Anton : Selamat siang, Pak. Pak Somat : Siang. Anton : Boleh mengganggu waktunya sedikit, Pak? Pak Somat : Oh, boleh... Ada apa? Anton : Kami dari tim AbsTrack ingin mewawancari bapak mengenai komunitas ini. Pak Somat : Baik, silakan saja! Anton : Bagaimana bapak bisa terpikir untuk mendirikan komunitas ini? Pak Somat : Saya terpikir saaat melihat volume sampah di desa ini yang sangat banyak. Anton : Kapan komunitas ini berdiri, Pak? Pak Somat : Sejak tahun 2002. Anton : Apa yang menjadi kendala bapak saat mendirikan komunitas ini? Pak Somat : Kendalanya pada saat meyakinkan warga agar mau mengikuti komunitas ini. Anton : Bagaimana tanggapan warga saat pertama kali bapak mengajak mereka bergabung? Pak Somat : Ya.. Pertama kali mereka memang tidak percaya bahwa sampah dapat menjadi sumber pernghasilan yang lumayan. Walaupun seperti itu, saya terus berusaha agar dapat meyakinkan warga. Anton : Berapa volume sampah warga per harinya, Pak? Pak Somat : Kurang lebih 8 kwintal/hari. Anton : Bagaimana proses pengolahan sampah di komunitas ini, Pak? Pak Somat : Sampah rumah tangga dari warga dikumpulkan di tempat pemilahan, kemudian sampah tersebut dipilah antara sampah organin, non-organik, dan sampah yang tidak dapat dimanfaatkan lagi (B3). Sampah-sampah organik dapat diolah menjadi pupuk dengan menggunakan mesin yang ada di tempat khusus pengolahan pupuk. Dan sampah non-organik dapat diolah menjadi kerajinan tangan oleh ibu-ibu warga pedesaan di komunitas ini, kerajinannya dapat berupa tas, dompet, bingkai foto, dan lain-lain. Sedangkan untuk sampah B3, kami kirimkan ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) terdekat. Anton : Berapa kg pupuk yang dapat dihasilkan dari sampah tersebut? Pak Somat : Sekitar 15kg dan dimasukkan ke dalam karung berukuran 1kg. Anton : Dan berapa harga pupuk per karungnya, Pak? Pak Somat : Harganya Rp50.000 Anton : Kalau kerajinan tangannya? Pak Somat : Kalau kerajinan tangannya bisa menjadi Rp3.000.000 sampai Rp5.000.000, mengingat banyak sekali pesanan tas dan dompet dari luar kota. Anton : Penghasilan dari pengolahan sampah ini digunakan untuk apa, Pak? Pak Somat : Ya... semua penghasilan dari komunitas ini ditabung dalam kas dan menjadi tabungan bersama. Ketika akhir bulan, tabungan tersebut dihitung kemudian 80% dibagikan kepada anggota dan 20% lagi untuk keperluan peralatan, bahan, dan mesin. Anton : Apa yang menjadi harapan bapak kedepan tentang komunitas ini? Pak Somat : Saya berharap agar pemerintah dapat membantu untuk kemajuan komunitas ini. Anton : Terima kasih atas waktunya, Pak. Pak Somat : Sama-sama.
Anton : Selamat siang, Pak.
Pak Somat : Siang.
Anton : Boleh mengganggu waktunya sedikit, Pak?
Pak Somat : Oh, boleh... Ada apa?
Anton : Kami dari tim AbsTrack ingin mewawancari bapak mengenai komunitas ini.
Pak Somat : Baik, silakan saja!
Anton : Bagaimana bapak bisa terpikir untuk mendirikan komunitas ini?
Pak Somat : Saya terpikir saaat melihat volume sampah di desa ini yang sangat banyak.
Anton : Kapan komunitas ini berdiri, Pak?
Pak Somat : Sejak tahun 2002.
Anton : Apa yang menjadi kendala bapak saat mendirikan komunitas ini?
Pak Somat : Kendalanya pada saat meyakinkan warga agar mau mengikuti komunitas ini.
Anton : Bagaimana tanggapan warga saat pertama kali bapak mengajak mereka bergabung?
Pak Somat : Ya.. Pertama kali mereka memang tidak percaya bahwa sampah dapat menjadi sumber pernghasilan yang lumayan. Walaupun seperti itu, saya terus berusaha agar dapat meyakinkan warga.
Anton : Berapa volume sampah warga per harinya, Pak?
Pak Somat : Kurang lebih 8 kwintal/hari.
Anton : Bagaimana proses pengolahan sampah di komunitas ini, Pak?
Pak Somat : Sampah rumah tangga dari warga dikumpulkan di tempat pemilahan, kemudian sampah tersebut dipilah antara sampah organin, non-organik, dan sampah yang tidak dapat dimanfaatkan lagi (B3). Sampah-sampah organik dapat diolah menjadi pupuk dengan menggunakan mesin yang ada di tempat khusus pengolahan pupuk. Dan sampah non-organik dapat diolah menjadi kerajinan tangan oleh ibu-ibu warga pedesaan di komunitas ini, kerajinannya dapat berupa tas, dompet, bingkai foto, dan lain-lain. Sedangkan untuk sampah B3, kami kirimkan ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) terdekat.
Anton : Berapa kg pupuk yang dapat dihasilkan dari sampah tersebut?
Pak Somat : Sekitar 15kg dan dimasukkan ke dalam karung berukuran 1kg.
Anton : Dan berapa harga pupuk per karungnya, Pak?
Pak Somat : Harganya Rp50.000
Anton : Kalau kerajinan tangannya?
Pak Somat : Kalau kerajinan tangannya bisa menjadi Rp3.000.000 sampai Rp5.000.000, mengingat banyak sekali pesanan tas dan dompet dari luar kota.
Anton : Penghasilan dari pengolahan sampah ini digunakan untuk apa, Pak?
Pak Somat : Ya... semua penghasilan dari komunitas ini ditabung dalam kas dan menjadi tabungan bersama. Ketika akhir bulan, tabungan tersebut dihitung kemudian 80% dibagikan kepada anggota dan 20% lagi untuk keperluan peralatan, bahan, dan mesin.
Anton : Apa yang menjadi harapan bapak kedepan tentang komunitas ini?
Pak Somat : Saya berharap agar pemerintah dapat membantu untuk kemajuan komunitas ini.
Anton : Terima kasih atas waktunya, Pak.
Pak Somat : Sama-sama.
SEMOGA MEMBANTU