novapratiwi19Seorang Bupati memerintahkan satpam untuk mengukur tiang bendera.
Bupati: ”Satpam, coba ukur tiang bendera itu, berapa meter tingginya??” Satpam: ”Siap, Pak!!” (sambil membawa tali, dia memanjat tiang bendera.) Bupati: ”Nanti kamu jatuh kalau memanjat begitu. Kan bisa kamu robohkan lalu kamu ukur.” Satpam: "Kalau dirobohkan dulu baru diukur… Itu bukan tingginya, Pak?! Tetapi panjangnya.." Bupati: (Agak dongkol.)
0 votes Thanks 3
YahikoSuatu hari di salah satu ruangan di gedung mpr/dpr terlihat salah seorang wakil rakyat yang baru di angkat. Dia sedang termenung bingung apa yang harus dilakukan. tiba tiba suara pintu kantor nya diketuk.
Setelah dibuka, berdiri dihadapannya 2 orang dengan kopor besar dan segulungan kabel. “Wah…, ini pasti wartawan TV yg mau mewawancarai aku…”, pikirnya dalam hati.
Agar tampak berwibawa dan membela rakyat, sambil melihat jam dan mengangkat telepon di meja nya, dia berkata: “Maaf tunggu sebentar, saat ini saya harus menghubungi ketua fraksi untuk melaporkan hasil-hasil sidang hari ini…”
Kemudian selama beberapa puluh menit dia menelpon dan terlibat pembicaraan tingkat tinggi, sambil sekali-sekali menyebut-nyebut ‘demi rakyat’ atau ‘kepentingan rakyat’ keras-keras. Setelah selesai sambil meletakan gagang telepon dia berkata pada dua orang tamunya tsb.“
Nah, sekarang wawancara bisa kita mulai…” Kedua orang itu tampak bingung dan berpandangan satu sama lain. Akhirnya salah satunya berkata: “Maaf pak…, kami datang kesini mau memasang saluran telepon bapak…”
Bupati: ”Satpam, coba ukur tiang bendera itu, berapa meter tingginya??”
Satpam: ”Siap, Pak!!” (sambil membawa tali, dia memanjat tiang bendera.)
Bupati: ”Nanti kamu jatuh kalau memanjat begitu. Kan bisa kamu robohkan lalu kamu ukur.”
Satpam: "Kalau dirobohkan dulu baru diukur… Itu bukan tingginya, Pak?! Tetapi panjangnya.."
Bupati: (Agak dongkol.)
Setelah dibuka, berdiri dihadapannya 2 orang dengan kopor besar dan segulungan kabel. “Wah…, ini pasti wartawan TV yg mau mewawancarai aku…”, pikirnya dalam hati.
Agar tampak berwibawa dan membela rakyat, sambil melihat jam dan mengangkat telepon di meja nya, dia berkata: “Maaf tunggu sebentar, saat ini saya harus menghubungi ketua fraksi untuk melaporkan hasil-hasil sidang hari ini…”
Kemudian selama beberapa puluh menit dia menelpon dan terlibat pembicaraan tingkat tinggi, sambil sekali-sekali menyebut-nyebut ‘demi rakyat’ atau ‘kepentingan rakyat’ keras-keras. Setelah selesai sambil meletakan gagang telepon dia berkata pada dua orang tamunya tsb.“
Nah, sekarang wawancara bisa kita mulai…”
Kedua orang itu tampak bingung dan berpandangan satu sama lain. Akhirnya salah satunya berkata: “Maaf pak…, kami datang kesini mau memasang saluran telepon bapak…”