Program pasca sarjana Universitas Trisakti. Jakarta Arni, Muhammad. 2005. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara. A Guide to the Project Management Body Of Knowledge (PMBOK Giude) Third Edition. 2004. Project Management Institute. PA 19073 - 3299 USA. Asiyanto. 1998. "Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang Efektif pada Kegiatan Konstruksi". Jakarta. Baxondale, Tony. "Construction Design & Management Safety Regulation in PrenticeProgress on Omplementation". International Journal of Project Management, (Elsevier Science and IPMA, 200), hal.33. Brauer, Roger L. Safety and Health for Engineer. (Van Nostrand Reinhold, 1990). hal 20. Finsya Meity Fitrian. 2013. "Pengaruh Komunikasi Internal dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Pegawai pada Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jawa Barat". Skripsi Universitas Pasunda. Freed Luthans. Alih Bahasa Va Yuwono, Dkk. 2006.“Perilaku Organisasi”. Gloss, David, S., and Marriam, Gayle. 1984. " Introduction to safety Engineering". (John Willey and Sons, 1984), hal 163 Keith Davis & John W. Newstrom. 1994. "Perilaku dalam Organisasi(Jilid 1)" Jakarta: Erlangga Lampiran Peraturan Menteri Tenaga Kerja. 1996: PER.05/MEN/1996 Matsushita Gobel Institute, Matriks Penilaian Resiko. Depok, Seminar Pelatihan OHSAS 18001:1999 2007) Marchington, Mick. 1986. Memanajemen Hubungan Industrial. Jakarta: PT Pustaka Binaman Lessindo. Meyer, Allen, & Smith, C.A, 1993. ”Commitment to Organizations and Occupation Extent and Test Of Three Component Conceptualization”.Journal of Applied Psychology. Neni Yulianita. 2007. Dasar-dasar Public Relations.Bandung: Pusat Penerbitan Universitas (P2U)-LPPM UNISBA Nia Tri Wijayanti. 2008. "Identifikasi factor-faktor yang menyebabkan terjadinya kecelakaan pada gedung bertingkat yang mempengaruhi kinerja produktivitas tenaga kerja".Skripsi Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik UI, Depok Raouf, Abdil & B. Dillon. 1994. "Safety Assessment: A Quantitattive Approach". Lewis Publisher. Robbins, P.S. 2001. Psikologi Organisasi, (Edisi ke-8). Jakarta: Prenhallindo Robbins. P.S. 2002. Prinsip-prinsip perilaku Organisasi. Edisi kelima, Penerbit Erlangga: Jakarta
126
Jurnal Sipil Vol. 14, No. 2, September 2014: 111 - 127
Robert K Yin. 1994. Case Study Research, design and methods. Romli,Khomsahrial. 2014. “Komunikasi Organisasi Lengkap”. Jakarta: Grasindo. Ronny Hutabarat. 2008. "Penerapan Pengendalian Resiko Kecelakaan kerja yang berpengaruh Terhadap produktifitas tenaga kerja". Skripsi Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik UI. Depok. Rudi Suardi. 2005. “Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja”. Jakarta. R.Wayne.Pace dan Don F.Faules. 2004. “Komunikasi Organisasi “ (2004:23-27) Slamet Taufick. 2013. “Pengaruh Komunikasi Internal terhadap Komitmen Organisasi“. Sukandarumi, Metode Penelitian; Petunjuk Praktis untuk peneliti pemula. Yogyakarta: Gadjah Mada University. Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan Kelima. Bandung:Alfabeta Sugiyono. 2004. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV. Alfabeta. Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Kualitatif , Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabet. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kunatitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sunyoto, Danang. 2011. Perilaku Organisasional. Jakarta: Caps. Standar Kompetensi Nasional. 2005. "Manajemen Proyek Konstruksi Indonesia“. Susanto,Gempur. 2004. "Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja". Jakarta: Prestas Pustaka), hal 7 Stellman, Jeanne Marger. op.cit.hal 56-57 Singh, J. 1993. "Heavy Construction Planning, Equipment and Method", (A,A Balkema, 1993) Trisnaningsih, Sri dan Didik Ardiyanto. 2002.“Pengaruh Komitmen Terhadap Kepuasan Kerja Auditor: Motivasi Sebagai Variabel Intervening (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di Jawa Timur)”. Simposium Nasional Akunatnsi 5, 5-6 September 2002. Wieke Yuni Christina, Ludfi Djakfar, Armanu Thoyib. 2012."Identifikasi factor-faktor budaya K3 yang mempengaruhi kinerja buruh". Jurnal Jurusan Teknik Sipil Universitas Brawijaya. Malang.
Pengaruh Komunikasi Internal Terhadap Sikap Pekerja dalam Penerapan Manajemen K3 pada Proyek Konstruksi (Studi Kasus: Proyek Pembangunan Apartemen Senopati Suites 2 & 3 Senayan Jakarta oleh PT. NKE) (Taufick Max)
127