danukoploSebenarnya aku selalu menganggap hari Kamis sebagai hari keberuntungan, atau mungkin lebih tepatnya adalah hari yang akan berjalan lancar-lancar saja tanpa hambatan yang berarti. Ini pemikiranku saat duduk di kelas 6 SD di sekitar bulan Desember, yang seketika berubah dengan kejadian yang membuatku tak berpikiran sama lagi.
Pagi hari selalu diawali dengan rutinitas yang itu-itu saja. Dibangunkan oleh waktu, mandi, sarapan pagi, lalu berangkat ke sekolah. Setiba di sekolah para gadis akan berkumpul untuk saling mengobrol, tentang ini tentang itu, atau apapun yang menurutku tidak begitu menarik. Akhirnya hanya kudengarkan saja sambil lalu.
Bel tanda masuk berdering, dan seketika kumpulan para gadis mengatur formasi mereka dengan duduk di kursi masing-masing. Tak ada yang berarti dalam kegiatan pelajaran, kecuali guru bahasa Inggris yang dengan semangatnya memberikan materi untuk ujian praktek tahun ini. Aku hanya memperhatikannya saja, menghapal, dan juga mencatat beberapa yang terkesan sulit diingat.
Kebiasaanku sedari dulu adalah pergi ke toilet saat istirahat, jadi aku menuju toilet saat anak-anak yang lain memilih untuk membeli makan siang di kantin. Begitu memasuki toilet, dari pintu satu sampai tiga sudah diisi, akhirnya aku menuju pintu ke empat. Tahu kenapa aku memilih pintu ke empat? Karena pintunya tidak tertutup rapat, jadi aku berpikir tak ada orang di sana. Aku bergerak cepat membuka pintu itu.
Namun kenyataan berkata lain rupanya.
Ada seseorang yang tengah berjongkok. Dia laki-laki! Laki-laki. Sungguh, aku termenung beberapa saat karena kaget, begitu pulu dengan orang itu. Tapi otakku terasa kosong selama beberapa detik, sampai kuputuskan untuk menutup pintu dan berbalik. Aku berjalan kembali ke kelas, dengan wajah menahan rasa malu.
Banyak pikiran yang menghinggapiku karena laki-laki itu adalah teman sekelasku. Apa yang akan dia katakan nanti? Atau apa yang harus kukatakan padanya? Dan aku benar-benar menghapus hari Kamis sebagai hari terlancar dalam hidupku.
Pagi hari selalu diawali dengan rutinitas yang itu-itu saja. Dibangunkan oleh waktu, mandi, sarapan pagi, lalu berangkat ke sekolah. Setiba di sekolah para gadis akan berkumpul untuk saling mengobrol, tentang ini tentang itu, atau apapun yang menurutku tidak begitu menarik. Akhirnya hanya kudengarkan saja sambil lalu.
Bel tanda masuk berdering, dan seketika kumpulan para gadis mengatur formasi mereka dengan duduk di kursi masing-masing. Tak ada yang berarti dalam kegiatan pelajaran, kecuali guru bahasa Inggris yang dengan semangatnya memberikan materi untuk ujian praktek tahun ini. Aku hanya memperhatikannya saja, menghapal, dan juga mencatat beberapa yang terkesan sulit diingat.
Kebiasaanku sedari dulu adalah pergi ke toilet saat istirahat, jadi aku menuju toilet saat anak-anak yang lain memilih untuk membeli makan siang di kantin. Begitu memasuki toilet, dari pintu satu sampai tiga sudah diisi, akhirnya aku menuju pintu ke empat. Tahu kenapa aku memilih pintu ke empat? Karena pintunya tidak tertutup rapat, jadi aku berpikir tak ada orang di sana. Aku bergerak cepat membuka pintu itu.
Namun kenyataan berkata lain rupanya.
Ada seseorang yang tengah berjongkok. Dia laki-laki! Laki-laki. Sungguh, aku termenung beberapa saat karena kaget, begitu pulu dengan orang itu. Tapi otakku terasa kosong selama beberapa detik, sampai kuputuskan untuk menutup pintu dan berbalik. Aku berjalan kembali ke kelas, dengan wajah menahan rasa malu.
Banyak pikiran yang menghinggapiku karena laki-laki itu adalah teman sekelasku. Apa yang akan dia katakan nanti? Atau apa yang harus kukatakan padanya? Dan aku benar-benar menghapus hari Kamis sebagai hari terlancar dalam hidupku.