Pada kelompok umur ini anak masih self-oriented dan masih berada pada level moral terendah (Kohlberg). Menurut tahapan Erikson, anak berada pada fase autonomy vs doubt. Pada fase ini anak-anak cenderung egois dan hanya melakukan sesuatu berdasarkan prinsip reward and punishment.
Cara-cara yang bisa dilakukan untuk menginternalisasi nilai-nilai pada anak usia ini adalah:
Mengenalkan sopan-santun, nilai baik/buruk pada anak dg cara yg mudah dimengerti dan tegasMenumbuhkan rasa kemandirian (memberi kesempatan anak melakukan apa yg diinginkan)Jangan memarahi anak karena keegoisannya, missal: tidak mau meminjamkan mainan, karena, jika anak dimarahi akan membuat sifat mandir tidak tumbuh dalam dirinya, dan akhirnya sifat ragu-ragu menjadi dominan.Menanamkan kejujuranMemberikan reward jika anak berbuat baik dan punishment jika anak nakal, namun punishment yang diberikan tidak boleh sampai meng-abbuse sang anak.Anak usia 4,5-8 tahun
Pada usia ini anak berada pada fase authority-oriented morality (Bronfenbrenner) artinya, percaya sekali pada figure otoritas, misalnya guru. Sedangkan menurut Kohlberg, anak berada pada fase exchange stage, yaitu anak sudah mengerti pada kepentingan orang lain, namun masih dalam konteks “apa yang saya peroleh”. Menurut tahap Erikson, anak berada pada fase initiative vs guilt (3-sebelum 5 tahun) yang artinya anak harus diberikan kesempatan untuk mengungkapkan ekspresinya. Jika tidak, maka ia akan menjadi pribadi yang apatis. Pada usia 6,5-8 tahun, anak berada pada fase Industry vs inferiority. Pada fase ini baik orang tua maupun guru harus menanamkan rasa mampu mengerjakan tugas pada anak. Beberapa cara lain untuk menanamkan nilai-nilai pada fase ini adalah:
Mengajarkan moral baik atau buruk (perilaku baik & sopan) disertai alas an.Memilih & menyalurkan kreativitas anak.Memberikan anak tanggung jawab.Mengajarkan anak tentang empati, cinta, dan kasih sayang.Menggunakan prinsip timbal balik disertai pengertian.Berikan contoh perilaku ttg tolong-menolong dan peduli kepada orang lainMendorong anak untuk bereksplorasi
Pada kelompok umur ini anak masih self-oriented dan masih berada pada level moral terendah (Kohlberg). Menurut tahapan Erikson, anak berada pada fase autonomy vs doubt. Pada fase ini anak-anak cenderung egois dan hanya melakukan sesuatu berdasarkan prinsip reward and punishment.
Cara-cara yang bisa dilakukan untuk menginternalisasi nilai-nilai pada anak usia ini adalah:
Mengenalkan sopan-santun, nilai baik/buruk pada anak dg cara yg mudah dimengerti dan tegasMenumbuhkan rasa kemandirian (memberi kesempatan anak melakukan apa yg diinginkan)Jangan memarahi anak karena keegoisannya, missal: tidak mau meminjamkan mainan, karena, jika anak dimarahi akan membuat sifat mandir tidak tumbuh dalam dirinya, dan akhirnya sifat ragu-ragu menjadi dominan.Menanamkan kejujuranMemberikan reward jika anak berbuat baik dan punishment jika anak nakal, namun punishment yang diberikan tidak boleh sampai meng-abbuse sang anak.Anak usia 4,5-8 tahunPada usia ini anak berada pada fase authority-oriented morality (Bronfenbrenner) artinya, percaya sekali pada figure otoritas, misalnya guru. Sedangkan menurut Kohlberg, anak berada pada fase exchange stage, yaitu anak sudah mengerti pada kepentingan orang lain, namun masih dalam konteks “apa yang saya peroleh”. Menurut tahap Erikson, anak berada pada fase initiative vs guilt (3-sebelum 5 tahun) yang artinya anak harus diberikan kesempatan untuk mengungkapkan ekspresinya. Jika tidak, maka ia akan menjadi pribadi yang apatis. Pada usia 6,5-8 tahun, anak berada pada fase Industry vs inferiority. Pada fase ini baik orang tua maupun guru harus menanamkan rasa mampu mengerjakan tugas pada anak. Beberapa cara lain untuk menanamkan nilai-nilai pada fase ini adalah:
Mengajarkan moral baik atau buruk (perilaku baik & sopan) disertai alas an.Memilih & menyalurkan kreativitas anak.Memberikan anak tanggung jawab.Mengajarkan anak tentang empati, cinta, dan kasih sayang.Menggunakan prinsip timbal balik disertai pengertian.Berikan contoh perilaku ttg tolong-menolong dan peduli kepada orang lainMendorong anak untuk bereksplorasi