Puisi "Tuhan, Kita Begitu Dekat" merupakan karya sastra hasil ciptaan Abdul Hadi W.M. Pada kesempatan ini, kita akan menganalisis penggunaan diksi dalam puisi Tuhan, Kita Begitu Dekat.
Dalam Bahasa Indonesia, yang dimaksud dengan diksi adalah pemilihan kata. Puisi, yang merupakan salah satu contoh karya sastra, seringkali mengandung makna konotatif atau makna yang tidak sebenarnya. Penulis puisi seringkali menggunakan perumpamaan atau gaya-gaya bahasa tertentu bukan saja untuk menyampaikan makna yang dianggapnya penting, tetapi juga untuk memberikan aspek keindahan pada puisi tersebut.
Pada puisi "Tuhan, Kita Begitu Dekat" terdapat penggunaan diksi yang cukup menarik, sebagaiman yang kita ulas pada bagian berikut:
1. Metafora
Ada 2 bait pada puisi ini yang sarat dengan makna metafora.
Bait pertama bertuliskan, "Sebagai api dengan panas, aku panas dalam apiku". Bait ini menyatakan hubungan yang melekat antara kedua elemen yakni api dengan panas dan penulis menggunakannya untuk menggambarkan kedekatan hubungan antara manusia dan Sang Penciptanya.
Bait kedua bertuliskan "Seperti kain dengan kapas. Aku kapas dalam kainmu. Seperti angin dan arahnya."
Bait ini menunjukkan dekatnya relasi antara kain dengan kapas serta angin dan arahnya. Pengarang menggunakan bait ini untuk menunjukkan betapa eratnya hubungan antara manusia dan Tuhan, saking eratnya sehingga sulit untuk dipisahkan. Atau dengan kata lain, sang penulis ingin menyampaikan bahwa tidak mungkin manusia dapat dipisahkan dari Tuhan.
2. Personifikasi
Selain menggunakan gaya metafor, pengarang juga menggunakan gaya personifikasi pada karya sastra ini. Hal ini muncul pada bait yang mengatakan" Dalam gelap, kini aku nyala, pada lampu padammu."
Pengarang menggunakan ungkapan "nyala lampu" untuk menunjukkan adanya cahaya yang menerangi wilayah yang gelap. Majas ini dimaksudkan untuk menyatakan iman manusia kepada Tuhan yang membantu kita untuk menemukan cahaya dan harapan meski dalam kegelapan, namun hanya jika kita dekat dengan Tuhan.
3. Asonansi
Selain kedua majas di atas, pengarang turut menggunakan majas asonansi pada puisi kali ini. Majas ini muncul pada bait "sebagia api dengan panas. Aku dalam apimu. Seperti kain dengan kapas. Pada lampu padammu."
Sang pengarang menggunakan beberapa elemen yang berbeda seperti, api, panas, kain, kapas, lampu, dan padam unutk menimbulkan efek puitis.
Kesimpulan:
Dalam puisi "Tuham, Kita Begitu Dekat" sang pengarang menggunakan beragam gaya bahasa untuk menggambarkan betapa dekatnya hubungan antara manusia dengan Tuhan, Penciptanya.
Kelas: VIII
Mata pelajaran: Bahasa Indonesia
Kategori: Sastra
Kata kunci: puisi, gaya bahasa, tuhan kita begitu dekat
Sundram, Mahellan: 2017. Analisis Diksi dan Gaya Bahasa pada Kumpulan Puisi Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono. Skripsi, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Maritim Raja Ali Haji. Pembimbing (1) Drs. H. Said Barakbah Ali, M.M., Pembimbing (2) Tessa Dwi Leoni, M.Pd.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui diksi dan gaya bahasa yang terdapat pada kumpulan puisi Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode deskriptif yaitu menggambarkan hal yang menjadi masalah, menganalisis, dan menafsirkan data yang ada mulai dari pengumpulan data, penyusunan data sekaligus menginterpretasikan data tersebut. Data penelitian ini berupa kumpulan puisi karya Sapardi Djoko Damono yang terangkum dalam antologi Hujan Bulan Juni, dan buku-buku yang berkaitan dengan diksi dan gaya bahasa sebagai penunjang dan dasar penelitian ini.
Teknik penelitian yang digunakan peneliti yaitu teknik analisis data dengan reduksi data, penyajian data, dan verifikasi. Untuk menganalisis data peneliti menggunakan teknik analisis data yang meliputi mengidentifikasi data berbentuk tulisan. Teknik ini akan menarik kesimpulan dalam bentuk pengklasifikasian diksi dan gaya bahasa pada kumpulan puisi Hujan Bulan Juni.
Berdasarkan penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwasannya antara diksi dan gaya bahasa memiliki hubungan yang sangat erat. Dalam sebuah karya sastra biasanya setiap penyair mempunyai karakteristik dan gaya bahasa yang menjadi ciri khas dari setiap karya. Diksi yang terdapat pada kumpulan Sapardi Djoko Damono berdasarkan hasil penelitian umumnya menggunakan diksi indria, kata khusus, konotatif, denotatif, dan kata populer. Dari penelitian tersebut didapatkan bahwa rata-rata penggunaan diksi pada kumpulan puisi ini menggunakan pilihan kata indria. Pilihan kata tersebut merujuk pada penggunaan indra baik indra penglihatan, indra perasa, indra peraba, indra pendengar, dan indra penciuman. Selain itu, gaya bahasa yang dominan terdapat pada kumpulan puisi Hujan Bulan Juni adalah gaya bahasa repetisi.Hal tersebut ditandai dari beberapa puisi yang kata-katanya mengalami perulangan baik di awal, akhir, atau di tengah kalimat.
