Dimensi yang menunjukkan ciri khas dalam orentasi pancasila yaitu
fitra73
Kemajuan ilmu pengetahuan, kecanggihan teknologi dan pesatnya perkembangan sarana komunikasi membuat dunia semakin kecil, dan independensi bangsa-bangsa di dunia menguat. Ini berarti pembangunan nasional tidak hanya ditentukan oleh faktor-faktor dalam negeri, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berkaitan dengan modal.
Bangsa Indonesia yang sedang sibuk membangun untuk memecahkan masalah-masalah dalam negeri seperti kemiskinan dan kesenjangan sosial, mau tidak mau terseret ke dalam jaringan politik dunia yang makin dpengaruh oleh kekuatan-kekuatan ekonomi raksasa dunia. Globalisasi jelas memberikan dampak yang cukup jauh, baik dalam bentuk ancaman ketergantungan yang mempersulit bangsa menuju kemandirian maupun dalam bentuk pemupukan modal di kalangan kelompok elite yang tidak selalu sejalan dengan kebijaksanaan pemerataan kesejahteraan.
Hal itu menunjukkan bangsa Indonesia menghadapi tantangan untuk bertahan hidup, yaitu tantangan untuk memiliki cara hidup dan tingkat kehidupan yang wajar secara manusiawi dan adil. Tantangan itu hanya bisa diatasi apabila bangsa Indonesia di satu pihak tetap mempertahankan identitasnya dalam ikatan persatuan nasional dan di pihak lain mampu mengembangkan dinamikanya agar mampu bersaing dengan bangsa-bangsa lain. Dinamika tersebut mengandalkan kemampuan untuk beradaptasi terhadap proses kehidupan yang baru dan berinovasi untuk menciptakan kualitas produk yang makin baik. Daya saing masyarakat hanya akan meningkat apabila sikap yang rasional, kritis dan kreatif dalam masyarakat selalu dipupuk.
Untuk menjawab tantangan tersebut, jelaslah Pancasila perlu tampil sebagai ideology terbuka karena ketertutupan hanya akan membawa kemandekan. Keterbukaan tidak berarti mengubah nilai-nilai dasar Pancasila, tetapi mengekplisitkan wawasannya secara lebih konkret sehingga memliki kemampuan yang lebih tajam untuk memecahkan masalah-masalah baru. Suatu ideology terbuka sepanjang tidak dipaksa dari luar, tetapi terbentuk justru atas kesepakatan masyarakat sehingga merupakan milik masyarakat. Sebaliknya, ideology tertutup memutlakan pandangan secara totaliter sehingga masyarakat tidak mungkin mengambl jarak terhadapnya dan tidak mungkin memilikinya. Bahkan, masyarakar dan martabat manusia akan dikorbankan untuknya.
Dalam menjabarkan nilai-nilai dasar Pancasila agar semakin menjadi operasional sehingga makin menunjukkan fungsinya bagi bangsa Indonesia dalam menghadapi berbagai masalah dan tantangan dewasa ini, perlu diperhatikan beberapa dimensi yang menunjukan ciri khas dalam orientasi Pancasila.
Dimensi pertama adalah dimensi teologis yang menunjukan bahwa pembangunan mempunyai tujuan, yaitu mewujudkan cita-cita Proklamasi 1945. Hidup bukanlah ditentukan oleh nasib, tetapi tergantung pada rahmat Tuhan yang Maha Esa dan usaha manusia. Dengan demikian, dimensi ini menimbulkan dinamika dalam kehidupan bangsa. Kehidupan manusia tidak ditentukan oleh keharusan sejarah yang tergantung pada kekuatan produksi sebagaimana dikemukakan pandangan marxisme. Manusia terlalu tinggi derajatnya untuk sepenuhnya hanya ditentukan oleh factor ekonomi. Manusia mempunyai cita-cita, semangat, niat ataupun tekad. Oleh karena itu, manusia mampu mewujudkan cita-cita, semangat, niat maupun tekadnya itu ke dalam kenyataan dengan kreasinya.
Dimensi kedua adalah dimensi etis. Ciri ini menunjukan bahwa dalam Pancasila, martabat manusia mempunyai kedudukan yang sentral. Seluruh proses dalam pembangunan diarahkan untuk mengangkat derajat manusia melalui penciptaan untuk kehidupan yang manusiawi. Ini berarti bahwa pembangunan yang manusiawi harus mewujudkan keadilan masyarakat dalam berbagai aspek kehidupannya. Di pihak lain, manusia pun dituntut untuk bertanggung jawab atas usaha dan pilihan yang ditentukannya.
Dimensi ketiga, dmensi integraf-integratif. Dimensi ini menempatkan tidak secara individualistis, tetapi dalam konteks strukturnya. Manusia adalah pribadi tapi juga relasi. Oleh karena itu, manusia harus dlihat dalam keseluruhan system yang meliputi masyarakat, dunia dan lingkungannya. Pembangunan diarahkan bukan saja kepada peningkatan kualitas manusia, melainkan juga kepada peningkatan kualitas strukturnya. Dengan wawasan yang utuh seperti diatas, maka keseimbangan hidup bisa terjamin.
