theresiya
Anekdot Negeri Sampah Diceritakan disebuah negeri antah berantah, yang sampai saat ini terkenal dengan masalah “sampahnya”. Masyarakat dan para pejabat pun mulai jenuh menangani hal ini.
Koko : “Hah (mengeluh) sampah lagi sampah lagi.... (garuk-garuk kepala).” Sudir : “Alah kalo gini mah udah biasa Ko, gak perlu ditanyain lagi.” Koko : “Tapi lama-lama bosen juga ngurusi ini melulu. Lihat tuh sampah berserakan dimana-mana. (menunjuk kearah jalan) Sudir : “Iya juga sih, mana masyarakat udah gak pada peduli lagi. Pemerintah juga kurang memberi sanksi yang tegas.” Koko : “Lama-lama masalah ini buat aku geram... (menggengam tangannya). Bisa-bisa gue balik nih jalan.” Sudir : “Emang kamu bisa balik ini jalan??” Koko : “Ya gak mungkin lah, mesti impossible. Hanya pengungkapan saja, kamu aja yang katro.” Sudir : “Akhir-akhir ini juga sering terjadi kasus-kasus korupsi juga.” Koko : “Ya aku juga liat baik di televisi, internet maupun koran semua terekspose. Makin geram aja sama ini negeri.” Sudir : “Sama aku juga capek denger berita kayak gitu. Dimana-mana ada sampah yang berkeliaran dan tersiar diberbagai media.” Koko : “Ya menurutku “sampah” seperti itu harus segera dibuang dan dibakar sekalian kalau bisa.” Sudir : “Ya jangan saking geramnya, kamu berlaku terlalu kasar. Kalau menurut pendapatku ya para koruptor itu memang pantas menyandang status “sampah” dan dalangnya pun gak hanya dikalangan masyarakat saja, para pejabat juga ikut terlibat.” Koko : “Pantas saja negeri ini sering disebut sampah. Yuk angkat sampah-sampah ini dulu nanti kita sambung lagi.” Sudir : “Oke baiklah.”
Setelah mengumpulkan sampah dan mengangkat sampah-sampah tersebut Koko dan Sudir kembali melanjutkan perbincangan.
Koko : “Nah kalau begini kan enak dipandang. Hihi (nyengir).” Sudir : “Ya juga Ko, kalau bisa kita ikutkan Adiwiyata biar jadi yang terbersih.” Koko : “Ya ya bisa jadi bisa jadi. Haha (ketawa)” Sudir : “Wah gue ngomong serius kamunya malah ketawa....” Koko : “Maaf maaf hehe... Oh ya semoga aja generasi yang mendatang tidak seperti yang sekarang ini ya, cuma itu aja harapanku...” Sudir : “Aku juga sama, semoga lebih baik, lebih maju, lebih cinta lingkungan dan anti korupsi... Setuju.. (mengacungkan jempol)” Koko : “Setuju banget seratus persen dan sepuluh rius” Sejak saat itu negeri ini pun menjadi hijau dan anti sampah juga. Ini semua berkat mereka berdua yang mampu merubah negeri ini menjadi seperti ini.
Diceritakan disebuah negeri antah berantah, yang sampai saat ini terkenal dengan masalah “sampahnya”. Masyarakat dan para pejabat pun mulai jenuh menangani hal ini.
Koko : “Hah (mengeluh) sampah lagi sampah lagi.... (garuk-garuk kepala).”
Sudir : “Alah kalo gini mah udah biasa Ko, gak perlu ditanyain lagi.”
Koko : “Tapi lama-lama bosen juga ngurusi ini melulu. Lihat tuh sampah berserakan dimana-mana. (menunjuk kearah jalan)
Sudir : “Iya juga sih, mana masyarakat udah gak pada peduli lagi. Pemerintah juga kurang memberi sanksi yang tegas.”
Koko : “Lama-lama masalah ini buat aku geram... (menggengam tangannya). Bisa-bisa gue balik nih jalan.”
Sudir : “Emang kamu bisa balik ini jalan??”
Koko : “Ya gak mungkin lah, mesti impossible. Hanya pengungkapan saja, kamu aja yang katro.”
Sudir : “Akhir-akhir ini juga sering terjadi kasus-kasus korupsi juga.”
Koko : “Ya aku juga liat baik di televisi, internet maupun koran semua terekspose. Makin geram aja sama ini negeri.”
Sudir : “Sama aku juga capek denger berita kayak gitu. Dimana-mana ada sampah yang berkeliaran dan tersiar diberbagai media.”
Koko : “Ya menurutku “sampah” seperti itu harus segera dibuang dan dibakar sekalian kalau bisa.”
Sudir : “Ya jangan saking geramnya, kamu berlaku terlalu kasar. Kalau menurut pendapatku ya para koruptor itu memang pantas menyandang status “sampah” dan dalangnya pun gak hanya dikalangan masyarakat saja, para pejabat juga ikut terlibat.”
Koko : “Pantas saja negeri ini sering disebut sampah. Yuk angkat sampah-sampah ini dulu nanti kita sambung lagi.”
Sudir : “Oke baiklah.”
Setelah mengumpulkan sampah dan mengangkat sampah-sampah tersebut Koko dan Sudir kembali melanjutkan perbincangan.
Koko : “Nah kalau begini kan enak dipandang. Hihi (nyengir).”
Sudir : “Ya juga Ko, kalau bisa kita ikutkan Adiwiyata biar jadi yang terbersih.”
Koko : “Ya ya bisa jadi bisa jadi. Haha (ketawa)”
Sudir : “Wah gue ngomong serius kamunya malah ketawa....”
Koko : “Maaf maaf hehe... Oh ya semoga aja generasi yang mendatang tidak seperti yang sekarang ini ya, cuma itu aja harapanku...”
Sudir : “Aku juga sama, semoga lebih baik, lebih maju, lebih cinta lingkungan dan anti korupsi... Setuju.. (mengacungkan jempol)”
Koko : “Setuju banget seratus persen dan sepuluh rius”
Sejak saat itu negeri ini pun menjadi hijau dan anti sampah juga. Ini semua berkat mereka berdua yang mampu merubah negeri ini menjadi seperti ini.