demi negeri kau korbankan waktumu demi bangsa rela kau taruhkan nyawamu maut menghadang didepan kau bilang itu hiburan
nampak raut wajahmu tak segelintir rasa takut semangat membara dijiwamu taklukkan mereka penghalang negeri
hari-harimu diwarnai pembunuhan, pembantaian dihiasi bunga-bunga api mengalir sungai darah disekitarmu bahkan tak jarang mata air darah itu muncul dari tubuhmu namun tak dapat runtuhkan tebing semangat juangmu
bambu runcing yang setia menemanimu kaki telanjang tak beralas pakain dengan seribu wangi basah dibadan kering dibadan kini menghantarkan indonesia kedalam istana kemerdekaan
Pahlawan
Hai Pahlawan kami, Kau selalu melindungi kami Kau telah berjuang untuk kami Dan seluruh warga-warga dan teman-teman kami Juga negara demi kami
Seandainya itu semua Bukan dari pengorbanan yang rela Dan semangat para pahlawan kita Maka negara ini akan hancur selamanya Jadi, terimalah terimakasih kami semua
Ibu Kartini
Dahulu wanita selalu diinjak-injak Tetapi sekarang tidak lagi Karena dahulu Ibu Kartini berjuang keras Untuk menyelamatkan kaum wanita
Pengorbanan
Detik-detik penuh dengan ancaman Ketiga raga di pucuk darah penghabisan
Mata tombak yang selalu mengintai Darah mengucur deras bagai badai
Tak kenal senjata, tak kenal mati Hanya kaulah pahlawan sejati
Senyum Suci
Ku Cinta Pahlawan Indonesia
Bagaimana kalian mengendap dalam gelap malam di lereng strategis sebuah bukit kecil menghadang konvoi nica
bagaimana jantung kalian deras berdebar ketika iring-iringan kendaraan itu semakin mendekat
lalu bagaimana tubuhmu ditembus peluru dan kau rebah ke tanah berlumur darah terbaring beku di rumput ilalang dalam lengang yang panjang kami tak tahu ketika itu kami belum tumbuh dirahim ibu
bagaimana kalian dalam seragam kumal baju compang-camping menyandang karaben Jepang di front-front terdepan
bagaimana kalian terpelanting dari tebing-tebing pertempuran
bagaimana kalian menyerbu tank dengan bambu runcing
bagaimana kalian bertahan habis-habisan ketika dikepung musuh dari segala penjuru
bagaimana kalian terbaring di dinding-dinding kamar pemeriksaan nefis
bagaimana kalian mengunci rapat rahasia pasukan dalam mulut yang teguh membisu walau dilistrik jari-jarimu dan dicabuti kuku-kukumu
bagaimana kesetiakawanan yang menulang-sumsum bagaimana kaum ibu sibuk bertugas di dapur umum bagaimana kalian sudah merasa bangga kalau ke markas bisa naik sepeda
bagaimana semua itu sungguh-sungguh terjadi dan bukan dongeng dan bukan mimpi kami tak alami kami belum hadir di bumi ini
bagaimana peristiwa-peristiwa itu berlangsung pastilah satu memori yang agung tapi adalah memori kalian dan bukan nostalgia kami
kemerdekaan telah kalian rebut
kemerdekaan telah kalian wariskan kepada negeri ini kepada kami anak-anakmu
kemerdekaan menjadikan kami jadi generasi yang tak kenal lagi rasa rendah hati seperti yang kalian rasakan di zaman penjajahan
kemerdekaan ke sekolah naik sepeda bukan lagi segumpal rasa bangga seperti kalian dulu di tahun tiga puluh kami anak-anakmu telah kalian belikan sepeda motor baru untuk sekolah, ngebut dan pacaran
tetapi kemerdekaan yang juga bahkan menyadarkan kami tentang peranan yang harus kami mainkan sendiri dengan tangan sendiri dengan keringat sendiri sengan bahasa kami sendiri dalam lagu cinta tak bersisa pada tumpah darah Indonesia
Kemerdekaan kami tahu tak hanya dalam deru sepeda motor tak cuma meluku tanah dengan traktor
kemerdekaan bukan hanya langkah-langkah kami ke gedung-gedung sekolah
kemerdekaan bukan hanya langkah-langkah petani ke petak-petak sawah
kemerdekaan alah pula pintu terbuka bagi langkah-langkah pemilih ke kotak-kotak suara
kemerdekaan adalah ketika hati nurani bebas melangkah dengan gagah bebas berkata tanpa terbata-bata
Senyum suci tlah kauraih terima kasih pahlawan suci semangat juang tinggi tlah kauraih Indonesiaku gemilang kini #PILIHAJAMAUYGMANA
