Kemarin, anggota DPR di Jakarta sedang sibuk menentukan RUU Pilkada, apakah Pilkada langsung apa lewat DPRD pada sidang paripurna. Selama berjam-jam mereka rapat, akhirnya diputuskan bahwa Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) lewat DPRD. DPR 1 : “Wah, akhirnya Pilkada dipilih melalui DPRD”. DPR 2 : “Iya,bisa menjadi kesempatan kita untuk memperbanyak anggota di partai lalu mengusungnya”. DPR 3 : “Semakin banyak maka semakin untung partai kita dan tentunya kita”. DPR 1 : “Benar! Wah, otakmu seperti otak simpanse! Sangat cerdas”. DPR 3 : “Hei! Aku bukan simpanse tau!”. Tidak lama kemudian, seorang OB mengepel di depan mereka.OB : “Permisi pak, saya mau mengepel”. DPR 1 : “Iya! Cepat sana ngepel, yang bersih!”OB : “I..iya”(mengepel dengan gugup) Menjadi anggota DPR itu enak, apa yang mereka inginkan pasti terpenuhi (bergumam)”. DPR3 : “Apa yang kau katakan?!”. OB : “Ti..tidak p..pak..”. DPR 2 : “Berkatalah saja, kami tidak akan marah”.OB : “menjadi anggota DPR itu enak, apa saja yang diinginkan bias terkabulkan. Seperti Pilkada lewat DPRD”. DPR 1 : “Maksud kamu apa?” OB : “Setahu saya, jika demokrasi itu semua dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat”. DPR 2 : “Tapi jika Pilkada lewat DPRD bisa menghemat biaya dan biaya tersebut bisa digunakan untuk kepentingan lain dan masih untuk rakyat”. DPR 2 dan 3 : “Benar itu, jadi jangan salah kira dulu”.OB : “Tapi bisa dipakai untuk korupsi kan pak? Meskipun tidak semua tapi sebagian besar seperti itu, biaya itu untuk kepentingan mereka sendiri dan partai mereka. Dan kebanyakan DPR tidak memperhatikan aspirasi rakyat, malah bisa dikatakan seenaknya sendiri.” Para DPR itu kaget, karena OB tersebut tahu apa yang sebenarnya mereka rencanakan. DPR 1 : “Lalu?”. OB : “jika Indonesia memang Negara demokrasi, semua dilakukan dari rakyat, untuk rakyat, dan oleh rakyat. Melalui DPR sebagai perwakilan aspirasi rakyat. Dan uang-uang yang tidak dikorupsi, Indonesia bisa sejahtera”. Para DPR itu segera meninggalkan OB tersebut karena kesal dengan perkataan OB tadi. Sementara OB tersebut meneruskan pekerjaannya dengan lega.
0 votes Thanks 2
igustiayumarche
Turis dri indonesia berlibur ke singapura tdk sengaja membuang putung rokok dsna dan dtng lah seorang petugas menegur dia dan dia kembali mengisap rokok itu
Kemarin, anggota DPR di Jakarta sedang sibuk menentukan RUU Pilkada, apakah Pilkada langsung apa lewat DPRD pada sidang paripurna. Selama berjam-jam mereka rapat, akhirnya diputuskan bahwa Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) lewat DPRD.
DPR 1 : “Wah, akhirnya Pilkada dipilih melalui DPRD”.
DPR 2 : “Iya,bisa menjadi kesempatan kita untuk memperbanyak anggota di partai lalu mengusungnya”.
DPR 3 : “Semakin banyak maka semakin untung partai kita dan tentunya kita”.
DPR 1 : “Benar! Wah, otakmu seperti otak simpanse! Sangat cerdas”.
DPR 3 : “Hei! Aku bukan simpanse tau!”.
Tidak lama kemudian, seorang OB mengepel di depan mereka.OB : “Permisi pak, saya mau mengepel”.
DPR 1 : “Iya! Cepat sana ngepel, yang bersih!”OB : “I..iya”(mengepel dengan gugup) Menjadi anggota DPR itu enak, apa yang mereka inginkan pasti terpenuhi (bergumam)”.
DPR3 : “Apa yang kau katakan?!”.
OB : “Ti..tidak p..pak..”.
DPR 2 : “Berkatalah saja, kami tidak akan marah”.OB : “menjadi anggota DPR itu enak, apa saja yang diinginkan bias terkabulkan. Seperti Pilkada lewat DPRD”.
DPR 1 : “Maksud kamu apa?”
OB : “Setahu saya, jika demokrasi itu semua dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat”.
DPR 2 : “Tapi jika Pilkada lewat DPRD bisa menghemat biaya dan biaya tersebut bisa digunakan untuk kepentingan lain dan masih untuk rakyat”.
DPR 2 dan 3 : “Benar itu, jadi jangan salah kira dulu”.OB : “Tapi bisa dipakai untuk korupsi kan pak? Meskipun tidak semua tapi sebagian besar seperti itu, biaya itu untuk kepentingan mereka sendiri dan partai mereka. Dan kebanyakan DPR tidak memperhatikan aspirasi rakyat, malah bisa dikatakan seenaknya sendiri.”
Para DPR itu kaget, karena OB tersebut tahu apa yang sebenarnya mereka rencanakan.
DPR 1 : “Lalu?”.
OB : “jika Indonesia memang Negara demokrasi, semua dilakukan dari rakyat, untuk rakyat, dan oleh rakyat. Melalui DPR sebagai perwakilan aspirasi rakyat. Dan uang-uang yang tidak dikorupsi, Indonesia bisa sejahtera”.
Para DPR itu segera meninggalkan OB tersebut karena kesal dengan perkataan OB tadi. Sementara OB tersebut meneruskan pekerjaannya dengan lega.