Bangsa Indonesia yang sedang sibuk membangun untuk memecahkan masalah-masalah dalam negeri seperti kemiskinan dan kesenjangan sosial, mau tidak mau terseret ke dalam jaringan politik dunia yang makin dpengaruh oleh kekuatan-kekuatan ekonomi raksasa dunia. Globalisasi jelas memberikan dampak yang cukup jauh, baik dalam bentuk ancaman ketergantungan yang mempersulit bangsa menuju kemandirian maupun dalam bentuk pemupukan modal di kalangan kelompok elite yang tidak selalu sejalan dengan kebijaksanaan pemerataan kesejahteraan.
Hal itu menunjukkan bangsa Indonesia menghadapi tantangan untuk bertahan hidup, yaitu tantangan untuk memiliki cara hidup dan tingkat kehidupan yang wajar secara manusiawi dan adil. Tantangan itu hanya bisa diatasi apabila bangsa Indonesia di satu pihak tetap mempertahankan identitasnya dalam ikatan persatuan nasional dan di pihak lain mampu mengembangkan dinamikanya agar mampu bersaing dengan bangsa-bangsa lain. Dinamika tersebut mengandalkan kemampuan untuk beradaptasi terhadap proses kehidupan yang baru dan berinovasi untuk menciptakan kualitas produk yang makin baik. Daya saing masyarakat hanya akan meningkat apabila sikap yang rasional, kritis dan kreatif dalam masyarakat selalu dipupuk.
Untuk menjawab tantangan tersebut, jelaslah Pancasila perlu tampil sebagai ideology terbuka karena ketertutupan hanya akan membawa kemandekan. Keterbukaan tidak berarti mengubah nilai-nilai dasar Pancasila, tetapi mengekplisitkan wawasannya secara lebih konkret sehingga memliki kemampuan yang lebih tajam untuk memecahkan masalah-masalah baru. Suatu ideology terbuka sepanjang tidak dipaksa dari luar, tetapi terbentuk justru atas kesepakatan masyarakat sehingga merupakan milik masyarakat. Sebaliknya, ideology tertutup memutlakan pandangan secara totaliter sehingga masyarakat tidak mungkin mengambl jarak terhadapnya dan tidak mungkin memilikinya. Bahkan, masyarakar dan martabat manusia akan dikorbankan untuknya.
Dalam menjabarkan nilai-nilai dasar Pancasila agar semakin menjadi operasional sehingga makin menunjukkan fungsinya bagi bangsa Indonesia dalam menghadapi berbagai masalah dan tantangan dewasa ini, perlu diperhatikan beberapa dimensi yang menunjukan ciri khas dalam orientasi Pancasila.
Dimensi pertama adalah dimensi teologis yang menunjukan bahwa pembangunan mempunyai tujuan, yaitu mewujudkan cita-cita Proklamasi 1945. Hidup bukanlah ditentukan oleh nasib, tetapi tergantung pada rahmat Tuhan yang Maha Esa dan usaha manusia. Dengan demikian, dimensi ini menimbulkan dinamika dalam kehidupan bangsa. Kehidupan manusia tidak ditentukan oleh keharusan sejarah yang tergantung pada kekuatan produksi sebagaimana dikemukakan pandangan marxisme. Manusia terlalu tinggi derajatnya untuk sepenuhnya hanya ditentukan oleh factor ekonomi. Manusia mempunyai cita-cita, semangat, niat ataupun tekad. Oleh karena itu, manusia mampu mewujudkan cita-cita, semangat, niat maupun tekadnya itu ke dalam kenyataan dengan kreasinya.
Dimensi kedua adalah dimensi etis. Ciri ini menunjukan bahwa dalam Pancasila, martabat manusia mempunyai kedudukan yang sentral. Seluruh proses dalam pembangunan diarahkan untuk mengangkat derajat manusia melalui penciptaan untuk kehidupan yang manusiawi. Ini berarti bahwa pembangunan yang manusiawi harus mewujudkan keadilan masyarakat dalam berbagai aspek kehidupannya. Di pihak lain, manusia pun dituntut untuk bertanggung jawab atas usaha dan pilihan yang ditentukannya.
Dimensi ketiga, dmensi integraf-integratif. Dimensi ini menempatkan tidak secara individualistis, tetapi dalam konteks strukturnya. Manusia adalah pribadi tapi juga relasi. Oleh karena itu, manusia harus dlihat dalam keseluruhan system yang meliputi masyarakat, dunia dan lingkungannya. Pembangunan diarahkan bukan saja kepada peningkatan kualitas manusia, melainkan juga kepada peningkatan kualitas strukturnya. Dengan wawasan yang utuh seperti diatas, maka keseimbangan hidup bisa terjamin.