demi negeri
kau korbankan waktumu
demi bangsa
rela kau taruhkan nyawamu
maut menghadang didepan
kau bilang itu hiburan
nampak raut wajahmu
tak segelintir rasa takut
semangat membara dijiwamu
taklukkan mereka penghalang negeri
hari-harimu diwarnai
pembunuhan, pembantaian
dihiasi bunga-bunga api
mengalir sungai darah disekitarmu
bahkan tak jarang mata air darah itu
muncul dari tubuhmu
namun tak dapat
runtuhkan tebing semangat juangmu
bambu runcing yang setia menemanimu
kaki telanjang tak beralas
pakain dengan seribu wangi
basah dibadan kering dibadan
kini menghantarkan indonesia
kedalam istana kemerdekaan
Pahlawan
Hai Pahlawan kami,
Kau selalu melindungi kami
Kau telah berjuang untuk kami
Dan seluruh warga-warga dan teman-teman kami
Juga negara demi kami
Seandainya itu semua
Bukan dari pengorbanan yang rela
Dan semangat para pahlawan kita
Maka negara ini akan hancur selamanya
Jadi, terimalah terimakasih kami semua
Ibu Kartini
Dahulu wanita selalu diinjak-injak
Tetapi sekarang tidak lagi
Karena dahulu Ibu Kartini berjuang keras
Untuk menyelamatkan kaum wanita
Pengorbanan
Detik-detik penuh dengan ancaman
Ketiga raga di pucuk darah penghabisan
Mata tombak yang selalu mengintai
Darah mengucur deras bagai badai
Tak kenal senjata, tak kenal mati
Hanya kaulah pahlawan sejati
Senyum Suci
Ku Cinta Pahlawan Indonesia
Bagaimana kalian mengendap dalam gelap malam
di lereng strategis sebuah bukit kecil
menghadang konvoi nica
bagaimana jantung kalian deras berdebar
ketika iring-iringan kendaraan itu semakin mendekat
lalu bagaimana tubuhmu ditembus peluru
dan kau rebah ke tanah berlumur darah
terbaring beku
di rumput ilalang
dalam lengang yang panjang
kami tak tahu
ketika itu kami belum tumbuh dirahim ibu
bagaimana kalian dalam seragam kumal
baju compang-camping
menyandang karaben Jepang
di front-front terdepan
bagaimana kalian terpelanting
dari tebing-tebing pertempuran
bagaimana kalian menyerbu tank
dengan bambu runcing
bagaimana kalian bertahan habis-habisan
ketika dikepung musuh dari segala penjuru
bagaimana kalian terbaring
di dinding-dinding kamar pemeriksaan nefis
bagaimana kalian mengunci rapat rahasia pasukan
dalam mulut yang teguh membisu
walau dilistrik jari-jarimu
dan dicabuti kuku-kukumu
bagaimana kesetiakawanan yang menulang-sumsum
bagaimana kaum ibu sibuk bertugas di dapur umum
bagaimana kalian sudah merasa bangga
kalau ke markas bisa naik sepeda
bagaimana semua itu sungguh-sungguh terjadi
dan bukan dongeng
dan bukan mimpi
kami tak alami
kami belum hadir di bumi ini
bagaimana peristiwa-peristiwa itu berlangsung
pastilah satu memori yang agung
tapi adalah memori kalian
dan bukan nostalgia kami
kemerdekaan
telah kalian rebut
kemerdekaan
telah kalian wariskan
kepada negeri ini
kepada kami anak-anakmu
kemerdekaan
menjadikan kami
jadi generasi
yang tak kenal lagi
rasa rendah hati
seperti yang kalian rasakan
di zaman penjajahan
kemerdekaan
ke sekolah naik sepeda
bukan lagi segumpal rasa bangga
seperti kalian dulu
di tahun tiga puluh
kami anak-anakmu
telah kalian belikan
sepeda motor baru
untuk sekolah, ngebut dan pacaran
tetapi
kemerdekaan
yang juga bahkan
menyadarkan kami
tentang peranan yang harus kami mainkan sendiri
dengan tangan sendiri dengan keringat sendiri
sengan bahasa kami sendiri
dalam lagu cinta
tak bersisa
pada tumpah darah
Indonesia
Kemerdekaan
kami tahu
tak hanya dalam deru
sepeda motor
tak cuma meluku tanah dengan traktor
kemerdekaan
bukan hanya langkah-langkah kami
ke gedung-gedung sekolah
kemerdekaan
bukan hanya langkah-langkah petani
ke petak-petak sawah
kemerdekaan
alah pula pintu terbuka
bagi langkah-langkah pemilih
ke kotak-kotak suara
kemerdekaan
adalah ketika hati nurani
bebas melangkah
dengan gagah
bebas berkata
tanpa
terbata-bata
Senyum suci tlah kauraih
terima kasih pahlawan suci
semangat juang tinggi tlah kauraih
Indonesiaku gemilang kini
#PILIHAJAMAUYGMANA