Judul puisi
Tuhan begitu dekat
Puisi "Tuhan, Kita Begitu Dekat" merupakan karya sastra hasil ciptaan Abdul Hadi W.M. Pada kesempatan ini, kita akan menganalisis penggunaan diksi dalam puisi Tuhan, Kita Begitu Dekat.
Dalam Bahasa Indonesia, yang dimaksud dengan diksi adalah pemilihan kata. Puisi, yang merupakan salah satu contoh karya sastra, seringkali mengandung makna konotatif atau makna yang tidak sebenarnya. Penulis puisi seringkali menggunakan perumpamaan atau gaya-gaya bahasa tertentu bukan saja untuk menyampaikan makna yang dianggapnya penting, tetapi juga untuk memberikan aspek keindahan pada puisi tersebut.
Pada puisi "Tuhan, Kita Begitu Dekat" terdapat penggunaan diksi yang cukup menarik, sebagaiman yang kita ulas pada bagian berikut:
1. Metafora
Ada 2 bait pada puisi ini yang sarat dengan makna metafora.
Bait pertama bertuliskan, "Sebagai api dengan panas, aku panas dalam apiku". Bait ini menyatakan hubungan yang melekat antara kedua elemen yakni api dengan panas dan penulis menggunakannya untuk menggambarkan kedekatan hubungan antara manusia dan Sang Penciptanya.
Bait kedua bertuliskan "Seperti kain dengan kapas. Aku kapas dalam kainmu. Seperti angin dan arahnya."
Bait ini menunjukkan dekatnya relasi antara kain dengan kapas serta angin dan arahnya. Pengarang menggunakan bait ini untuk menunjukkan betapa eratnya hubungan antara manusia dan Tuhan, saking eratnya sehingga sulit untuk dipisahkan. Atau dengan kata lain, sang penulis ingin menyampaikan bahwa tidak mungkin manusia dapat dipisahkan dari Tuhan.
2. Personifikasi
Selain menggunakan gaya metafor, pengarang juga menggunakan gaya personifikasi pada karya sastra ini. Hal ini muncul pada bait yang mengatakan" Dalam gelap, kini aku nyala, pada lampu padammu."
Pengarang menggunakan ungkapan "nyala lampu" untuk menunjukkan adanya cahaya yang menerangi wilayah yang gelap. Majas ini dimaksudkan untuk menyatakan iman manusia kepada Tuhan yang membantu kita untuk menemukan cahaya dan harapan meski dalam kegelapan, namun hanya jika kita dekat dengan Tuhan.
3. Asonansi
Selain kedua majas di atas, pengarang turut menggunakan majas asonansi pada puisi kali ini. Majas ini muncul pada bait "sebagia api dengan panas. Aku dalam apimu. Seperti kain dengan kapas. Pada lampu padammu."
Sang pengarang menggunakan beberapa elemen yang berbeda seperti, api, panas, kain, kapas, lampu, dan padam unutk menimbulkan efek puitis.
Kesimpulan:
Dalam puisi "Tuham, Kita Begitu Dekat" sang pengarang menggunakan beragam gaya bahasa untuk menggambarkan betapa dekatnya hubungan antara manusia dengan Tuhan, Penciptanya.
Kelas: VIII
Mata pelajaran: Bahasa Indonesia
Kategori: Sastra
Kata kunci: puisi, gaya bahasa, tuhan kita begitu dekat
Jawaban:
Sundram, Mahellan: 2017. Analisis Diksi dan Gaya Bahasa pada Kumpulan Puisi Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono. Skripsi, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Maritim Raja Ali Haji. Pembimbing (1) Drs. H. Said Barakbah Ali, M.M., Pembimbing (2) Tessa Dwi Leoni, M.Pd.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui diksi dan gaya bahasa yang terdapat pada kumpulan puisi Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode deskriptif yaitu menggambarkan hal yang menjadi masalah, menganalisis, dan menafsirkan data yang ada mulai dari pengumpulan data, penyusunan data sekaligus menginterpretasikan data tersebut. Data penelitian ini berupa kumpulan puisi karya Sapardi Djoko Damono yang terangkum dalam antologi Hujan Bulan Juni, dan buku-buku yang berkaitan dengan diksi dan gaya bahasa sebagai penunjang dan dasar penelitian ini.
Teknik penelitian yang digunakan peneliti yaitu teknik analisis data dengan reduksi data, penyajian data, dan verifikasi. Untuk menganalisis data peneliti menggunakan teknik analisis data yang meliputi mengidentifikasi data berbentuk tulisan. Teknik ini akan menarik kesimpulan dalam bentuk pengklasifikasian diksi dan gaya bahasa pada kumpulan puisi Hujan Bulan Juni.
Berdasarkan penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwasannya antara diksi dan gaya bahasa memiliki hubungan yang sangat erat. Dalam sebuah karya sastra biasanya setiap penyair mempunyai karakteristik dan gaya bahasa yang menjadi ciri khas dari setiap karya. Diksi yang terdapat pada kumpulan Sapardi Djoko Damono berdasarkan hasil penelitian umumnya menggunakan diksi indria, kata khusus, konotatif, denotatif, dan kata populer. Dari penelitian tersebut didapatkan bahwa rata-rata penggunaan diksi pada kumpulan puisi ini menggunakan pilihan kata indria. Pilihan kata tersebut merujuk pada penggunaan indra baik indra penglihatan, indra perasa, indra peraba, indra pendengar, dan indra penciuman. Selain itu, gaya bahasa yang dominan terdapat pada kumpulan puisi Hujan Bulan Juni adalah gaya bahasa repetisi.Hal tersebut ditandai dari beberapa puisi yang kata-katanya mengalami perulangan baik di awal, akhir, atau di tengah kalimat.
Semoga membantu ya....
Mohon maaf bila salah